MaxFM, Waingapu – “Ketebalan populasi belalang Kembara yang terihat semalam di padang desa Yubuwai sekitar 4 cm,” kata Penyuluh Pertanian Lapangan PPL desa Yubuwai Kecamatan Kahaungu Eti Sumba Timur Nusa Tenggara Timur NTT, Kanisius, Senin (27/06/2016).
Kata Kanisius, semalam Minggu (26/06/2016) pihaknya bersama warga setempat melakukan penyemprotan dengan pestisida untuk membunuh belalang belalang Kembara, tambah Kanisius dirinya bersama warga setempat dan tim penyemprotan berkejaran dengan waktu untuk bisa membunuh anakan belalang yang masih kecil atau bergeraknya masih meloncat, karena kalau belalang sudah dewasa dan bisa terbang tambah sulit penangananya. Di lapangan kata Kanisius tim penyemprotan kesulitan dengan air untuk melarutkan bahan aktif pestisida.
Sekarang saja lanjut PPL desa Yubuwai Kanisius, rumput di padang yang dihinggapi belalang ini langsung habis dimakan dan suasananya seperti di bulan Oktober dimana dipadang gembalaan rumput pada mati karena cuaca panas.
Sementara itu dalam wawancara per telpon pagi ini, Kepala Dinas Pertanian Sumba Timur mengatakan pihaknya sedang memantau 7 titik di sekitar Desa Yubuwai tempat berkumpulnya belalang Kumbara.
“Masyarakat sementara tangani, mereka juga sigap, ada 7 titik di lokasi tadi malam mereka tangani, mereka menunggu belalang itu tidur baru mereka aplikasi, kalau peralatan cukup, bahan-bahan obat cukup, alat semprot cukup, pake mesin, lebih efisien pake mesin, kalau pake mesin irit tenaga irit air,” kata Kadis Pertanian Sumba Timur Ida Bagus Putu Punia, Senin (27/06/2016)
Tambah Kadis Pertanian setempat Putu Punia, hari pihaknya mengirim air di jeringen-jerigen ke Yubuwai untuk media campur pestisida sebelum disemprotkan, bila serangan meluas dan membutuhkan air lebih banyak lagi akan disediakan mobil tangki air di sana.
Dari Jakarta, Kepala Laboratorium Entomologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Prof. Rosichon Ubaidillah yang diwawancara pertelpon siang ini Senin (27/06/2016) mengatakan belalang Kembara ini asalnya dari Afrika.
“Populasinya, baik yang ada di Afrika maupun di Indonesia, berulang beberapa tahun sekali ada populasi yang meledak, biasanya didahului dengan masa kering panjang, masa kering yang panjan itu mengakibatkan ada penumpukan telur-telur belalang itu, telur itu diletakkan biasanya di tanah dan dia bisa bertahan beberapa tahun,” kata Kepala Laboratorium Entomologi LIPI Prof. Rosichon Ubaidillah.
Tambah Kepala Laboratorium Entomologi LIPI Prof. Rosichon Ubaidillah, karena ada pemicu perubahan cuaca, misalnya karena El Nino atau musim kering panjang ada hujan sedikit saja, telur belalang yang sudah lama tersimpan di tanah menetas bersamaan dan prosesnya tambah Prof. Rosichon Ubaidillah ketika menetas masuk fase sendiri-sendiri, kemudian akan masuk di fase berkumpulnya beberapa anakan belalang dari berbagai tempat, setelah itu akan menjadi belalang Kembara dewasa yang berkumpul bersama, dan biasanya menghancurkan semua tanaman.
“Karena sifatnya yang poli fagus yang artinya memakan segala jenis tanaman, tidak pilih pilih termasuk rumput, padi, jagung, palem, betatas, bambu, baik tanaman yang dibudidayakan ataupun tidak, kelapapun dihantam oleh dia, karena sumber makan sudah mau habis mereka berpindah dan akan menghabiskan sema tanaman yang dilewati, ” jelas Kepala Laboratorium Entomologi LIPI Prof. Rosichon Ubaidillah.
Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora lewat pesan singkat Minggu (26/06/2016) mengakatan sekarang pemda sedang melakukan penanganan masalah belalang.
“Tim di lapangan sedang bekerja di Kecamatan Kahaungu Eti, persediaan obat masih cukup dan sudah melaporkan kejadian ini ke Gubernur NTT serta meminta tambahan obat.”
Bagi Sumba Timur persediaan rumput di padang gembalaan menjadi peting sebagai sumber makan bagi ternak, bila belalang menghabiskan rumput di padang, bisa dibayangkan betapa menderitanya ternak besar dan akan berakibat kurusnya ternak berujung ke harga jual yang rendah, belum lagi bila belalang sampai masuk ke wilayah perkampungan dan kota Waingapu, kita akan menhadapi hari-hari yang sulit.
Berharap kerja keras warga dan aparat di Desa Yubuwai dan sekitarnya bisa menghambat anakan belalang Kembara menjadi dewasa sehingga tidak menyerang wilayah lain di Sumba Timur.