Scroll to Top
Kabubu Palandima Pelukis Aliran Natural Ekspresif Dari Sumba
Posted by Heinrich Dengi on 7th Desember 2018
| 5787 views
Hamayang La Katoda, Lukisan karya Kabubu Palandima [Foto: Heinrich Dengi]

MaxFM, Waingapu – Siang itu, Selasa (04/12/2018) tanpa pemberitahuan sebelumnya saya berkunjung ke rumah Bapak Kabubu Palandima, yang hampir sepanjang hidupnya menggeluti seni lukis hingga patung di sekitar Matawai, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, NTT.

Saat saya temui di ruang kerjanya Kabubu Palandima sedang memberi warna dengan cat sebidang cetakan sekira 25cm x 25cm dari bahan pasir dan semen dengan motif sumba yang dipesan salah satu warga Waingapu untuk dipasang di rumahnya, perkiraan saya akan dipasang di tiang rumah bagian depan.

Kata Bapak Kabubu Palandima sesekali dirinya menerima pesanan seperti ini, di luar itu dirinya tetap melukis hinga di usia sekarang jalan 75 tahun.

Kata dia sejak kecil dirinya sudah senang.

“Memang sejak kecil saya sudah punya bakat memang waktu SR dulu lumayan dikenal waktu SR, waktu kelas satu SR itu, 10 tahun waktu saya masuk SR, sbelum itu saja di kampung sering saya di halaman rumah, halaman yang disapu mama dorang di tanha merah atau tanah putih saya pake jari saja saya gambar di tanah, gambar kuda, gambar kerbau, gambar orang berburuh di tanah, orang pajura,” kata bapak Kabubu Palandima, ayah dari 5 orang anak, 2 anak laki-laki, 3 anak perempuan, kepada maxfmwaingapu.com.

Potret Wajah DR. Oe. H. Kapita, Karya Kabubu Palandima [Foto: Heinrich Dengi]




Kesenangan melukis makin berkembang saat dirinya menjadi guru di Sekolah Pendidikan Guru SPG Laikaruda, Sumba Barat, saat ini masuk wilayah Kabupaten Sumba Tengah. Murid-muridnya mengetahui bahwa guru mereka bagus kalau melukis makanya banyak siswa yang membawa foto orang tua mereka untuk digambar dan bila selesai dibawa pulang ke rumah oleh murid-murinya.

Sambil saya mewawancarai dan menggambil foto, opa yang sudah memilik 10 orang cucu ini, mengeluarkan dari sekitar tempat kerjanya satu demi satu lukisan yang sebagian besar sudah jadi, tinggal beberapa lukisan yang dalam tahap akhir penyelesaian dan menunjukkan kepada saya serta mempersilahkan saya mendokumentasikan dengan kamera.

Masih kata Bapak Kabubu Palandima, selama ini tidak pernah belajar khusus, atau sekolah khusus tentang melukis, dia hanya belajar sendiri atau otodidak.

Lanjut Opa Kabubu Palandima, pertama kali menggunakan media kanvas sebagai media melukis sejak tahun 1972 saat mengajar di SPG Laikaruda, sekaligus menggunakan cat minyak. Sebelumnya untuk wadah melukis hanya menggunakan kertas dan cat air.

“Sedangkan sejak tahun 1972 saya mulai menggunakan kain kanvas yang dibikin sendiri, karena tidak sempat beli dan ini diperkenalkan oleh teman guru saya pak Ratu Riwu, dia itu tamatan dari Jogja, Saya tidak berpendidikan khusus, saya hanya belajar sendiri atau otodidak, dan kita bikin kanvas dari kain blacu, kanji dioles di kain blacu dibiarkan sampei kering baru labur dengan cat putih baru kit amelukis di situ,” kata pelukis senior di Sumba Kabubu Palandima mengenang masa-masa awal melukis di kanvas buatan sendiri.

Pulupamba Mbatabokul, Lukisan karya Kabubu Palandima [Foto: Heinrich Dengi]



Masih kata pelukis Kabubu Palandima yang melukis dengan aliran Natural Ekspresif ini , lukisannya sudah tersebar kemana-mana bahkan keluar Sumba. Salah satu sutradara film yang terkenal Garin Nugroho pernah 2 kali datang ke tempat kerja opa Kabubu Palandima untuk membeli lukisan dan dibawa ke Jakarta.
Tentang lukisan yang dinilainya mahal adalah lukisan yang dilukis sekitar tahun 70-an yang dihargai Rp500ribu oleh seorang pembeli karyanya.

Hingga sekarang opa Kabubu Palandima masih terus melukis dan berharap akan terus menghasilkan karya sampai akhir hayatnya, cuma kendalanya kata dia, akhir-akhir ini matanya mulai kabur dalam hal melihat, sehingga bila melukis yang agak kecil dan detil agak sedikit sulit karena mata sudah kalah.

Yesus & Orang Kusta, Diangkat dari catatan Injil Lukas 17:11-19, Karya Kabubu Palandima [Foto: Heinrich Dengi]



Dari lukisan yang dikeluarkan Opa Kabu Palandima dan diperlihatkan kepada saya, ada cukup banyak lukisan yang menceritakan tentang masa lalu, yang artinya dari lukisan kita bisa juga belajar soal sejarah Sumba. Misalkan saat ditujukkan lukisan yang memuat 2 orang gadis sedang menumbuk padi di lesung menggunakan alu di depan rumah hanya menggukan sarung tanpa memakai baju itu berarti payudaranya terlihat. Ketika saya tanya apakah gambar ini saru atau gambar porno, Opa Kabubu Palandima bilang tidak porno. Ini lukisan situasi nyata di Sumba kata dia yang dihatnya sediri di banyak tempat di Sumba sampai di tahun 1960-an.

Sedangkan lukisan lain yang ada banyak yang berupa potret diri dari orang-orang terkenal di Sumba selain lukisan alam, situasi perkampungan dan budaya Sumba.

Print Friendly, PDF & Email
Show Buttons
Hide Buttons