MaxFM WAINGAPU – Masyarakat Sumba Nusa Tenggara Timur NTT harus mewaspadai akan ancaman gagal tanam dan gagal panen di tahun 2024.
Hal ini karena situasi hujan yang tidak menentu hingga akhir Desember 2023 di pulau Sumba, penyebabnya karena El Nino yang masih menguat dan belum berakhir.
Kabar dari Stasiun Klimatologi Kupang yang disampaikan Pengamat Meteorologi dan Geofisika PMG Muda Ryan Sudrajat kepada Radio MaxFM Rabu (27/12/2023) mengungkapkan hujan dengan intensitas tinggi diprakirakan terjadi di Dasarian Dua Januari 2024.
“Dasarian Satu Januari 2024 dari tanggal satu sampai tanggal 10 diperkirakan curah hujannya masih antara 21 sampai 50 mm dengan peluang terjadi sekira 71 sampai dengan 90 persen, pada Dasarian Dua Januari 2024 antara tanggal 11 hingga 20 curah hujannya mulai naik lagi yaitu umumnya di kisaran 51-100mm,” ungkap PMG Muda Ryan Sudrajat dari kantor Stasiun Klimatologi Kupang via telpon live di Radio MaxFM.
Ancaman gagal tanam dan gagal panen yang bisa menyebabkan rawan pangan di tahun 2024sangat mungkit terjadi.
Beberapa keluarga dari Sumba Barat yang saya ditemui di Waingapu saat merayakan Natal 2023 bilang di Sumba Barat juga hujan tidak turun banyak dalam beberapa waktu terkahir ini, tanaman jangung dan padi yang petani sudah tanam di sana terancam gagal tumbuh.
Situasi kekeringan di pulau Sumba khususnya diSumba Timur secara sederhana bisa dibaca dari dua danau yang berada di Wai Rinding Kecamatan Nggaha Ori Angu.
Biasanya yang disebut danau dua atau yang letaknya di sebelah barat dari danau pertama sangat jarang airnya sampai habis atau kering arinya, tetapi saat saya melewati danau ini pada Sabtu (23/12/2023) siang terlihat dua danau di Wai Rinding airnya kering dan tanah lokasi dananu ditanami dengan berbagai tananam seperti jagung dan tananan lainnya, sama sekali tidak terlihat genangan air yang biasanya sudah banyak di tiap akhir tahun.
Kalau dua danau ini airnya banyak sejak November kita akan tahu bahwa hujan sudah banyak terjadi di Wairinding, Makamenggit dan sekitarnya dan sebagi tanda Sumba masuk musim hujan, tetapi bila dua danau ini belum juga terisi banyak air hingga akhir Desember kita juga tahu bahwa hujan belum banyak dan musim kering masih melanda daerah kita.
Situasi kering di bulan Desember juga terlihat di wilayah Timur Sumba Timur. Saya berkunjung ke translok Yubuwai di Kecamatan Kahaungu Eti yang letaknya bersebelahan kebun PT MSM di Wanga Sabtu (16/12/2023), dalam perjalanan sepanjang mata memandang di kiri dan kanan jalan mulai dari Laipori Sampai ke Kadumbul hanya terlihat padang rumput kering kecoklatan, hanya di kebun PT MSM saja yang terlihat hijau dengan hamparan tebu. Kabar lain datang dari beberapa kawan yang baru pulang dari desa Laipandak di Kecamatan Wulla Waijilu minggu lalu juga mengabarkan di Mangili dan Waijelu situansinya masih kering dan belum banyak hujan yang turun.
Rabu (27/12/2023) sekitar jam 9 malam teman yang baru tiba di Waingapu karena pulang kerja dari Soru, Sumba Tengah bercerita bahwa sepanjang perjalanan dari Waingapu ke Soru pergi dan pulang hanya bertemu hujan saat sementara bekerja di Soru dan ketika pulang hujan dijumpai di wilayah Makamenggit dan Wairinding, yang lain kering dan panas matahari terasa kuat seperi saat bulan Oktober di puncak musim panas.
Merujuk dari beberapa situasi ini mau atau tidak, masyarakat Sumba secara umum harus memasukkan informasi dari BMKG termasuk dari Stasiun Klimatologi Kupang sebagai pertimbangan utama untuk mulai menanam jagung atau padi untuk wilayah tadah hujan kalau tidak mau gagal tanam dan gagal panen.
Catatan lain dari Kantor Klimatolongi Kupang yang harus mendapat perhatian khusus dari warga Sumba terkait prakiraan intensitas hujan meningkat mulai dasarian dua Januari 2024 (antara tanggal 11 sampai tanggal 20), puncak musim hujan pada bulan Februari 2024 dan peralihan musim hujan ke musim keriring pada Maret ke April 2024 serta prakiraan musim kering dimulai pada bulan April 2024. [HD]