MaxFM, Waingapu – Kalau kita perhatikan, mamuli berbentuk rahim perempuan. Ada yang polos dan ada yang memiliki asesoris berbentuk benjolan-benjolan atau bintik-bintik serta gambar-gambar semisal ayam. Luluh amah atau kanatar berbentuk lonjong, ujungnya serupa alat kelamin laki-laki. Mamuli ada yang kecil dan ada yang besar. Di Sumba Barat Daya (Kodi) yang polos disebut “kamomol”. Baik mamuli maupun lulu amah terbuat dari emas. Mamuli yang paling besar mencapai 20 gram. Dalam perkawinan adat, suku Kodi menganggapnya sebagai hulu belis. Ini berlaku untuk semua anak gadis Kodi. Kini hulu belis bisa diaganti dengan kerbau jantan besar. Rupanya orang Kodi mengangap lebih menguntungkan karena harga satu ekor kerbau jantan besar di Kodi di atas Rp 25.000.000.
Dari mana asal mamuli dan lulu amah? Ada dua versi cerita.
Versi pertama: Konon khabarnya ketika terjadi hubungan komunikasi antarbangsa, ada seorang Cina datang ke Sumba. Namanya Makmuli. Dia beraul dengan para bangsawan Sumba (waktu itu belum ada raja). Hubungan ini diwujudkan dalam bentuk tukar-menukar barang. Sekali peristiwa Makmuli ingin memberi hadiah kepada salah seorang bangsawan. Entah bergurau, entah menyindir tidak diketahui dengan pasti. Dia membuat dua macam perhiasan, yang satu berbentuk kelamin perempuan, dan yang satu berbentuk alat kelamin laki-laki, kemudian dihadiahkan kepada bangsawan Sumba.
Lantaran tidak mengetahui nama perhiasan berbentuk kelamin perempuan, bangsawan itu menyebutnya “mamuli” sesuai nama orang Cina yang memberi hadiah. Yang berbentuk alat kelamin laki-laki disebut lulu amah atau kanatar yang berarti tali emas. Perhiasan ini sangat langka. Kemudian orang Sumba menjadikannya belis. Karena sulit mendapatkan emas, orang Sumba membuat mamuli dan lulu amah imitasi dari kuningan. Tentu saja harganya tidak sama dengan yang asli.
Cerita versi kedua:
Tersebutlah seorang bangsawan Sumba yang kaya-raya. Dia ingin mendirikan rumah yang paling besar sehingga melebihi rumah para bangsawan lain. Dia sendiri tidak tahu membuat gambarnya apalagi membangunnya. Tukang-tukang juga tidak berani membuat gambar atau model rumah yang dikehendaki bangsawan itu.
Teringatlah bahwa di Sabu ada sahabatnya yang terkenal ahli membuat rumah model apa saja. Dia juga bangsawan. Bangsawan Sumba bertolak ke Sabu menemui sahabatnya. Di sana dia menjelaskan maksudnya. Bangsawan Sabu setuju dan bersama-sama dengan bangsawan Sumba. Di sana dengan mudah bangsawan Sabu itu membangun rumah idaman sahabatnya.
Setelah membangun rumah yang dikehendaki sahabatnya, dia masih tinggal beberapa lama di rumah sahabatnya. Di rumah itu ada seorang gadis puteri tunggal sahabatnya. Dia sangat cantik. Bangsawan Sabu jatuh cinta padanya. Gadis pun menerima tawaran cintanya. Ketika gadis itu curhat pada orang tua bahwa antara dia dengan bangsawan Sabu ada hubungan cinta, orang tuanya menolak dengan keras. Dia tidak mau kalau anak gadisnya harus berpisah dengan dia mengikuti suaminya ke Sabu. Dia menghendaki kalau putrinya kawin dengan orang Sumba sendiri.
Pada suatu hari bangsawan Sumba mengusir sahabatnya kahawatir kalau-kalau putrinya jadi kawin dengan dia. Ketika bangsawan Sabu itu melangkah keluar rumah, gadis idamannya memegang tangannya erat-erat dan menariknya. Orang tua yang menyangka putrinya akan dibawa lari, memegang tangan putrinya sekuat tenaga. Terjadilah tarik-menarik atara orang Sabu dengan anak-bapak sampai mereka capai dan tertidur.
Bangun dari tidur, timbul niat bangsawa Sabu membuat perhiasan dari emas yang nantinya akan dihadiahkan kepada bangsawan Sumba. Dia membuat dua macam perhiasan dari emas. Yang satu berbentuk alat kelamin perempuan, yang satu berbentuk alat kelamin laki-laki, yang kemudian dikenal sebagai mamuli dan lulu amah atau kanatar.
Maksud orang Sabu, sebenarnya mau menyindir. Karena gara-gara dua alat kelamin tadi dia diusir tanpa mengingat tanpa mengingt jasanya, yaiotu membangun rumah idaman meski dia diimbal.
Bangsawam Sumba yang tidak memahami maksud tersembunyi dari bentuk kedua perhiasan itu malahan merasa bangga. Sebagai ungkapan kegembiraan dia membuat pesta besar-besaran. Jadilah banagsawan Sabu itu kawin dengan putri Sumba dengan syarat dia harus tinggal di Sumba.***
One thought on “Mamuli, Lulu Amah, Riwayatmu Dulu”