Scroll to Top
Kolaborasi Menyambut Event Akbar PNLH WALHI di Tanah Sumba
Posted by maxfm on 8th September 2025
| 847 views
Kolase Foto Rapat Bersama Wakil Bupati Sumba Timur Yonathan Hani dengan Panitia Pekan Nasional Lingkungan Hidup XIV Wahana Lingkungan Hidup Indonesia di Aula Patol Kamba [Foto: MaxFMWgp]

MaxFM Waingapu, SUMBA – Bulan September 2025 akan ada event akbar yakni Pekan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) XIV Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang diagendakan berlangsung di Pulau Sumba dengan pusat kegiatan di Kabupaten Sumba Timur. Sehubungan dengan kegiatan tersebut beragam persiapan dilakukan dengan semangat kolaboratif, termasuk dengan Pemerintah Daerah setempat dimana Pulau Sumba terbagi dalam empat kabupaten, Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah.




Senin 8 September di Kantor Bupati Sumba Timur, dilaksanakan pertemuan dengan Wakil Bupati Sumba Timur, Yonathan Hani bersama panitia PNLH yang terdiri dari berbagai unsur.

Baca juga:
Deklarasi Masyarakat Adat Sumba Dukung Perlindungan Sabana sebagai Ekosistem Esensial

Wakil Bupati Sumba Timur, Yonathan Hani menegaskan, PNLH ini menjadi momentum untuk menunjukkan kepada panggung nasional bahkan internasional bahwa Sumba tidak hanya kaya akan alam yang indah tetapi juga punya kreativitas dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bagus yang bisa ditunjukkan dalam beragam kegiatan PNLH.

Menurutnya, Sumba yang sudah mendunia dari sisi alam yang indah harus pula diperkuat dengan kekayaan dari sisi SDM dan kreativitas. “Citra kita di mata nasional maupun internasional penting,” kata Yonathan.



Dia juga menekankan penting aspek kolaboratif dalam menyukseskan sebuah event. Di waktu-waktu persiapan ini, Yonathan meminta panitia untuk fokus dan serius bekerja termasuk membangun komunikasi dan koordinasi yang intens dengan berbagai pihak.

Kegiatan PNLH akan diisi dengan Karnaval Budaya, Konferensi Ekonomi Hutan Tropis, Panggung Rakyat, Pameran Produk Wilayah Kelola Rakyat, Deklarasi Hari Keadilan Ekologis, dan masih banyak kegiatan lain.

Baca juga:
Sepotong Doa Menembus Langit, Tuhan Kami Marah! Terselip di Demonstrasi Aliansi Masyarakat Sumba Bersuara

Momen ini akan menjadi ruang untuk memperkuat gerakan rakyat, memperjuangkan keadilan ekologis dan bersama-sama mendorong negara berpihak pada lingkungan hidup. Keadilan ekologis menjadi tema besar dalam Pekan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) XIV yang diagendakan berlangsung di Pulau Sumba dengan pusat kegiatan di Kabupaten Sumba Timur pada September 2025.

Satu langkah penting dalam PNLH ini yakni perjuangan bagaimana sabana bisa masuk dalam Ekosistem Esensial. Hal ini terungkap dalam pertemuan yang diinisiasi oleh Walhi NTT bersama Solidaritas Wartawan Sumba (SWARA) di Waingapu, Minggu 24 Agustus 2025.



Direktur Walhi NTT Umbu Wulang Taanamah Paranggi dalam kesempatan tersebut menegaskan, ekosistem esensial pada prinsipnya merupakan ekosistem yang spesifik. “Dan, di dalamnya ada kehidupan makhluk hidup termasuk manusia. Selama ini orang mengartikan hutan itu, hutan tutupan dan seolah-olah sabana itu harus ditanami pohon semua,” kata Umbu Wulang.

Dia menjelaskan sabana punya pengaruh penting dalam tatanan ekosistem yakni menjadi penyerap karbon tersebut dan hal itu menurutnya sudah terdapat penelitian terkait itu. “Jadi sabana ini punya fungsi untuk mengontrol laju karbon dan sebagainya,” ujarnya.

Baca juga:
Di Sumba Timur Orasi Dihentikan Saat Adzan, Polisi dan Pendemo Berbagi Makanan dan Buah

Oleh karena itu, menurutnya sabana punya kekhasan seperti lahan gambut di Sumatera ataupun hutan mangrove. Menurut Umbu Wulang, Walhi memperjuangkan sabana masuk dalam Ekosistem Esensial agar ada perspektif baru dimana sabana tidak dipandang sebagai lahan tandus, lahan tidur atau kawasan yang tidak berguna dan tidak punya fungsi ekologis. “Nah kondisi faktual ini maka penting sabana untuk masuk dalam Ekosistem Esensial,” ujarnya menegaskan.

Perspektif baru ini juga kata Umbu sebagai upaya perlindungan terhadap padang sabana yang cenderung pada eksploitasi bahkan kepemilikan yang cenderung kapitistik. Bahkan di Sumba menurutnya ancaman itu nyata terjadi di Sumba. “Jadi orang tidak bisa begitu saja menghancurkan sabana atas nama pembangunan tetapi harus memperhatikan kaidah-kaidah ekologis,” katanya.



Diskusi yang dipandu Marlan Umbu Hina menghadirkan pemaparan langsung dari Ketua Panitia, Umbu Wulang Tanaamah Paranggi dan Wakilnya Arnoldus Jansen Bulu. Dikesempatan itu panitia menegaskan kesiapan untuk menghadapi gelombang peserta.

“Kami sudah menyiapkan dan terus menyiapkan segala aspek, mulai transportasi, akomodasi, hingga keamanan. Total peserta diperkirakan mencapai 2000 orang, termasuk tamu dari luar negeri,” jelas Umbu Wulang. (MaxFM)

Show Buttons
Hide Buttons