Scroll to Top
Dinas Pendidikan Siapkan Skenario Pengambilan Formulir PPDB
Posted by maxfm on 1st Juni 2020
| 1907 views
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Yunus D. Wulang (Baju Putih) bersama Kabid SD dan Kabid SMP dalam sesi diskusi di Radio MaxFM [Foto: Heinrich Dengi]

MaxFM, Waingapu – Pemerintah Kabupaten Sumba Timur melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur tengah mempersiapkan skenario pengambilan formulir Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021. Skenario ini akan melibatkan semua unsur pemerintahan di tingkat bawah, untuk memastikan protokol kesehatan tetap dijalankan secara maksimal.




Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Yunus D. Wulang menyampaikan hal ini dalam diskusi interaktif dengan tema situasi dan tantangan aspek pendidikan Sumba Timur di masa Covid-19, yang berlangsung di studio dua Radio Max Fm Waingapu, Sabtu (30/5/2020). Diskusi yang dipandu Florida Dapa, SE ini juga menghadirkan Kepala Bidang SD, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, Umbu Ndilu Hamandika, SP. M.AP., dan Kepala Bidang SMP, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, Imanuel Takanjandji, SE.

Menurutnya skenario ini perlu dibangun secara baik dan terstruktur rapi, agar tidak terjadi kerumunan orang tua dan calon siswa baru di setiap sekolah. Karena itu, pihaknya akan bekerjasama dengan pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan untuk menjadi posko pendistribusian formulir PPDB untuk setiap sekolah yang ada di tingkat kecamatan maupun desa/kelurahan.




“Setiap sekolah tentunya punya panitia PPDB masing-masing, jadi di kecamatan itu hanya untuk mengatur waktu pengambilan formulir PPDB dari setiap sekolah agar tidak terjadi kerumunan banyak orang,” urainya.

Dijelaskannya proses KBM di kelas yang rencananya akan kembali dibuka di awal tahun ajaran baru 2020/2021 Juli 2020 mendatang, Yunus menegaskan protokol kesehatan tetap akan menjadi referensi utama pengajaran di kelas. Karena itu, setiap rombongan belajar harus diatur sedemikian rupa agar memenuhi jarak duduk dengan jarak satu hingga dua meter.



“Kalau kelasnya ada 30 siswa, berarti harus dibagi untuk jadi dua kelas. Jadi waktu pembelajaran juga dibagi, sehingga kalau yang lalu dua jam pelajaran, karena kelasnya dibagi waktunya jadi satu jam pelajaran per kelasnya,” urainya.

Mengenai belajar dari rumah di Kabupaten Sumba Timur yang sudah berlangsung dua bulan satu minggu saat ini cukup memberi pengalaman yang luar biasa bagi pihaknya, kepala sekolah, guru, hingga anak sekolah dan juga orang tua. Karena belajar dari rumah ini belum pernah ada sebelumnya, sehingga pada awalnya cukup mengagetkan semua elemen penyelenggara pendidikan.



“Awalnya kita semua kaget, karena ini sesuatu yang sama sekali baru. Tetapi dalam perjalanan secara perlahan kita beradaptasi dan mencari regulasi-regulasi pendukung sehingga kita saling mendukung dan menyemangati diantara kami, dan juga kepada teman-teman guru yang langsung berhadapan dengan anak-anak di sekolah,” jelasnya.

Kepala Bidang SMP, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, Imanuel Takanjandji, SE pada kesempatan tersebut menguraikan Pandemi Covid-19 yang memaksa proses belajar, kerja, dan berdoa dari rumah terjadi di Indonesia tepat disaat pelaksanaan ujian sekolah tingkat SMP, sehingga dua mata pelajaran yang belum terselesaikan pada saat itu, akhirnya baru dilaksanakan kemudian dengan persiapan yang lebih ekstra.




Sedangkan proses pembelajaran di kelas, dilakukan dengan dua cara yakni daring dan luring. Namun pada akhirnya proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan dengan cara luring atau guru yang berkeliling ke rumah siswa untuk memberikan penugasan dan menjemput hasil kerja siswa. Sebab proses pembelajaran secara daring, ternyata mengalami berbagai kendala.

“Kami melakukan survey di salah satu sekolah favorit di Kota Waingapu ini, dan hasilnya pembelajaran daring itu hanya sekitar 20 persen siswa yang masuk, karena berbagai kendala. Mulai dari ketiadaan smartphone, hingga kesulitan paket data. Jadi kita sarankan untuk dilakukan secara luring saja, dan ini cukup efektif,” urainya.

Kepala Bidang SD, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, Umbu Ndilu Hamandika, SP. M.AP., menambahkan untuk tingkat SD lebih kompleks permasalahannya, karena terdapat lebih dari 200 SD di seluruh Sumba Timur, yang memiliki permasalahannya masing-masing, sehingga belajar dari rumah, benar-benar memberikan tantangan tambahan bagi guru-guru SD, terutama guru kelas kecil dan yang di desa-desa.



“Saya harus apresiasi teman-teman guru saya, karena walau harus berjalan kaki melewati sungai dan lembah, hingga melintasi perbukitan agar bisa sampai ke rumah anak-anak didik mereka, guru-guru ini tetap berjalan untuk melakukan tugas mereka sebagai guru,” tegasnya.(TIM)

Show Buttons
Hide Buttons