

MaxFM Waingapu, SUMBA – Serangan virus Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) yang melanda Sumba Timur saat ini telah menyebabkan ribuan ekor babi mati.
Baca juga:
Mario G. Klau Kunjungi Lapas Waingapu, Berikan Semangat dan Kebahagiaan untuk Warga Binaan
Warga Sumba Timur merasakan dampak besar dari wabah ini, dengan tangisan kesedihan yang terlihat di berbagai unggahan media sosial, khususnya Facebook, yang menjadi tempat mereka mengungkapkan kesedihan. Meski jumlah pastinya belum diketahui, kerugian yang ditanggung oleh peternak sudah pasti sangat signifikan.
Kepastian mengenai penyebaran virus Babi Afrika ini disampaikan oleh Plt. Kepala Dinas Peternakan Sumba Timur, Drh. Samuel Rundi, yang memberikan penjelasan langsung kepada Jurnalis Radio MaxFM Waingapu dalam acara Warga Bicara pada Jumat, 9 Januari 2025. Dalam kesempatan tersebut, Drh. Samuel Rundi mengungkapkan bahwa Dinas Peternakan sudah memastikan melalui pemeriksaan laboratorium bahwa penyebab kematian babi di wilayah Sumba Timur tersebut adalah ASF.
“Sudah kami pastikan lewat pemeriksaan laboratorium milik dinas Peternakan bahwa babi yang mati karena ASF,” jelas Plt. Kadis Peternakan, Drh. Samuel Rundi. Hal ini menjadi bukti kuat bahwa virus ASF telah menginfeksi populasi babi di Sumba Timur, meskipun sebelumnya sempat ada keraguan terkait penyebab kematian massal hewan ternak tersebut.
Setelah menerima laporan dari warga yang mengeluhkan banyaknya babi yang mati dalam waktu singkat, tim dari Dinas Peternakan langsung turun ke lapangan. Mereka melakukan pengambilan sampel dari beberapa ekor babi yang sudah mati untuk diperiksa di laboratorium. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa virus ASF memang menjadi penyebab utama kematian hewan ternak tersebut.
“Beberapa sampel yang kami ambil dari babi yang mati, antara lain dari Padadita dan Matawai, hasilnya positif ASF. Kami menemukan 3 ekor babi dari Padadita dan 1 ekor dari Matawai yang terinfeksi virus tersebut,” tambah Drh. Samuel Rundi. Penemuan ini semakin menguatkan dugaan bahwa wabah ASF telah menyebar luas di beberapa wilayah di Sumba Timur.
Baca juga:
Kongres Amerika Serikat Sahkan Donald Trump sebagai Pemenang Pilpres 2024
Virus ASF sendiri diketahui sangat mematikan bagi babi, namun tidak berbahaya bagi manusia. Meski demikian, dampak ekonomi yang ditimbulkan cukup besar, mengingat babi merupakan salah satu sumber penghasilan utama bagi banyak keluarga di Sumba Timur. Peternak yang kehilangan hewan ternaknya harus mencari cara untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang semakin sulit.
Sementara itu dalam acara warga bicara di Radio MaxFM Waingapu, Bapa Ika dari Tana Rara Kecamatan Matawai La Pawu mengabarkan bahwa di tempat tinggalnya di Tana Rara dan sekitar babi sudah pada mati, dan yang menjengkelkan kata Bapa Ika, warga membuang babai yang mati di sembarang tempat.
Liken, salah satu warga di Kampung Kalu, Kelurahan Prailiu, yang sering melaut untuk mencari ikan di sekitar laut Padadita, yang berdekatan dengan muara Sungai Payeti menceritakan di tempat duka bahwa dalam beberapa waktu terakhir selalu bertemu dengan bangkai babi di sekitar laut Padadita.
Dari pantauan maxfmwaingapu.com kondisi matinya babi warga Sumba Timur kali ini persis seperti kejadian yang sama di tahun 2022 dan 2023, yang tersisa hanya sakit hati karena babi mati, dalam waktu singkat, meskipun segala daya diusahakan untuk kesembuhan babi. [HD]