MaxFM, Waingapu – Ritual Mangejing adalah salah satu ritual penting dalam masyarakat Sumba yang berkepercayaan Marapu. Dimana dari ritual ini, umat Marapu memohonkan kesuburan lahan, kecukupan hujan di musim penghujan hingga hasil laut yang cukup dan juga kesehatan diri, keluarga serta hewan peliharaan dan tanaman.
Penulis naskah dan pembuat film dokumenter Ritual Mangejing, Gusti Dida menjelaskan hal ini dalam peluncuran dan pemutaran lerdana film ini di MMX Caffe, Senin (29/11/2021).
Dijelaskannya Ritual Mangejing adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Sumba berkepercayaan Marapu untuk terhubung dengan tuhan yang mereka percayai melalui sejumlah tahapan. Dimana diawali dengan persiapan, memasang bambu dengan kain putih berpotongan seperti tubuh manusia di sudut rumah adat.
Selanjutnya ada hamayang atau doa yang dilakukan para imam semalaman dalam ruangan yang gelap, baru kemudian pagi harinya dengan membawa bendera merah-hitam dan menunggang kuda para pasukan pelaksana Ritual Mangejing berangkat ke mesbah di padang untuk melakukan ritual.
“Setelah melakukan ritual di mesbah padang, pasukan kembali ke kampung dengan sukacita,” jelasnya.
Namun menurut Gusti, Ritual Mangejing belum berakhir disitu. Karena harus dilakukan juga ritual di mesbah pantai yang dilakukan keesokan harinya, lalu dilanjutkan lagi dengan tahapan terakhir yakni membersihkan peralatan-peralatan sakral oleh para imam.
“Setelah dibersihkan, barang-barang ini kembali disimpan di menara rumah oleh orang khusus sebagai tanda selesainya Ritual Mangejing,” jelas Kasubag Program Kecamatan Katala Hamu Lingu ini.
Diharapkannya dengan dilakukan pemutaran perdana film dokumenter karyanya ini, anak-anak muda maupun pihak-pihak yang peduli dengan budaya Sumba maupun Marapu bisa ikut mendedikasikan waktunya untuk mendokumentasikan budaya Marapu yang bisa terancam punah.
“Kalau kita sendiri orang Sumba tidak mendokumentasikan nya, siapa yang mau melakukan nya untuk kita,” tandasnya.
Perwakilan dari Litbang Kemendikbudristek, I Putu Yudha Kusuma Darmadi dalam sambutannya menegaskan peluncuran film dokumenter Ritual Mangejing: Menjaga Harmoni Semesta di Tana Marapu harus menjadi awal yang baik untuk kelanjutan pelestarian budaya-budaya Marapu dan Sumba Timur umumnya. Kemendikbudristek selalu menyediakan ruang melalui Fasilitas Bidang Kebudayaan (FBK) untuk mewadahi karya-karya budaya anak bangsa.
Dijelaskannya FBK selalu ada setiap tahunnya untuk menyediakan ruang bagi anak bangsa untuk menghasilkan karya-karya budayanya untuk dipublikasikan.
Dijelaskannya ruang FBK menyediakan tiga ruang bagi seniman-seniman Indonesia untuk berpartisipasi yakni karya atau pengetahuan maestro seperti Ritual Mangejing, kemudian kedua adalah penciptaan karya kreatif inovatif dan yang ketiga adalah pendayagunaan bakat. Karena itu, Yudha mengharapkan budayawan atau generasi muda Sumba dapat mengambil inspirasi dari Ritual Mengejing yang didokumentasikan oleh Gusti Dida untuk ikut mengambil bagian dalam FBK selanjutnya.
“Saya yakin ada banyak nilai-nilai budaya yang masih bisa dibuat untuk diusulkan ke FBK tahun-tahun mendatang, sehingga Ritual Mangejing tidak boleh menjadi yang pertama dan terakhir dari Sumba,” ungkapnya.
Yudha juga mengapresiasi kerja keras dan karya yang sudah dihasilkan oleh Gusti Dida dengan Ritual Mangejing. Karena untuk tahun 2021 sendiri menurut Yudha terdapat lebih dari 6.000 proposal yang masuk ke Kemendikbudristek dan tidak banyak yang disetujui dan dari sedikit yang disetujui tersebut salah satunya dari Sumba Timur yakni karya Gusti Dida tentang Ritual Mangejing: Menjaga Harmoni Semesta di Tana Marapu.
Bupati Sumba Timur, Drs. Khristofel Praing, M.Si dalam sambutannya mengaoresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Gusti Dida dengan mendokumentasikan Ritual Mangejing. Karena sebagai salah satu tokoh yang ikut berjuang agar kepercayaan Marapu diakui oleh negara dalam pencatatan kependudukan di Indonesia, apa yang dilakukan ini merupakan sesuatu yang sangat berharga untuk kelestarian budaya Sumba dan Marapu khususnya.
“Masih ada banyak ritual Marapu yang masih bisa didokumentasikan. Karena kita orang Sumba yang lahir dengan budaya tutur, akan terancam punah budaya kita jika tidak didokumentasikan melalui karya film atau tulisan,” urainya.
Mantan Lurah Prailiu ini juga menantang kaum muda Sumba Timur untuk mendokumentasikan budaya-budaya Marapu lainnya sehingga generasi-generasi berikutnya dapat memperlajari dan memahami budaya Marapu secara utuh dari tulisan maupun film-film dokumenter lainnya.
“Kita semua mengerti kalau menyampaikan pesan bisa saja bertambah dan bisa saja berkurang karena lupa. Jadi akan lebih baik kalau ditulis atau difilmkan seperti ini (Ritual Mangejing),” tandasnya.(ONI)