MaxFM, Waingapu – Ratusan penenun di kabupaten Sumba Timur memamerkan kebolehan menenun dalam acara festival tenun Ikat Sumba kegiatan ini sebagai satu rangkaian dengan acara festival sandelwood yang memperkenalkan kuda sandelwood dan tenun ikat ke dunia internasional serta menarik minat wisatawan mengujungi pulau Sumba sebagai satu dari surga destinasi wisata di Indonesia timur.
Sekitar 300 penenun memenuhi lapangan Pahlawan, Kota Waingapu menunjukan kemampuan menenun secara tradisioanl yang masih diwariskan hingga kini.
Sejumlah pengrajin tenun ikat menenun secara tradisonal dengan segala kemampuan untuk dua jenis kain sumba timur yakni jenis kombu dan kawuru.
Tenun ikat yang dipakai juga masih menggunakan sistem pewarnaan alami dari daun nila dan akar menggkudu. Selain itu bebargai jenis motif juga ditenun oleh para ibu-ibu yang sudah menjadi tradisi seperti motif gajah yang mempunyai ati kemegahan/ mahang atau singa/ yang melambangkan keberanian.
Imelda Halamina salah satu ibu yang ikut dalam festival mengatakan untuk menenun sebuah kain sebenarnya hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari seminggu namun poses secaa keseluruhan bisa sampai .
“Butuh waktu 2 sampai 7 hari untuk tenun sedangkan dari proses memintal dan pewarnaan menbutuhkan waktu sebulan sehingga untuk menghasilkan sebuah kain membutuhkan waktu 2 minggu hingga 3 bulan tergantung tingkat keulitannya dan waktu yang konsisten untuk terus menenun”. Jelas Imelda.
Selain itu pada festival ini para ibu juga menunjukan kebolehan memintal benang, menata benang tenunan, membuat sketsa motif serta mewanai benang dengan pewana dari daun nila dan akar menggkudu.
Hasil tenunnan jadi juga dipamerkan dari para penenun agar bisa dibeli oleh para pengunjung dengan harga minimal 1 juta rupiah.
Kegiatan festival akan juga akan diikuti dengan parade kuda sandalwood di padang savanna walakiri menuju pantai walakiri.[Ignas Kunda]