MaxFM, Waingapu – Anak-anak sekolah yang ‘mendadak’ jadi petani organik di Dusun Tanambi, Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur kembali menuai hasil dari kebun mereka, Kamis (10/9/2020). Kali ini hasil yang mereka panen adalah bawang merah, tomat dan sayur pitsai.
Pantauan media ini di lahan pertanian dengan luasan kurang-lebih satu hekta are yang berada di daerah aliran sungai (DAS) Mbatakapidu, Kamis (10/9/2020), hasil panen anak-anak ini cukup membanggakan. Pasalnya bawang merah jenis lokananta yang ditanam anak-anak ini dengan kondisi bawang pasca panen, bisa mencapai 23 ton per hekta are.
“Ini jelas sangat membanggakan, karena ini anak-anak sekolah yang baru belajar jadi petani,” jelas Ketua Yayasan Komunitas Radio MaxFm Waingapu (YKRMW), Heinrich Dengi saat mendampingi anak-anak ini melakukan panen di Tanambi, Kamis (10/9/2020).
Dijelaskannya bawang merah jenis lokananta ini sesuai dengan daya tumbuh yang didukung dengan kecukupan air, pupuk dan perlakuan yang baik oleh petani, satu hekta are lahan ditanam dapat menghasilkan hingga 26 ton bawang. Karena itu, hasil panen anak-anak ini jelas hasil yang menggembirakan.
“Ini memang ditimbang masih dengan daun dan baru saja dipanen, kalau dikeringkan hingga siap dipasarkan berat bawang ini tarolah tinggal setengah atau sekitar 10 ton. Tetapi anak-anak ini bukanlah petani profesional sehingga hasil ini jelas luar biasa,” kagumnya.
Angraini Konga Naha (13), kepada awak media usai panen mengaku dirinya senang bisa kembali menghasilkan uang dari hasil ikut dirinya berkebun saat ini. Karena ini merupakan kali pertama dirinya ikut membersihkan lahan, memikul pupuk kandang, membuat bedeng, menanam, menyiram bahkan menyemprotkan pupuk organik cair ke tanaman.
“Saya baru tahun ini ikut kerja kebun dan tanam banyak tanaman, jadi cape juga harus setiap hari ke kebun. Tetapi hasilnya tidak mengecewakan,” jelas siswi kelas IX, SMP Negeri 3 Waingapu ini.
Apliana Uru Emu (18) menambahkan jumlah tanaman yang sudah menghasilkan uang bagi mereka tahun ini terdiri dari sayur pak coy green, pitsai, letus atau selada darat, kol, tomat hingga bawang merah. Hal ini sangat memberikan keuntungan dan motivasi bagi mereka, karena sebelumnya mereka hanya menanam sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga.
“Biasa kami hanya tanam beberapa bedeng untuk makan saja. Kami tidak pernah sampai jual, jadi ini pertama kali kami bisa tanam banyak dan jual,” urainya.
Apli mengaku dirinya dan saudara-saudara nya bisa mengolah hampir seluruh lahan pertanian tersebut saat ini karena adanya kepercayaan dari YKRMW yang mau memasang satu unit mesin pompa Barsha milik yayasan di sungai Mbatakapidu dan bersama mengolah lahan pertanian milik mereka tahun ini.
“Kami senang karena Om Hein (Direktur YKRMW) mereka mau pasang pompa disini, jadi kami tidak perlu lagi pikul air dari sungai,” urainya.
Bahkan dari hasil jualan hasil kebun mereka, dirinya berani mengambil keputusan untuk membeli handphone android guna membantu adik-adiknya yang masih sekolah saat harus mengikuti pembelajaran daring atau mencari bahan pelajaran. “Biar bisa bantu adik-adik sekolah lebih gampang,” urainya.
Walau demikian, Apli mengaku dirinya juga masih memiliki impian yang akan terus dikejarnya ke depan yakni menabung hasil jualan sayur, tomat, hingga bawang merahnya agar nantinya bisa digunakan untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
“Semoga saya bisa kumpul uang dari kebun ini untuk kuliah,” tandasnya.(ONI)