MaxFM, Waingapu – Upaya percepatan penanganan stunting merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, gereja dan masyarakat. Karena itu semua pihak harus bersama-sama mengambil bagian dalam upaya penanganan masalah stunting.
Asisten pemerintahan Setda Kabupaten Sumba Timur, Yacobus Yiwa, SH menyampaikan hal ini saat menyampaikan sambutannya sebelum membuka kegiatan orientasi kader gereja untuk percepatan pencegahan dan penurunan stunting di Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berlangsung di gedung kebaktian Gereja Kristen Sumba (GKS) Payeti, Selasa (05/10/2021).
Dijelaskannya masalah stunting adalah masalah bersama karena ada keterkaitan antara ketersediaan pangan, sanitasi hingga kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi bagi setiap ibu hamil sejak awal kehamilan hingga 1.000 hari pertama kehidupan. Karenanya tidak hanya pemerintah yang memiliki tanggung jawab penanganan stunting melainkan juga semua stakeholder termasuk gereja di dalamnya.
“Terima kasih karena PGI sudah melakukan kerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk kegiatan di Sumba Timur ini yang tentu sangat baik dan pemerintah daerah sangat mengapresiasinya,” jelas pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur ini.
Mantan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Sumba Timur ini menambahkan pemerintah daerah merasa terbantu sekali dengan kegiatan ini dengan harapan output dari kegiatan ini bisa membagi pengetahuan yang diperoleh kepada remaja putri lainnya di gereja asal masing-masing sehingga makin banyak remaja putri yang memiliki pengetahuan tentang pencegahan stunting.
“Kita harapkan dengan kegiatan ini dan kelanjutannya ke depan tidak ada lagi anak-anak yang lahir lagi dengan kondisi stunting,” harapnya.
Ketua Badan Pelaksana Majelis Sinode Gereja Kristen Sumba (BPMS GKS), Pdt. Alfred Samani dalam sambutannya menjelaskan kegaitan ini merupakan bagian dari dukungan nyata gereja dalam upaya pencegahan stunting di Kabupaten Sumba Timur. Karena itu peserta-peserta yang diikutkan dalam kegiatan ini tidak hanya dari Kota Waingapu, melainkan dari wilayah pelayanan GKS di Kabupaten Sumba Timur.
“Gereja juga menyadari pentingnya pencegahan stunting sehingga kegiatan ini kita lakukan agar jumlah anak stunting di Kabupaten Sumba Timur bisa kita minimalisir setiap tahun,” ungkapnya.
Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Jimmy Sormin usai pembukaan kegiatan menjelaskan kegiatan stunting kali ini mencoba menarik lebih jauh ke belakang dengan sasaran utama adalah remaja putri, karena kesehatan remaja putri akan sangat berpengaruh terhadap lahirnya anak-anak di masa mendatang.
Karena itu yang menjadi peserta dalam kegiatan ini adalah pendeta maupun majelis kategorial yang membidangi pelayanan kepada remaja putri di jemaat masing-masing, dengan harapan setelah mendapatkan pengetahuan dari kegiatan ini membentuk kelompok binaan dengan jumlah anggota sebanyak 10 orang remaja putri untuk didampingi.
“10 remaja putri ini akan didampingi dan dipantau untuk mengkonsumsi obat tambah darah satu butir setiap minggu nya selama satu bulan,” jelasnya.
Pdt. Jimmy menambahkan pihaknya sudah berkomunikasi dengan pemerintah daerah melalui Asisten I Setda Kabupaten Sumba Timur agar pasca pemantauan kegiatan ini selama satu bulan ke depan, Puskesmas di setiap kecamatan bisa melanjutkan nya dengan membentuk Posyandu remaja agar semakin banyak rwmaja putri yang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksinya sejak dini.
“Kalau remaja-remaja putri kita sudah sadar tentang kesehatan mereka sejak dini, kita harapkan tidak ada lagi anak yang lahir stunting di kemudian hari,” tandasnya.(ONI)