

MaxFM, Waingapu – Musim panas di Kota Waingapu dan sekitarnya bagi sebagaian orang termasuk saya, adalah suasana yang tidak menyenangkan. Bayangkan saja jika kita sedang bekerja di dalam ruangan tanpa AC dan pekerjaan tersebut harus diselesaikan pada hari itu juga. Ditambah lagi dengan listrik PLN yang kerap kali almarhum tanpa pemberitahuan, sudah pasti membuat suasana hati menjadi jengkel. Namum ada sebagian kecil orang-orang yang bersyukur dengan keadaan yang demikian. Semakin terik panas matahari, makin baik bagi ‘ kantong’ mereka. Penjual es misalnya, mereka bisa meraup keuntungan 2 kali lipat dari biasanya. Selain penjual es, para petani garam juga makin bersemangat bekerja.
Profil petani garam mungkin kurang familiar di telinga para kita, karena petani identik dengan tanaman padi, jagung dan tanaman pangan lainnya. Petani garam adalah sebutan untuk para penghasil garam yang melakukan aktivitasnya di sekitar pesisir pantai pada musim panas sekitar bulan Juni – November. Pada umumnya, petani garam masak di Sumba Timur melakukan aktivitas masak garam bersifat tradisional yang merupakan warisan turun-temurun.
Jika musim panas tiba dan tanah garam disekitar pantai sudah mengering, petani garam akan beramai-ramai mengumpulkan tanah garam yang kemudian dicampur dengan air laut untuk mendapatkan larutan garam yang biasa di sebut air tua. Air tua ini kemudian dimasak sampai menjadi kristal-kristal garam. Semakin banyak kadar garam yang terkandung dalam tanah garam, makin banyak kristal garam yang dihasilkan saat dimasak. Garam-garam ini kemudian diberi yodium (KIO3) dan dijual ke konsumen.
Profesi ini cukup menjanjikan karena baik itu manusia, ternak maupun dunia industri membutuhkan garam, ibarat sayur tanpa garam hambar rasanya. Kebutuhan manusia akan garam beryodium setiap tahunnya adalah 3 kg per orang. Berdasarkan data sebaran penduduk Nusa Tenggara Timur tahun 2012, jumlah penduduk kabupaten Sumba Timur adalah 263.142 jiwa. Ini berarti bahwa kebutuhan konsumsi garam oleh penduduk per tahun adalah 789.426 kg, belum termasuk kebutuhan ternak dan industri. Hasil pendataan jumlah produksi pada sentra garam oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Sumba Timur tahun 2012 adalah 400.505 kg yang berarti pemenuhan kebutuhan konsumsi garam beryodium baru mencapai 50,7 %.
Musim panas adalah berkah bagi petani garam dan berkah ini dilanjutkan kepada para konsumen untuk turut berpartisipasi mencegah resiko GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) dan membantu mencerdaskan sumber daya manusia di kabupaten Sumba Timur.