MaxFM SUMBA – Pagi-pagi sekali kami sudah bagun hari itu, sekitar jam 5 pagi sudah ramai suara di dapur, untuk mempersiapkan bekal perjalanan panjang.
Kami harus berangkat pagi dari Waingapu menuju Waitabula untuk mengejar penerbangan dari bandara Lede Kalumbang sore harinya.
Hari itu, anak kami Sebastian harus pulang ke Surabaya, dan oleh orang tuanya Sebastian dibelikan tiket penerbangan dari Sumba Barat Daya, maunya kami dengan penerbangan dari Waingapu saja, tetapi harga tiket pesawat dari Waingapu ke Surabaya terlalu mahal merogoh kocek orang tuanya, selisihnya lebih dari satu juta dengan penerbangan dari Tambolaka ke tujuan yang sama.
Kami juga senang kalau Tian akan berangkat dari Tambolaka, karena itu berati kami akan pulang kampung ke Bondo Kodi.
Perjalanan dari Waingapu hingga Tambolaka berjalan lancar tanpa hambatan di jalan dan kami sampai di Bandara Lede Kalumbang bertepatan dengan saatnya check in sekitar jam dua siang.
Selepas anak Tian masuk ke ruang check in dan menuju ruang tunggu keberangkatan maka saatnya kami mencari arah menuju Waikuri dan recananya selanjutnya ke Bondo Kodi.
Perjalanan dari Bandara Lede Kalumbang ke Waikuri kami tempuh melaui jalur utama Watabula Kodi dan tidak melewati rute pantai utara, dua tahun lalu saya pernah juga ke Waikur melewati panatai utara dari Tambolaka.
Dari Tambolaka kami mengikuti jalan utama ke Kodi, melewati Jalan Sapurata terus mengambil arah ke kanan ke jalan Lukas Dairo Bili, melewati kantor desa Kalembu Kaha, terus ke arah Bila Cenge dan belok kakan ke arah Utara melewati jalan yang sedang disiapkan untuk diaspal, jalur ini sepi dan kencaraan bisa dipacu agak kencang hingga bertemu jalan besar dari jalur utara kemudia belok kiri menuju Pantai Waikuri, Kodi Sumba Barat Daya.
Perjalan dari Tambolaka ke Waikuri sejauh 43.1 KM dengan waktu tempuh sekira 1 jam.
Bertemu Pengrajin Aksesoris Lokal di Pasar Waikuri
Hari itu, suasana Pantai Waikuri ramai sekali karena bertepatan dengan hari libur. Air laut yang masuk ke Danau Laut Waikuri penuh menjadi salah satu penarik warga sekitar maupun yang datang dari jauh untuk mandi. Ada yang sekedar mandi saja, berneng dari satu titik ke titik lain di danau yang dikepung batu karang sambil medengar dentuman keran ombak Pantai Selatan Sumba yang menampar tebing batu pembatas danau dengan laut lepas.
Di sisi lain banyak anak muda yang datang menaiki tangga tinggi dan terjun ke laut dengan cara salto, suasanya seperti ini menambah meriahnya danau laut Waikuri.
Di lokasi pasar sekitar Danau Waikuri juga ramai, banyak pengunjung yang membeli berbagai barang yang dipasarkan di sepanjang jalan setapak menuju danau maupun ke arah tebing batu persis di bibir pantai Selatan Sumba.
Di pasar Waikuri saya berjumpa dengan Raimundus usianya sekitar 60 tahun yang sudah menjajakan aksesoris buatan tangannya sejak 7 tahun lalu.
Raimundus menjelaskan hasil jualanya lumayan untuk memebiayai kebutuhan rumah tangga.
“Kalau pengunjung rami yang datang ke danau Waikuri pendapatn pasti naik, kalau pengunjung sepi, sepi juga jualannya, kalau pas rame sehari bisa bawa pulang uang 500 ribu,“ jelas Raimundus penjual aksesoris di pasar Waikuri, Minggu (14/07/2024).
Aksesoris yang dijual kebanyakan yang dibuatnya sediri dari material lokal, seperti dari tanduk kerbau, limbah kayu, taring babi dan bahan lokal lainnya.
Ukiran yang dihasilkan Raimundus berbentuk mamoli, parang, gantungan kunci, gelang dan betuk lainnya.
Yang unik untuk menghaluskan hasil kerajinan tangannya raimundus menggunakan daun pohon Nangka.
Terlihat di tangan Raimundus, secara bergantian hasil ukiran dari tanduk terus digosokkan ke daun Nangka secara berulangn dengan ritme teratur.
“Ini cara alami untuk menghaluskan hasil ukiran, sehingga saat akan dipajang atau dibeli pengunjung danau Waikuri ukiran dari tanduk terlihat mengkilat dan menarik pembeli untuk membeli,” kata Raimundus kepada MaxFM.
Hari semakin sore ketika kami keluar dari tempat parkir di danau laut Waikuri, sebelum keluar harus melewati portal untuk membayar biaya masuk yang cukup terjangkau.
Dua Kepala Buaya dari Karang Menjepit Matahari Terbenam di Mandorak
Untuk menikmati matahari terbenam ternyata ada tempat yang tidak jauh dari Waikuri yakni Pantai mandorak yang sangat sayang untuk tidak dikunjungi.
Jalan ke Pantai Mandorak cukup mudah, keluar dari Waikuri pengendara mengambil arah kanan sekira 1.5 KM kemudian masuk masuk ke jalan pengerasan menuju pantai Mandorak.
Sore itu suasan pantai mandorak cukup ramai, saat kami tiba sudah ada dua kendaraan lain yang membawa tamu dari luar daerah sedang parkir.
Menjelang matahari terbenam pantai mandorak juga dipenuhi nelayan setempat yang sedang menyiapkan perahunya untuk mencari ikan jelang malam di pantai Selatan Sumba yang terkenal dengan ombaknya yang ganas.
Air laut yang sedang pasang di pantai Mandorak seakan senang menyambut kedatangan pengunjung.
Secepat kilat masing-masing wisatawan dan rombongannya berepbut tempat untuk mengambil foto dan video terbaik di pantai Mandorak.
Betapa tidak saat itu matahari sudah mulai turun ke peraduannya, persisi diantara dua batu karang besar yang bentuknya seperti kepala buaya, gelombang laut Selatan Sumba yang masuk di celah batu menambah cantik suasana sore itu, dan tentu saja tombol kamera di HP maupun kamera lain terus ditekan untuk mendapat foto terbaik.
Semua pengunjung pulang dengan bahagia setelah menikmati pesona pantatai mandorak yang cerah, matahari terbenam cantik dan birunya laut yang mempesona.
Mencari Jalan Ke Bondo Kodi, Jangan Terlalu Percaya Google Maps, Bisa Sesat Di Jalan
Selapas dari Pantai Mandorak, kami meluncur ke Kodi dengan bantuan google maps. Ini merupakan perjalan pertama saya menuju rumah keluarga di Bondo Kodi melewati Mandorak, jalannya memang mulus dan mobil dipacu kencang, cuma karena hari sudah gelap sehingga saya agak sedikit ragu dengan arah ini dan kami butuh bantuan google maps sebagai pemandu.
Kekita perjalanan sekira 4 Km dari dari Mandorak ke Kodi, apliksi google mamps mengeluarkan oanduan suara putar balik, putar balik – putra balik berkali-kali, tentu saja ini membuat kami semua ragu apa benar rutte yang kami tempuh saat haru sudah gelap dan kami tidak temui kendaran.
Akhirya kami putar balik kembali menuju ke Waikuri dan terus ke arah Waitabula, saya tahu kami sudah salah jalan dan kembali ke arah sebelumnya, dua kali kami harus balik arah karena google maps bilang putar balik, putar balik!
Untuk memastikan jalan yang benar tidak ada cara lain selain bertanya ke warga sekitar jalan Waikuri – Mandorak – Kodi yang juga sebenarnya keluarga kami.
Dari warga sekitar Waikuri kami diarahkan Menuju Mandorak dan terus mengambil jalan aspal mulus hingga ke hotel Mewah Cap Karoso di Selatan Sumba.
Karena kami semua dalam kendaraan tidak tahu arah jalan yang benar menuju Bondo Kodi, maka singgalah kami di Hotel Cap Karoso untuik minta bantuan.
Beruntung bisa bertemu Yanto Kondo yang bekerja di hotel Cap Karoso yang memneri tahu arah jalan yang benar ke Bondo Kodi.
Yanto Kondo : Kakak mau ke mana dan di rumah siapa nanti?
Maria Dengi : Saya mau Bondo Kodi ke rumah orang tua kami di sana di Bapa Frans Dengi!
Yanto Kondo : Oh kalau kalau rumah Bapa Frans Dengi saya tahu dan persis dekat rumah saya. Tunggu di samping hotel nanti saya dengan motor dan kaka dong ikut saya dari belakang.
Kami sungguh beruntung bertemu dengan orang baik!
Jalan dari Hotel Cap Karoso ke rumah orang tua kami di Bondo Kodi berliku-liku, melewati perkampungan besar yang meski gelap kami juga masih bisa melihat jejeran kuburan batu besar dan rumah-rumaht ada sumba beratap alang yang menjulang tinggi.
Sesampai di rumah Bapa Frans Dengi di Bondo Kodi, kami baru tahu juga kalau jalan yag kami lewati tadi juga melewati kampung kami di sana di Kampung Kalibu Atur.
Sesampai di rumah di Bondo Kodi suasana haru terjadi, karena ini pertemuan Maria Dengi Ina ) (adik) yang sudah 20 tahun tidak pernah datang bertemu keluarga di sana, apalagi saat datang Adik Ina juga membawa anak perempuannya Grace Kabora yang sudah di SMP.
Malam itu udara sangat dingin di Kodi, dinginnya menusuk hingga ke sum sum, tetapi karena capek perjalan seharian tambah kebingungan karena Mbah Googe maka yang ada hanya tidur pulas menuju hari baru! [HD]