
MaxFM, Waingapu – Guru dan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kambera berkomitmen untuk bersama saling mendukung mewujudkan SMAN 1 Kambera sebagai sekolah ramah anak tanpa kekerasan.
Hal ini terbaca dari sejumlah komitmen yang ditulis dan ditempelkan para guru maupun siswa SMAN 1 Kambera usai mengikuti kegiatan pelatihan sekolah tanpa kekerasan (perundungan, kekerasan seksual, dikriminasi) di sekolah tersebut, Sabtu (20/11/2021) dan menghadirkan dua orang pemateri yakni Advisor Perlindungan Anak INOVASI Jakarta, Wiwit Arianti dan pengelola program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, Save the Children, Retno Indrawati.
Komitmem ini sendiri diambil diakhir kegiatan, dimana para guru dan siswa diminta untuk menuliskan komitmen mereka tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan secara pribadi guna mendukung terwujudnya SMAN 1 Kambera sebagai sekolah layak anak tanpa kekerasan untuk satu tahun ke depan.
Dari tulisan-tulisan tersebut, para guru berkomitmen untuk tidak lagi membully anak-anak dengan kata-kata kasar maupun kekerasan fisik dan memberikan ruang yang luas kepada anak-anak untuk berkarya tanpa kekerasan.
Sedangkan para siswa berkomitmen untuk selalu berusaha mengikuti perintah guru, sepakat untuk tidak lagi menjadi pelaku kekerasan, bully dan diskriminasi serta membantu teman yang menjadi korban bully hingga melaporkan kepada pihak yang lebih berkompeten atau pihak kepolisian jika ditemukan tindakan kekerasan berat yang tidak bisa ditolerir.
Kepala Sekolah SMAN 1 Kambera, Putiyani Rambu Lepir dalam sambutannya menjelaskan SMAN 1 Kambera walau berada di pinggiran kota memiliki jumlah siswa yang cukup banyak dan datang dari beragam latar belakang suku, budaya, dan golongan.
Keragaman yang ada sangat terbuka kemungkinan bagi anak-anak untuk terlibat konflik yang diawali dari saling ejek, hingga membentuk kelompok geng untuk berebut pengaruh di lingkungan sekolah. Karenanya pihak sekolah melihat hal ini sebagai potensi ancaman yang harus secara dini diantisipasi untuk diminimalisir sebaik mungkin agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
“Ada beberapa kasus perundungan yang sudah terjadi dan tidak terhindarkan, sampai ada anak yang sampai tidak datang sekolah, atau menjadi pendiam,” ungkapnya.
Melihat hal ini pihak sekolah kemudian memutuskan untuk mengambil langkah antisipasi yakni dengan melakukan pelatihan sekolah tanpa kekerasan (perundungan, kekerasan seksual dan diskriminasi) guna mendukung langkah-langkah antisipasi lain yang sudah dilakukan pihak sekolah selama ini.
“Kami ada pembinaan rohani setiap hari Senin, juga ibadah OSIS untuk menyentuh hati anak-anak secara rohani. Tetapi kita juga butuh pelatihan seperti ini untuk mewujudkan sekolah tanpa kekerasan,” ungkapnya.
Harapannya setelah adanya kegiatan pelatihan sekolah tanpa kekerasan dan adanya pernyataan komitmen dari guru-guru dan para siswa di akhir kegiatan tersebut bisa memberikan semangat baru agar tidak lagi terjadi perundungan, kekerasan hingga diskriminasi di SMAN 1 Kambera.
“Ini adalah langkah awal kita bersama dan sambil berjalan akan kita evaluasi untuk memperkuat komitmen bersama kita mewujudkan SMAN 1 Kambera sebagai sekolah ramah anak tanpa kekerasan,” tegasnya diakhir sambutan penutupan kegiatannya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Sumba Timur, Umbu Ndamu dalam sambutannya menegaskan upaya untuk mewujudkan SMAN 1 Kambera sebagai sekolah ramah anak tanpa kekerasan adalah sebuah langkah yang baik karena lingkungan pendidikan yang mempertemukan anak-anak dan guru dari beragam latar belakang membutuhkan konsep yang sama agar lingkungan sekolah dapat menjadi lingkungan untuk saling mendukung dan bukan saling menjatuhkan.
“Kami pemerintah tentu sangat mendukung apa yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan sekolah yang ramah anak,” tegasnya.
Manager INOVASI NTT, Hironimus Sugi dalam sambutannya mengapresiasi langkah yang diambil SMAN 1 Kambera dalam melaksanakan kegiatan pelatihan sekolah tanpa kekerasan sampai dengan pembuatan komitmen bersama mewujudkan impian tersebut.
Karenanya INOVASI NTT walau hanya memiliki program kerja di bidang pendidikan dasar ikut mengambil bagian dalam kegiatan ini guna mendukung terwujudnya sekolah ramah anak di SMAN 1 Kambera.
“INOVASI sangat mendukung sekolah tanpa kekerasan atau sekolah ramah anak, karena dengan demikian anak-anak bisa memberikan yang terbaik dari diri mereka untuk pendidikan mereka dan bukan untuk hal yang merugikan,” tandasnya.(ONI)