MaxFM, Waingapu – Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur berhasil menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sumba Timur di awal tahun 2020 ini. Pasalnya hingga saat ini hanya ada 125 kasus tanpa kematian, dan angka ini menurun drastis dibandingkan tahun 2019 lalu dengan 895 Kasus dan 18 kematian.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur, dr. Chrisnawan Tri Haryantana menyampaikan hal ini dalam diskusi interaktif yang dilakukan melalui sambungan telepon dengan Radio Max Fm Waingapu, Jumat (22/5/2020). Diskusi yang dipandu Bung Hein dan Bung Rei ini juga menghadirkan Kepala Puskesmas Waingapu, Tjokondra G. A. Danudja, SKM, dan didukung Konsorsium Humba Hamu dan Voice Indonesia.
Diskusi ini sendiri membahas mengenai waspada DBD di sekitar kita dengan tema kasus DBD di Sumba Timur, penularan, faktor pemicu dan cara penanggulangannya. Dr. Chrisnawan menuturkan, langkah pihaknya bersama seluruh elemen masyarakat dan stake holder terkait, dengan dukungan penuh Bupati dan Wakil Bupati Sumba Timur, tahun 2020 ini, pelaksanaan PSN dilakukan secara berkualitas sehinga penyebaran nyamuk aedes aegepty bisa diputus dan angka penularan DBD menjadi rendah.
“Kami belajar betul dari pengalaman tahun lalu, sehingga tahun ini sejak awal bapak bupati sudah menegaskan kepada kami untuk melakukan sama dengan kita sudah KLB (Kejadian Luar Biasa),” jelasnya.
Dijelaskannya pelajaran yang diambil dari KLB DBD tahun 2019 adalah banyaknya perhatian dari tingkat provinsi, hingga pemerintah pusat dan sejumlah lembaga lainnya. Karena itu, pihaknya mendapatkan informasi bahwa PSN yang berkualitas akan sangat membantu dalam menekan penyebaran nyamuk yang bisa mengakibatkan adanya kasus DBD.
“Dirjen P2P dan Kepala Balai Besar Penyehatan Lingkungan sendiri menyampaikan kepada kami bahwa PSN kami kurang maksimal, sehingga tahun ini kami putuskan PSN harus benar-benar baik, dan terbukti penyebaran nyamuk dan jumlah kasus DBD bisa kita tekan,” jelasnya.
Melihat menurunnya angka kasus DBD di Kabupaten Sumba Timur tahun ini, dr. Chrisnawan mengapresiasi semua pihak termasuk masyarakat Sumba Timur yang sudah ikut berperan aktif dalam melakukan PSN, sehingga angka kasus DBD berhasil ditekan tanpa harus melakukan fogging. Karena fogging sendiri bisa berakibat buruk juga bagi petugas dan lingkungan, karena zat kimia yang terkandung dalam bahan fogging.
“Kita selalu sampaikan ke masyarakat kalau ada yang minta fogging, bahwa kalau ada banyak nyamuk artinya di sekitar tempat itu ada banyak tempat peruntukan nyamuk dan itu yang harus ditangani. Karena fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa, tetapi jentik nyamuk nya tidak dan bisa lahir nyamuk dewasa yang lebih banyak setelah fogging,” urainya.
Kepala Puskesmas Waingapu, Tjokondra G. A. Danudja, SKM, menambahkan PSN berkualitas itu adalah PSN yang dilakukan secara masif, serentak, berkelanjutan dan berkualitas. Dimana hal ini terbukti cukup efektif dalam membunuh jentik nyamuk sehingga tidak tumbuh menjadi nyamuk dewasa.
“Kita juga lakukan abatesasi yang fokus pada daerah-daerah yang tahun sebelumnya ada kasus, atau kasus baru yang ada tahun ini, dengan mengambil hingga radius 100 meter. Kami juga sosialisasi kepada masyarakat terutama anak-anak sekolah untuk jadi juru pemantau jentik atau Jumantik di rumah masing-masing,” urainya.
Fase berikutnya adalah mencegah nyamuk dewasa agar jangan menggigit manusia dengan melakukan PSN berkualitas, pembagian kulambu dan juga fogging jika situasinya sudah masuk pada kondisi yang mengkhawatirkan. Karena itu, Tjokondra juga mengapresiasi sejumlah lembaga termasuk lembaga pendidikan Prodi Keperawatan Waingapu yang sudah ikut mengambil bagian dalam kegiatan pembagian abate kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Kota Waingapu.
“Untuk PSN yang berkualitas itu kita fokus di rumah-rumah tangga masing-masing, termasuk fasilitas umum seperti sekolah, sehingga nyamuk jangan sampai menggigit manusia,” jelasnya.
Sedangkan mengenai penyebaran kasus DBD apakah diklasifikasikan menggunakan sistem zonasi mengikuti jumlah kasus yang ada di setiap wilayah di Sumba Timur, Tjokondra menguraikan pihaknya tidak melakukan hal itu, namun untuk wilayah Kecamatan Kota Waingapu, Kelurahan dengan jumlah kasus DBD terbanyak tahun 2019 lalu adalah Kelurahan Kambajawa, Kemudian diikuti Kelurahan Hambala dan Kamalaputi. Hal ini tentunya disebabkan oleh padatnya penduduk di tiga kelurahan ini.
“Kita bersyukur semua langkah yang kita lakukan bersama tahun ini mampu menekan angka kasus DBD di Kabupaten Sumba Timur, termasuk Kecamatan Kota Waingapu. Dimana tahun lalu kasus kita sebanyak 236 dan ada delapan meninggal dunia, tahun ini turun menjadi 56 kasus dan tidak ada kasus meninggal dunia,” tandasnya.(TIM)