

MaxFM, Waingapu – Materi penilaian formatif diawal pembelajaran sebagai tes diagnostik, yang menjadi pokok tulisan saya dalam dua tulisan sebelumnya, mendapat banyak feedback yang cukup menarik. Diantaranya adalah kekhawatiran bahwa nantinya guru akan melabel siswa dalam level tertentu, dan siswa akan terus berada di kelompok yang sama sampai tahun ajaran berakhir.
Jika kondisinya demikian, tentu ini tidaklah adil bagi siswa. Mengapa? Karena kita akan menghilangkan satu kesempatan bagi siswa untuk belajar dari rekannya (Peer Learning), padahal Peer Learning adalah salah satu cara belajar yang baik. Karenanya, sebagai guru kita juga harus ingat untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk: (1). Belajar konsep/keterampilan baru bersama dengan kita dalam kelompok (2). Belajar bersama dengan teman dalam sebuah kelompok yang beragam kesiapannya (3) Belajar mandiri untuk melatih konsep/keterampilan baru (3). Belajar mandiri (Gradual Release Of Responsibility Framework – dalam Better Learning Through Structured Teaching; Douglas Fisher; 2013)
Lalu bagaimana caranya kita menggunakan hasil penilaian formatif untuk untuk ketiga proses belajar di atas? Kita dapat menggunakan dua pendekatan yakni penilaian formatif sebelum belajar sebuah konsep/keterampilan baru berlangsung dan penilaian formatif di tengah sesi belajar. Dimana keduanya mempunyai fungsi yang berbeda.
Penilaian formatif sebelum pembelajaran dimulai diperuntukkan untuk mengetahui kesiapan siswa terhadap sebuah topik/keterampilan/konsep yang akan diajarkan. Ketika kita mengetahui kesiapan siswa, maka kita akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat diberikan pada mereka sesuai kesiapannya masing-masing. Lalu mengapa harus Match? Ketika siswa belajar sesuai kesiapannya maka siswa akan lebih cepat memahami sebuah konsep/keterampilan/ topik yang akan diajarkan, karena apa yang diketahui siswa sebelum mereka belajar (Prior knowledge) akan membantu mereka belajar lebih baik.
Pengalaman saya dengan metoda tematik, agak sulit memetakan siswa. Karena kita mengajarkan 2 sampai 3 pelajaran dalam satu pembahasan. Soal yang dibuat pun akhirnya gabungan beberapa pelajaran juga. Pada akhirnya pembagian bobot soal dengan kemampuan siswa pun jadi terbatas. Karena ada siswa yang baik di pelajaran tertentu namun kurang di plajaran lainnya. Ada solusi ngga Ms. Evi?
Dear bu Icha,
teirma kasih atas feedback-nya ya 🙂
Baik bu, saya coba jawab ya.
Pertama-tama saya hendak menyamakan persepsi dahulu, bahwa seperti tertulis di atas, penilaian formatif ditujukan untuk merencanakan proses belajar setelah kita mengetahui kemampuan siswa, dan juga untuk memetakan kemampuan siswa sebelum proses belajar dimulai.
Hal berikutnya adalah bagaimana merencanakan penilaian formatif (Jenis Pre-Assessment yang diberikan di awal, sebelum kita mengajar).
Meski pembelajaran tematik, namun memberikan pre-assesmen di awal pembelajaran TETAP bisa dilakukan. Dalam buku tematik ini dipermudah dengansudah dituliskannya Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan dalam tema tertentu. KD yang mau dituju tentunya ditulis per mapel. Tinggal kita lihat, KD Bahasa Indonesia apa, KD (misalnya) PKn nya apa, KD Matematika nya apa, KD IPS nya apa.
Misalnya KD IPSnya adalah memahami ciri-ciri penampakan alam, KD PKn nya tentang tanggung jawab, KD Matematika nya tentang Perkalian, dan KD Bahasa Indonesia nya adalah memahami kalimat topik (Misalnya ya).
Maka pre-asesmen nya bisa berupa:
Kita minta anak membaca teks. Teks nya isinya apa? kita buat teks pendek (1 atau 2) yang isinya tentang tanggung jawab atau tentang penampakan alam (Karena baik IPS maupun PKN pastinya akan membutuhkan kemampuan membaca bukan?).
Selanjutnya, minta anak membaca teks tersebut di depan kita.
Setelah membaca, tanyai anak tentang kalimat topik. lalu tanyai anak ttg topik terkait penampakan alam dan atau tanggung jawab.
Satu kali pre-assessment ini kita bisa lihat apakah anak SUDAH BISA/SUDAH TAHU tentang kalimat topik, penampakan alam dan Tanggung jawab.
Catat,
catatan ini nantinya akan kita gunakan untuk membuat kegiatan belajarnya (bisa juga pakai kegiatan yg ada di buku tematik)
Hal yang sama dengan Matematika.
jadi meskipun pakai buku tematik, jika yang akan diajarkan terkait dengan kompetensi dasar, maka tetap kita bisa membuat asessment nya.
Demikian ibu, smeoga menjawab ya.
Good mbak. Menginspirasi banget
Terima kasih ibu Oyo 🙂 sudah menyempatkan membaca