

MaxFM, Waingapu – Umumnya ketika Pegawai Negeri Sipil PNS di tempatkan di tempat terpecil apalagi di Salura pasti menolak, tapi pegawai yang satu ini berbeda, bukannya menolak ditempatkan di Salura, malahan dirinya datang ke kantor Badan Kepegawaian Daerah BKD Sumba Timur dan minta ditempatkan di Salura untuk pengabdiannya sebagai Guru.
Pulau Salura berada di Selatan Kabupaten Sumba Timur Nusa Tenggara Timur NTT, perairan laut Salura berbatasan langsung dengan perairan Australia Negara tetanggga kita.
Di Pulau ini ada 1 desa yakni Desa Praisalura, seskitar Pulau salura ada pulau Kotak dan Mengkudu, yang masuk dalam kecamatan Karera.
Bisa dimengerti kalau banyak pegawai yang menolak untuk ditempatkan bekerja di Salura. Untuk mencapai Salura tidaklah gampang. Dari Waingapu kalau tidak menyewa kendaraan sendiri maka harus naik bus atau truk kayu, menempuh perjalanan sekitar 5 bahkan 6 jam, dengan jalan daerah selatan Sumba Timur yang rusak, itu baru sampai di seberang pulau Salura yakni di Katundu. Dari pantai Katundu harus menggunakan perahu kayu dengan lama perjalan sekitar 45 menit sampai 1 jam, ini kalau selama perjalanan lautnya tenang, tapi kalau laut sedang mengamuk pasti perjalanan lebih lama atau jangan coba lewat, nyawa taruhannya.
Tahun 2011 saya pernah menunjungi Salura, terus terang jantung serasa mau copot saat perahu terangkat keatas oleh ombak dan turun ke bawah di dasar gelombang kemudian datang lagi gelombang baru. Gelombang yang menurut kami di perahu itu sudah menakutkan, meskipun pembawa kapal mengatakan itu masih gelombang kecil, tidak terbayang kalau gelombang besar menurut pengemudi perahu, mau menyebrang seperti apa.
Melihat kesulitan untuk menjangkau salura, hanya PNS yang benar-benar mau mengabdi untuk daerah ini yang mau minta kerja, tinggal dan mendidik anak-anak bangsa di sana, kalau bukan karena mau mengabdi pasti tidak ada PNS yang mau datang ke Salura.
Pagi itu di sekitar Kolam Renang Taman Wisata Matawai, Kelurahan Matawai Kecamatan Kota Waingapu, Sumba Timur NTT, terlihat seorang bapak sedang memberikan petunjuk kepada 3 orang anak, 2 laki-laki 1 perempuan.
“Kalau mau terjun ke kolam begini caranya, teriak Damianus, sambil menunjukkan gerakan badan dan tangannya, tidak boleh saat terjun ke kolam perut dan dada duluan yang kena ke air, nanti sakit itu dada dan perut,” ujar Damianus Remindau menjelaskan kepada muridnya tentang teknik start renang saat persiapan lomba renang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional O2SN bagi siswa SD tingkat Kabupaten.
Saat memberikan arahan kepada siswanya di sekitar kolam renang terlihat keringat mengucur di keningnya tidak dipedulikan, bintik keringat terlihat jelas di bagian depan kepala yang sudah mulai terlihat botak.
“Untuk kami di Salura ini mewakili dari teman-teman SD dipercayakan untuk kami bawa renang, khusus untuk SD Salura, mewakili Kecamatan. Pada umumnya anak-anak kami di Salura hampir setiap hari bermain dengan air, karena pantai dan karena pulau kecil, mau kemana lagi kami, hanya di pantai bermain, dari kami sebagai pelatih dan guru di sana memang optimis dan punya harapan ke depan kami pacu lagi anak-anak supaya lebih semangat dan juga mereka juga percaya diri, biar dari kampung kami juga punya harapan” lanjut Damianus Remindau.
Masih kata Damianus Remindau, pihak sekolah mengirim 1 atlit renang laki-laki dan 1 atlit perempuan ditambah 1 atlit laki-laki sebagai cadangan.
Damianus mengisahkan untuk datang ke Waingapu mengikuti Lomba O2SN tingkat Kabupaten tidak gampang, karena dirinya bersama 3 orang siswa melewati laut selatan yang ganas hanya menggunakan perahu motor ketinting kecil, tetapi karena tekat sudah bulat maka laut yang ganaspun diarungi, belum lagi masih menunggu truk untuk perjalan 5 jam menuju Waingapu.
Untuk lomba renang sesuai pertemuan teknis tambah Damianus, muridnya mengikuti renang gaya bebas 100 meter dan 50 meter putra putri.
Di SDN Salura tambah Damianus Remindau ada 117 siswa.
“Memang hanya 4 ruangan, rombongan belajar, jadi terpaksa kami ambil yang 6 tahun, itupun juga sudah banyak, kami di sana kelas 1, 2, 3 dan 6 sekolah pagi dari pukul 07.30 sampai pukul 11, terpaksa begitu, kelas 4 dan 5 pukul 11 sampai dengan pukul 13, sedangkan hari Jumat itu karena mayoritas Islam di sana, mereka harus ke Musola jadi kelas 4 dan 5 belajar pukul 13 sampai pukul 15 wita.”
Lanjut Damianus Remindau di SDN Salura ada 4 guru PNS dan 4 Guru magang, 2 kawan Guru PNS yang baru diterima tahun ini dari kelompok honorer K2 sedang magang di BKD Sumba Timur sebelum dikirim ke Salura.
Bagi Damianus Remindau asal Lambanapu, menjadi Guru sudah menjadi pilihan hidup dan dijalani dengan suka cita. Meskipun tempat kerjanya jauh dari kota dan dalam kesunyian, tugas untuk mendidik anak bangsa menjadi tangung jawab yang dilakukan secara serius dan bertangung jawab.
Dalam masa kerja sebagai Guru sudah beberapa tempat disingahi sebagai tempat pengabdiannya. Pernah di SD Anajaki Nggongi mulai Agustus 2003 – 2007, kemudian pindah ke SD Negeri Katundu Nggongi ( 2007 – 2012 )dan ke SD Negeri Praimadita ( 2012-2013 ).
Untuk jadi guru PNS juga butuh perjuangan panjang dan tidak mudah lanjut Damianus Remindau, sempat menjadi guru honor selama 14 tahun dan lulus baru tes PNS sebagai guru tahun 2003.
Terimakasih Pak Guru Damianus Remindau untuk pengabdiannya selama ini, sudah menjadi pelita dalam gelap bagi anak didik.
Jadi teringat lagu tentang Guru saat masih di sekolah:
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
Damianus Remindau
Lahir 17 Desember 1968 menikah dengan 1 orang Istri dan memiliki 3 orang anak.
1989 – 2003 Sebagai Guru Honor
Akhir 2003 Lulus tes PNS sebagai Guru
2003 – 2007 Mengajar di SD Negeri Anajaki Nggongi
2007 – 2012 Mengajar di SD Negeri Katundu Nggongi
2012 – 2013 SD Negeri Praimadita Nggongi