MaxFM WAINGAPU – Siang itu matahari terasa panas sekali, seolah-olah sedang berdekatan dengan kami yang tinggal di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur NTT.
Angin Timur bertiup dengan kencang menerpa apa saja yang ada di daratan Sumba. Panasnya matahari di medio Mei 2023 bercampur uap air kering yang datang menyebabkan rerumputan mulai kering dan warna coklat khas rumput sabana mulai terlihat.
Prakiraan BMKG tahun ini akan datang El Nino yang menyebabkan kekeringan di berbagai belahan dunia, Indonesia termasuk Sumba. Kabar-kabar suhu udara beberapa kota yang meninggi membuat kekuatiran akan dampak buruk El Nino.
Bagi masyarakat di Sumba Timur sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa berhadapan dengan El Nino. El Nino yang menyebabkan kekeringan dan La Nina yang membawa Hujan yang banyak seolah dua sisi uang dalam satu koin yang dirasakan warga.
Soal terpaan El Nino dan La Nina serta dampak buruk yang diakibatkannya juga sudah sering menghantam daerah ini, berganti-ganti datangnya.
Kabupaten Sumba Timur memang terkenal sebagai kabupaten yang sebagian besar wilayahnya mengalami kekeringan panjang setiap tahun. Sebutlah wilayah Kecamatan Haharu yang berada di Pantai Utara Sumba Timur yang curah hujannya paling sedikit dalam setahun di Sumba Timur menurut laporan BMKG.
Wilayah Kecamatan Kanatang, Kota, Kambera juga Pandawai hingga kecamatan Pahunga Lodu juga menjadi wilayah yang langganan mengalami kekeringan.
Musim kering Panjang selalu menjadi momok bagi masyarakat untuk mengembangkan pertanian. Tetapi ada yang berubah dalam beberapa tahun terakhir, wilayah yang terkenal dengan daerah kering ini sudah mulai menunjukkan potensinya.
Dimulai dengan program Tanam jagung Panen Sapi yang digagas Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Dalam dua tahun ini kabar panen raya jagung yang dilakukan warga di daratan Sumba cukup menggembirakan. Jagung yang dipanen ada yang dikirim ke luar Sumba, ada juga yang dipasarkan di daratan Sumba.
Selain pengembangan jagung, Sumba Timur juga mendapat mandat dari Presiden Joko Widodo sebagai wilayah “food estate” untuk mengembangkan Sorgum atau masyarakat Sumba biasa menyebutnya jagung Rote.
Kepala Dinas Pertanin Sumba Timur Nicolas Pandarangga kepada Radio MaxFM baru-baru ini mengatakan Sorgum akan dikembangkan masif di Sumba Timur.
“Tahun 2023 Pemda Sumba Timur menyiapkan 17 Ribu hektar lahan untuk ditanami sorgum,” kata Kepala Dinas Pertanian Sumba Timur Nicolas Pandarangga.
Tambah Nico Pandarangga, “Kami sedang panen sorgum di lokasi desa Palakahembi, di kebun masyarakat, nanti sorgum yang dipanen oleh warga akan dibeli dinas pertanian.”
Masih kata Nicolas Pandarangga sorgum yang dibeli dari masayarkat akan dibagikan lagi ke masyarakat lainnya untuk ditanam pada musim tanam ini sehingga luas tanaman sorgum akan mencapai target sesuai dengan yang direncanakan.
Selasa siang (17/05/2023) karena ada keperluan tertentu saya berkunjung ke rumah Martelda (43 th) di Laipori Desa Palakahembi, dirinya beserta suami tidak di rumah. Martelda dan suaminya ada di rumah tetangga yang sedang panen sorgum. Mereka membantu panen sorgum milik tetangga. Anaknya yang masih kecil yang kami temui, berlari ke rumah tetangga untuk memanggil pulang ibunya.
Martelda bekerja sebagi ibu rumah tangga sekaligus bersama suami mengerjakan kebunnya dengan menanami sorgum. Di bagian tengah kebun Martelda terlihat bukaan terpal di tanah dan di terpal sedang dijemur sorgum.
Dari jauh terlihat jelas jemuran sorgum yang berwarna coklat kehitaman. Sorgum yang sementara dijemur ada yang masih dengan tangkai sorgumnya, ada juga yang sudah dilepas dari tangkai.
Martelda menjelaskan dirinya bersama suami dan anak-anak baru saja panen sorgum.
“Kami baru saja panen sorgum, dan sekarang sorgum kami jemur masuk hari yang ke-tiga,” jelas Martelda.
“Setelah cukup kering, kami akan keluarkan kulit arinya kemudian dimasukkan karung dan simpan menanti pembelian dari pemerintah,” tambah Martelda petani sorgum Laipori.
“Saat ini saya sedang menunggu petugas dari dinas pertanian untuk datang melakukan pengecekan kadar air sorgum, kalau sudah sesuai kadar airnya, sorgum ini akan dibeli oleh Dinas Pertanian Sumba Timur dengan harga 15.000 per kilogram sesuai janji mereka saat akan menanam yang lalu,” jelas Martelda bersemangat.
Martelda, menceritakan pengalamannya menanam sorgum, tanaman ini kata dia perawatannya gampang, kebutuhan air untuk sorgum yang ditanamnya hanya dari air hujan, tanpa ada tambahan air dari sumber lain, sehingga tambah dia pengeluaran uang untuk merawat sorgum hamper tidak ada.
“Kami tidak pernah lihat ada hama di tanaman ini, kami juga tidak pernah semprot pestisida, jadi kami hanya tanam dan membersihkan rumput di kebun, sisanya menanti waktu panen, dan akhirnya kami panen,” kata Martelda.
Dari pantauan maxfmwaingapu.com di dalam rumah keluarga Martelda, sudah tersimpan di karung, sorgum yang sudah bersih dari kulit ari dan siap untuk dijual dan dijadikan bibit, selain itu di bagian kebun yang lain di belakang rumah Martelda terlihat tananam sorgum yang juga sudah siap dipanen dengan luasan sekitar seperempat hektar.
Melihat kesuksesan warga dalam menanam dan memanen sorgum di Laipori Desa Palakahembi Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, terbesit harapan baik bagi masyarakat Sumba Timur untuk bisa menanam dan memanen lagi sorgum.
Pengalaman panen Sorgum di lahan kering warga Sumba Timur, sesungguhnya akan menumbuhkan semangat masyarakat untuk tidak terlalu risau menghadapi musim kering, juga tidak terlalu kuatir untuk menghadapai kemungkinan akan krisis pangan dunia di waktu yang akan datang seperti yang pernah disuarakan Presdien Republik Indonesia Joko Widodo dalam berbagai kesempatan.
Karena di lahan kering Sumba Timur sudah ada alternatif tanaman selain jagung yakni Sorgum, kalua hasil panen Sorgum dan jagung memuaskan maka pendapatan petani lahan kering dari menjual hasil jagung atau sorgum akan cukup menopang perekenomian keluarga.
Selain bisa dijual, jagung dan sorgum akan menjadi stok pangan warga dan menjadi sumber karbohidrat yang baik bagi petani lahan kering di Sumba Timur. [HD]