Scroll to Top
Merawat Tradisi Pangan Lokal di Lereng Kendeng
Posted by maxfm on 13th Juni 2020
| 2812 views
Pegunungan Kendeng yang membentang di pesisir utara Jawa. Kawasan karst ini memiliki sumber alam yang melimpah berupa; sumber mata air, sungai bawah tanah dan gua-gua yang menjadi tempat habitat alami kelelawar dan spesies-spesies binatang liar lainnya. [Foto: Farida Indriastuti]

MaxFM, Waingapu – Angin bergerak menerpa ranting-ranting pohon yang menimbulkan suara “Kraaaak.” Suara “cicit cuit” burung-burung menghasilkan komposisi bunyi yang ritmik– mewarnai pagi di Pegunungan Kendeng yang hijau bak permadani. Tebing karst dikejauhan. Tampak awan berarak melintasi langit biru. Alam Pegunungan Kendeng masih terjaga lestari.

Para petani bergerak melewati parit sempit, menuju lahan siap tanam. Beberapa petani menyunggi bakul berisi benih kacang, pupuk kompos organik hingga makanan-minuman. “Warga Kendeng punya tradisi ketahanan pangan sejak dulu. Sekarang pangan tidak gampang dijual. Pangan lebih banyak disimpan daripada dijual. Apalagi selama Pandemi Corona ini, harus hemat uang dan pangan lokal, “ujar Gun Retno, warga Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Para petani Kendeng membuat lubang dengan batang kayu kering untuk menanam benih kacang. [Foto: Farida Indriastuti]




Bagi Masyarakat Adat Samin di Pegunungan Kendeng, atau yang akrab disapa Sedulur Sikep, menyimpan pangan lokal menjadi tradisi yang turun-temurun. Di tengah mewabahnya virus Corona, beragam pangan lokal seperti gabah, jagung putih, kacang, kedelai, singkong dan panen lain– menjadi lumbung pangan. Tidak cuma itu, Sedulur Sikep memenuhi kebutuhan gizi protein hewani dari ternak unggas, kambing, sapi dan budidaya ikan sendiri.

Musim tanam adalah berkah bagi para petani di Pegunungan Kendeng. Gun Retno mengajak para petani Kendeng gotong-royong menanam kacang di lahan dekat hutan jati yang berdinding tebing karst. “Kacang ini tiga bulan sudah panen. Saya juga menanam buah-buahan; pisang, pepaya, mangga dan semangka, “ujarnya.

Energi para petani Kendeng di saat Pandemi Corona tidak tercurah untuk mengolah lahan pertanian saja, tetapi harus terus melawan penambangan batu kapur dan pendirian Pabrik Semen yang mengancam hilangnya sumber air dan rusaknya ekosistem di Pegunungan Kendeng. Kawasan yang menjadi tempat habitat asli kelelawar dan spesies-spesies binatang liar lainnya, yang turut menyuburkan lahan-lahan pertanian.

Lubang yang telah diisi benih kacang. [Foto: Farida Indriastuti]



Sikap petani Kendeng yang kukuh mempertahankan alam tetap lestari, membuktikan di saat Pandemi Corona– mereka menjadi pemasok beras 30 ton lebih ke jaringan kelompok miskin kota Jakarta. “Sedulur-sedulur, kelompok miskin Jakarta ingin mendapatkan harga beras yang murah, terjangkau dan dapat membeli langsung dari petani, “ujar Gun Retno yang aktif di Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).

Menjadi petani merupakan komitmen Sedulur Sikep, juga upaya untuk menjaga ketahanan pangan, melestarikan alam dan mempertahankan ekosistem di Pegunungan Kendeng, agar 15 ribu hektar wilayah karst dan Pegunungan Kendeng tidak dicaplok oleh industri pabrik semen. “Kami melawan pabrik semen bisa dengan cara apa saja, termasuk menanam di lahan ini, “ujar Gun Retno.

Benih kacang yang sudah dilumuri dengan pupuk cair dalam wadah baskom plastik. [Foto: Farida Indriastuti]



Untuk menuju kawasan vegetasi alami yang berdinding batuan karst di Pegunungan Kendeng bisa melalui jalur darat Pantura dari Semarang, Demak, Kudus hingga Pati. Rute lainnya, perjalanan darat dari Solo, Sragen, Grobogan hingga Pati, dengan waktu tempuh sekitar enam jam menggunakan bus ekonomi yang ugal-ugalan, karena bus melaju kencang diatas kecepatan normal berkendaraan. Sudah jamak bus-bus kalap di jalur ini dan dijuluki sebagai bus setan.




Namun bus hanya sampai di Pati, dan perjalanan selanjutnya menggunakan bus mini menuju Kecamatan Sukolilo. Dilanjutkan lagi, menggunakan ojek motor menuju desa-desa di sepanjang Pegunungan Kendeng yang kaya vegetasi alami. Air jernih pegunungan dari kawasan karst inilah yang diperjuangkan para petani Kendeng. Setidaknya kawasan lindung Geologi ini menyimpan 109 mata air yang sangat bening. Tak ayal, para petani Kendeng menuntut kawasan kaya mata air ini tetap lestari tidak dijamah oleh pabrik semen. [Penulis : Farida Indriastuti]

Show Buttons
Hide Buttons