
MaxFM WAINGAPU – Pandemi Covid-19 ternyata cukup mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Hal ini diungkapkan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur, I Nyoman Ariawan Atmaja dalam dialog bersama MaxFM dengan tema Arah Perkembangan Ekonomi NTT Tahun 2023 di acara Strategi Bisnis.
Dijelaskannya sebelum Pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT sangat baik karena berada di kisaran lima persen setiap tahunnya.
Namun saat terjadi Pandemi Covid-19, ekonomi NTT sempat mengalami deflasi pada tahun 2022, sebelum akhirnya kembali mengalami pertumbuhan yang semakin baik setiap tahunnya.
Dimana pada tahun 2021, ekonomi NTT tumbuh sebesar 2,51 persen, tahun 2022 diperkirakan akan ditutup dengan pertumbuhan sebesar 2,72 hingga 3,5 persen dan tahun 2023 mendatang diperkirakan akan tumbuh antara 4,3 hingga 5,11 persen.
Nyoman menjelaskan keyakinan Bank Indonesia Perwakilan NTT ini didasarkan pada sejumlah program kerja sama yang sudah disepakati bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah Provinsi NTT.
Diantaranya adalah program Food Estate di Kabupaten Sumba Tengah, program TJPS (Tanam Jagung Panen Sapi) nya Pemprov NTT, penyelesaian infrastruktur, Pemulihan Ekonomi Nasional, hingga pengembangan pariwisata.
“Faktor manusia atau Sumber Daya Manusia di NTT yang menjadi salah satu kendala dan perlu ditingkatkan,” jelasnya
Selain itu Nyoman juga menegaskan pertumbuhan eknomi di Provinsi NTT juga sangat dipengaruhi oleh realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga percepatan pembangunan dan realisasi APBD di Provinsi NTT maupun pemerintah kabupaten/kota di NTT sangat menentukan pergerakan ekonomi NTT.
Selain itu, Nyoman juga menjelaskan tingkat inflasi di Provinsi NTT tahun 2022 saat ini juga melonjak cukup tingga, karena hingga November 2022, tercatat inflasi di NTT sudah mencapai 6,74 persen.
Karenanya dengan bekerja sama dengan Pemprov NTT dan Tim Pengendali Inflasi Daerah, pihaknya kemudian melakukan operasi pasar murah di sejumlah daerah di NTT.
Mengenai penyebab tingginya inflasi di Provinsi NTT tahun 2022 saat ini menurut Nyoman dipengaruhi oleh tingginya biaya transportasi di NTT, baik transportasi darat, laut, maupun udara.
Karenanya berbagai langkah kolaborasi yang sedang dilakukan Bank Indonesia Perwakilan NTT dengan Pemprov NTT, OJK, dunia perbankan dan lembaga lainnya untuk bisa menekan angka inflasi di tahun 2023 mendatang.
“Tahun 2023 mendatang target kita tingkat inflasi kita bisa kendalikan dan berada di kisaran 2,0 hingga 3,01 persen,” tegasnya.
Langkah-langkah yang diambil untuk mewujudkan target ini menurut Nyoman adalah mendorong hilirisasi ekosistem ekonomi, pengembangan UMKM, mendorong investasi dan Gerakan bangga buatan Indonesia, mendorong digitalisasi dan pariwisata.(ONI)