MaxFM, Waingapu – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Provinsi NTT ikut mendorong program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) ke sekolah-sekolah terutama SMK-SMK Pertanian yang ada di NTT.
Dalam kunjungan ke Sumba bersama rombongan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat pekan lalu, Kepala Dinas P dan K Provinsi NTT, Linus Lusi, M.Pd dan tim melakukan kunjungan ke sejumlah sekolah di Sumba Timur yakni SMKN 3 Pahunga Lodu, SMKN 5 Waingapu dan SMAN 1 Rindi Umalulu.
Kepada media ini, Kepala Dinas P dan K Provinsi NTT, Linus Lusi, M.Pd menjelaskan Dinas P dan K NTT menargetkan bisa memaksimalkan semua lahan milik SMK-SMK Pertanian yang ada di NTT untuk menyukseskan program TJPS.
Menurutnya ini akan memberikan dampak yang besar bagi para siswa SMK Pertanian yang selama ini hanya mempelajari pengelolaan lahan pertanian sebatas untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Karena dengan sinergitas antar dinas terkait ini akan memberikan nilai ekonomis yang tinggi bagi para siswa.
“Ini kolaborasi yang lengkap, karena dinas pertanian dengan bibit, pupuk, alsintan hingga pestisida, dinas Perindag dengan rantai pasarnya, dinas PUPR dengan infrastruktur pertanian dan kami dinas pendidikan melalui peningkatan kualitas sumber daya pertanian dari SMK-SMK Pertanian,” urainya.
Mantan Kepala Badan Perbatasan Provinsi NTT ini menambahkan pihaknya akan memaksimalkan lahan-lahan SMK Pertanian yang ada termasuk dengan lahan pertanian milik orang tua siswa yang belum dimaksimalkan selama ini untuk mewujudkan petani yang sejahtera.
“Kita juga berkoordinasi dengan bupati-bupati untuk memastikan minimal setiap kabupaten lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk TJPS oleh anak-anak SMK Pertanian itu seluas 100 hekta are dan beberapa bupati sudah menyanggupinya,” jelasnya.
Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Pertanian, Tony Djogo secara terpisah menegaskan apa yang dilakukan untuk program-program Pemprov NTT saat ini termasuk TJPS adalah bentuk sinkronisasi dengan design terpadu dan komplementer sehingga akan sangat berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebab menurutnya program TJPS yang kolaboratif antara dinas pertanian, Disperindag, hingga dinas pendidikan membantu petani untuk mengenal teknologi pertanian, memiliki akses keuangan ke lembaga perbankan, dan memiliki pengetahuan tentang cara mengolah lahan pertanian yang efektif.
“Saat ini kita hanya memiliki petani-petani yang sudah tidak lagi mampu mengolah satu hekta are lahan karena usia dan tanpa sentuhan teknologi. Tetapi dengan TJPS petani kita akan mampu melakukannya dengan mudah,” ungkap mantan direktur pertama Politani Kupang ini.
Masuknya program TJPS melalui dinas pendidikan ke SMK-SMK Pertanian ini akan membangun sebuah model baru sekaligus modal dasar bagi anak-anak sekolah untuk melihat dunia pertanian sebagai tujuan belajar dan tujuan bekerja setelah sekolah.
“Petani kita saat ini hanya berpikir untuk menghasilkan hasil pertanian untuk makan dan jual kalau lebih. Namun TJPS membawa petani kita untuk punya akses ke dunia perbankan agar bisa mengembangkan pertaniannya menjadi makin maju,” tegasnya.
Tony juga menegaskan teknologi dan mekanisasi pertanian saat ini menjadi penting agar mengantisipasi adanya keterbatasan petani yang siap mengolah lahan pertanian ke depan. Karena saat ini mayoritas petani di NTT sudah berusia lanjut dan generasi muda belum mau tekun di dunia pertanian.
“Coba nanti di cek di BPS berapa petani kita sekarang, mungkin saja kita sudah kekurangan petani dibandingkan dengan lahan pertanian yang potensial untuk dikerjakan,” tandasnya. (ONI)