MaxFM,Waingapu – Entah sejak kapan rokok mulai dikenal di Sumba Timur tidak diketahui dengan pasti. Yang jelas hampir seluruh masyarakat Sumba Timur suka merokok. Karena rokok itu sudah merupakan alat pergaulan setelah sirih pinang.
Uniknya lagi hampir semua wanita di beberapa kecamatan seperti di wilayah Masu Karera, Waijelu, Mangili, Tabundung, Lewa dan Kanatang suka merokok. Ini kita bicara tempo dulu, sekarang nampaknya sudah berkurang.
Bahan rokok dari tembakau yang digulung dengan daun lontar yang dihaluskan. Ukuran panjang sesuka hati tanpa filter atau penyaring. Gulungan diikat dengan irisan daun laontar juga.
Karena banyak wanita Sumba Timur suka merokok, mungkin ada benarnya prediksi Pater Gerhard Legeland yang pernah tinggal di Waingapu selama 10 tahun, bahwa tingkat kelahiran di Sumba Timur lebih rendah dibanding Sumba Barat karena banyak ibu di Sumba Timur suka merokok dan ini ada kaitannya dengan tingkat kesuburan.
Luas Sumba Timur 7000,5 km2 (Sumba selurunya 12.000 km2) yang terdiri dari 227 kabisu. Menurut data BPS Sumba Timur dalam Angka per tahun 2010, jumlah penduduk Sumba Timur 227.835, Sumba Barat lebih dari 300.000 jiwa.
Romentika bercinta tempo dulu
Sampai dengan era 1980-an, mungkin juga 90-an untuk menjalin hubungan cinta antara muda-mudi pada umumnya, konon pula muda-mudi Sumba Timur, sarana komunikasinya adalah surat-menyurat. Kini dianggap sudah ketinggalan zaman. Tidak efisien waktu dan tenaga. Harus pragmatis, praktis, instan. Inilah kehendak zaman dewasa ini. Seorang pemuda tinggal utak-atik nomor HP, kalau lagi mujur dapatlah jodoh. Tidak perlu penjajakan yang memakan waktu, karena ini bermain kucing-kucingan namanya.
Jauh sebelum orang mengenal tulisan ada sarana untuk menyatakan rasa cinta pada lawan jenis. Yakni lewat bahasa lisan berupa pantun, ini sangat terkenal di Sumatera. Di Sumba Timur ada yang disebut pahangu, yakni pantun atau balada yang dinyanyikan. Dalam sastra dikenal istilah a poem set in song, yang artinya sama, balada yang dinyanikan.
Pahangu ada bermacam-macam tema misalnya pengorbanan demi cinta, dalam larik, Japaka la Halaura Kirimara kau, kuhewa rengganggau tena, tena Hawu kaku palatoma kau, yang artinya, meski kau berada di Pulau Salura Kirimara, saya akan mencarter perahu Sabu dan saya akan mendapatimu. Tema untuk menimbulkan keharuan agar cinta semakin mendalam, dalam pahangu, Wai mata di laka mitinda, Rambu wai wira di laha ngahunda, ka wana mamunyai pandalanjangu, air mata di pipi kita, ingus yang menetes di dada kita, katakan pada keabadian. Tema seorang pemuda tidak tega hidup sendirian, dalam, Ndana muda la pambunjangu.Hada lumbatu kau, patingingu eri Rambu. Jaka diaya pamohu wanggunya nahu eri. Ai hia eri Rambu. Ndana muda lapa mbunjangu nahu er, dst.Mengapa engkau bangun dan pergi. Dengarlah adik Rambu. Adapun saya menghilang sekarang ini adik, ya, tidak gampang juga hidup menyendiri. Tema keterus-terangan, Tabi ndalalu wanda anggamu, ninya na pambailimu nahu, saya tidak berani lagi memberi salam padamu karena kau kini sudah terpikat dengan yang lain. Dan tema perpisahan untuk sementara karena pemuda ingin merantau, Nggiba takana nyaika nahu, eri, ai hia eri, nggina rehina nalakunggu , kini tiba saatnya aku akan pergi, duhai adik. Jika ada penghambat, pemuda akan menyanyii demikian. Nata ndula ndaika ndaika ngalungu luaka kawana wamunyai Rambu nedi lanja andanggau, Na maradanda Rambu a…i hia ndaika tehiku luakawana wamunya….Kita berbukitkan angin, berpadangkan laut, katakanlah kepada si Rambu.
Banyak simbol nonverbal (tanpa kata) yang digunakan oleh muda-mudi Sumba Timur dalam melahirkan rasa cintanya. Bisa lewat gandengan mata, senyum di laut madu, atau cara-cara lain yang sudah disepakati.
Cinta dan daun lontar
Bagaimana muda-mudi Sumba Timur menyatakan pesan-pesan cinta lewat rokok daun lontar?
Kedua ujung simpul rokok daun lontar yang terbuat dari irisan daun lontar juga dibiarkan tegak. Ujung yang satu lebih panjang (tinggi) dari yang lain. Melalui perantara rokok itu dikirim oleh wanita kepada pria idola karena merasa pria itu mencintainya. Perbedaan tinggi rendah, panjang pendek kedua pengikat itu mengandung makna, engkau mencintaiku sebagaimana yang saya rasakan selama ini. Namun apakah itu mungkin? Kau bangsawan, terhormat (untuk simpul yang lebih panjang), sedangkan saya ini orang bawahan, rendah derajat, tak terpandang (untuk simpul yang pendek).
Jika pria itu benar-benar mencintainya, alasan yang dikemukakan lewat simbol itu bukanlah hambatan. Pria akan mengerat ujung yang lebih hingga sama. Dan hubungan yang terjalin ini akan dibina hingga ke jenjang perkawinan. Pengeratan ujung simpul itu mengandung arti, bahwa pada dasarnya manusia itu sama dalam hal martabat sehingga tidak perlu dikaitkan dengan stratifikasi.
Kedua ujung pengikat rokok daun lontar digandeng/disambung. Persis di tengah rokok di bawah ikatan, tidak diberi tembakau, kosong. Yang mengirim adalah pria. Jika wanita yang dituju tidak menaruh cinta rokok itu dikembalikan melalui pengantara tanpa mengalami perubahan. Tapi kalau wanita itu menaruh cinta, maka bagian yang kosong itu diisi penuh dengan tembakau lalu ujungnya dibakar sedikit lalu apinya dipadam lagi. Ini menandakan hati wanita yang kosong kini telah terisi dengan cinta.
Dapat juga daun lontar yang kosong dikirim oleh pria. Jika wanita itu menerima cinta yang ditawarkan, daun lontar itu akan digulung dengan tembakau lalu dikirim kembali. Sebaliknya kalau cintanya tidak terbalas daun lontar kosong itu akan dikembalikan.
Cara lain ialah mengirim tiga batang rokok, yang dua diikat jadi satu. Jika wanita yang dikirim itu setuju, dia akan mengikat ketiganya menjadi satu. Sebaliknya jika tidak, kedua rokok yang terikat malahan dipisahkan dan ketiganya dikembalikan.
Daun lontar dipotong sepanjang 15 cm. Ujungnya diiris menjadi tiga. Irisan tengah lebih panjang. Melalui pengantara pria mengirim daun lontar itu ke gadis pujaan. Irisan yang lebih panjang dikerat sama rata dengan yang lain lalu dikembalikan. Ini menandakan setuju. Tapi sialnya jika irisan tengah dipotong lebih pendek itu pertanda buruk. Wanita merasa diri lebih rendah dan tidak mungkin dia diperisteri karena dia sudah membayangkan hambatan yang tidak bisa diatasi.
Pernyataan cinta pun dapat dituangkan lewat gambar di atas daun lontar. Gambar yang tertera adalah bukit, kali, dan jembatan. Jembatan itu terputus. Pesan-pesan tak terucapkan yang terkandung dalam gambar itu mengisyaratkan, sebenarnya saya mencintaimu, namun sayang terlalu banyak hambatan. Makna lugasnya, engkau berada di seberang kali, di balik gunung, lagi pula jembatan putus. Kiriman itu dari pria. Sebagai simbol bahwa penghalang cinta itu telah disingkirkan, wanita akan menggambar persambungan jembatan yang putus dan dikirim ke pria.
Pesan cinta lewat rambut dan darah
Rambut dan darah pun jadi pesan cinta. Cintawan dan cintawati yang sudah nekat – dalam arti walau hambatan apa pun pantang menyerah – akan bertukar rambut. Gumpalan rambut dibungkus dengan kain merah kemudian disimpan secara cermat laksana setawar sedingin yang bisa dijadikan azimat. Seringkli mereka harus menghadapi yang namanya keterbatasan. Percintaan tidak dapat dilanjutkan karena salah seorang dipaksa orang tua kawin dengan orang lain. Tragika manusia! Agar tidak termakan sumpah rambut itu harus dikembalikan ke masing-masing pemiliknya secara rahasia.
Yang lebih berat adalah saling mengisap darah yang ditusuk pada ibu jari tangan. Ikat janji ini lebih berat dengan cara-cara yang lain. Apa bila percintaan itu menghadapi jalan buntuh, biasanya kedua insan itu tega menghadapi seutas tali untuk mengakhiri hidup mereka berduaan, mengingatkan kita Juru Mulit yang mengakhiri hidupnya bersama bidadari pada sebatang keris.
Kesetiaan pasangan dapat pula diuji. Bila wanita mencurigai pacarnya dengan wanita lain, pada saat pacar meminta minum, dia disuguhi tiga mok dari tempurung kelapa (wadah minum Sumba tempo dulu). Dua mok yang didekatkan itu mengandung tuduhan, engkau dan dia punya jalinan cinta. Pria yang tidak merasa diri berkhianat segera mengambil salah satu mok yang berdekatan dan mendekatkannya pada yang terpisah (simbol dari pacar yang tidak mau dikhianati), sedangkan yang satu diminum. Dengan cara ini kecemburuan akan hilang.
( Frans W. Hebi – Tulisan ini pernah dibawakan di Acara Bengkel Bahasa Radio Max FM Waingapu )