MaxFM, Waingapu – Ini pengalaman pertama saya berurusan dengan basodara yang punya masalah dengan pendengaran. Memang sekarang pendengaran saya tidak bermasalah tetapi entahlah dalam beberapa tahun ke depan, jadi kesempatan ini sekalian belajar.
Di ruang yang tidak terlalu besar di Rumah Sakit Kristen Lindimara Payeti, seorang laki-laki muda berbadan besar terlihat sigap memperkirakan besarnya lubang telinga, panjang bagian plastik kecil dan kuat yang akan disambungkan degan alat dengar. Laki-laki muda itu dengan hati hati melakukannya dan mempersiapkan 1 alat bantu dengar untuk 1 orang pasien yang terganggu pendengarannya.
Dibantu seorang perawat, komunikasi perawat dan pemuda yang mempersiapkan alat dengar hanya dengan bahasa isyarat yang tentu saja kadang kala sulit ditebak yang dimaksud. Yang laki dikenal di daerahnya dengan nama Yasutake Youichiro. Penerbangan 7 Jam dari Tokyo membawanya ke Bali dan kesesokan harinya meneruskan perjalan ke Waingapu. Yasutake ditemani seniornya dalam pelayanan seperti ini yakni Nagata Kiyoshi.
Diruang yang sempit itu Nagata Kiyoshi tidak banyak melakukan hal yang membantu pasien yang pendengaran terganggu, ia hanya melihat apa yang dilakukan Yasutake dan sesekali memberikan masukan kepada Yasutake dalam bahasa Jepang yang juga tidak saya mengerti.
Untuk membantu pasien yang terganggu pendengaran agar bisa mendengar dengan bantuan alat dengar, Yasutake melakukan langkah berikut, memastikan telinga mana yang masih bisa mendengar dengan tingkatan mendengar sedikit, lumayan mendengar dan mendengar baik. Bila salah satu telinga tidak bisa mendengar sama sekali dan telinga satunya masih bisa mendengar sedikit maka diambil kesimpulan telinga yang bisa mendengar sedikit yang akan dipasangkan alat.
Setelah memastikan telinga yang akan dipasang alat bantu dengar, Yasutake Youichihiro harus memastikan besar lubang telinga, karena ternyata masing-masing orang ukuran lubang telinganya tidak sama, jadi dia mesti melihat dari dekat bentuk lubang telinga pasien, mengukur panjang cantolan plastik yang akan disambungkan dengan peredam suara yang akan dimasukkan ke dalam lubang telinga. Bila ini sudah beres maka harus dipastikan lagi alat dengar mana yang cocock untuk pasien, terkadang Yasutake harus mencoba lebih dari 4 alat dengar yang ada untuk memastikan alat ini cocok dan pas unuk yang menerima.
Dari apa yang saya lihat, alat bantu dengar ini terdiri dari mic kecil, penguat suara yang bisa dibesarkan atau dikecilkan volumenya dan sumber tenaga alat yang didapat dari baterai. Sema
sistim ini menyatu dalam satu alat yang kecil yang bisa disimpan di bagian atas daun telinga dan tersembunyi tetapi ada juga alat yang bentuknya seperti radio kecil dengan kabel panjang, untuk yang ini alatnya bisa disimpan di saku baju depan. Kadang terlihat juga alat dengar yang bentuk dan variasi warnanya mengikuti tren tidak melulu warna coklat tetapi ada yang warna cerah, keperakan dan ungu serta biru dongker.
Dari 50 lebih pasien yang datang semuanya mendapat alat bantu dengar dan hanya 3 orang saja yang meskipun dibantu dengan alat dengar tetap tidak bisa mendengar, maklumlah karena usia sudah lanjut.
Salah satu anak sebut saja namanya Mario [nama samaran], yang datang diantar Mamanya, saat masuk keruangan, mukanya tidak terlalu cerah. Mamanya cerita kalau anaknya ini sebenarnya cukup pintar, matematikanya bagus, tetapi keluarga harus minta khusus ke guru agar adik ini mesti duduk di kursi murid paling depan ruang kelas Sekolah Dasar, soalnya kalau di belakang pasti tidak terlalu dengar jelas, kalau di rumah bila adik ini ada di belakang dan dipanggil papa mamanya yang ada di bagian depan rumah jangan harap ada balasan karena adik ini tidak mendengar. Kata ibu ini anaknya kurang mendengar sejak beberapa tahun lalu karena, waktu kecil dia sakit malaria dan dapat obat Kina [ salah satu jenis obat malaria yang punya efek membuat pendengaran agak terganggu selama minum obat ], entahlah apa karena efek obat Kina atau ada penyebab lain adik ini pendnegaranya terganggu.
Setelah selesai pemasangan alat dengar oleh Yasutake dan Mario bisa mendengar dengan jelas, terlihat wajahnya lansung senyum ceria menandakan gembira bisa mendengar dengan jelas. Sebelum keluar ruangan pemasangan alat bantu dengar Mario menjabat tangan Yasutake, Pak Nagata sambil mengucapkan terimakasih, bahasa yang juga mungkin asing bagi Yasutake dan Nagata.
Beberapa orang yang saya kenal dan saya temui di ruang sempit itu hampir sama situasinya dengan Mario, saat masuk ruang terlihat tegang, tetapi begitu alat bantu dengar terpasang dengan baik dan bisa lagi mendengar dengan baik, senyum lebar, ceriah terpancar dari wajah mereka dan keluar ruang dengan langkah meyakinkan.
Dari beberapa pasien yang saya temui di ruang pemasangan alat bantu dengar, beberapa orang mengatakan hal yang sama yakni pendengaran mereka mulai terganggu setelah mengkonsumi pil kina ataupun mendapatkan drip kina saat sakit malaria beberapa tahun lalu. Memang beberapa tahun lalu jika terkena sakit Malaria saat itu hanya tersedia Klorokuin, Kina, Primaquin dan Fansidar di pasaran untuk melawan Malaria. Tidak ada pilihan lain yang lain dan saya juga pernah merasakan efek tidak bisa mendengar baik bila mengkonsumsi Kina. Tetapi entahlah apakah karena efek Kina atau karena efek lain penyebab pendengaran terganggu.
Saat selesai melayani pasien sekitar jam 4 sore, Yasutake Youichiro mengatakan dalam bahasa Jepang kepada Pak Nagata Kiyoshi bahwa dia senang sekali bisa melakukan pelayanan ini. Mimpinya menjadi kenyataan dan Pak Nagata sudah membantu membuat mimpinya jadi kenyataan dengan membantu orang lain yang pendengarannya terganggu sama seperti dirinya yang juga menggunakan alat bantu dengar agar bisa mendengar dengan jelas.
Untuk mengenal lebih dekat kegiatan Pak Nagata Kiyoshi dan Yasutake Youichiro bisa berkunjung ke website mereka di http://www.npohope.jp/hope/.