Scroll to Top
Banjir Selalu Khawatirkan Orang Tua Murid dan Guru
Posted by maxfm on 12th Maret 2020
| 1988 views
Anak-anak SDM Mbatakapidu saat menyeberangi Sungai Maringu Lambi untuk berangkat ke sekolah. (FOTO: ONI)

MaxFM, Waingapu – Dua buah sungai yang harus diseberangi anak-anak dari Kampung Landa, dan Kampung Watu Mamoha, Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu selalu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang tua 30-an murid yang harus bersekolah di Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakapidu. Dua sungai ini adalah Sungai Lai Nai dan Sungai Maringu Lambi.

Hal ini dituturkan Ketua RW 12, Kambata Wundut, Turu Arung (41) dan orang tua murid lainnya, Yama Landu Tana (58) saat ditemui secara terpisah Rabu (11/3/2020). Keduanya menjelaskan, musim penghujan selalu mengkhawatirkan bagi mereka sebagai orang tua saat anak-anak berangkat sekolah setelah terjadi hujan lebat malam hari, atau terjadi hujan lebat menjelang jam pulang sekolah.



“Memang dua sungai ini belum ada jembatannya sehingga kami sebagai orang tua selalu khawatir kalau ada hujan lebat malam hari atau pas mau jam pulang sekolah. Karena anak-anak kami pasti terhalang banjir,” jelas Turu.

Karenanya Turu mengharapkan ke depan pemerintah Kabupaten Sumba Timur bisa memperhatikan peningkatan ruas jalan di desa mereka khususnya dari SDM Mbatakapidu menuju ke sejumlah kampung yang hingga saat ini masih berjalan tanah, sekaligus bisa membangun dua jembatan yakni pada Sungai Lai Nai dan Sungai Maringu Lambi agar rasa khawatir mereka terhadap keselamatan anak-anak mereka saat datang dan pulang sekolah bisa teratasi.

“Kami harapkan ruas jalan ini bisa dilanjutkan pengerjaannya sampai ke Kampung Landa dan Watu Mamoha sekaligus dengan jembatannya, agar kami tidak khawatir lagi untuk keselamatan anak-anak kami saat musim hujan,” harapnya.




Warga Kampung Landa, Yama Landu Tana saat ditemui di seberang Sungai Maringu Lambi, Rabu (11/3/2020) mengaku cukup khawatir sehingga dirinya harus mengantar kedua anaknya hingga menyeberangi Sungai Maringu Lambi, karena malamnya turun hujan cukup lebat di kampung mereka.

“Tadi malam hujan cukup lebat disini, sehingga pagi ini saya antar anak saya sampai menyeberang sungai ini (Maringu Lambi). Tetapi syukurlah sungai ini tidak banjir, sehingga anak-anak saya bisa menyeberang sendiri,” jelasnya.

Ardino Umbu Meha Tana (13) kepada VN di halaman sekolah SDM Mbatakapidu mengaku dirinya memang sering diantar oleh bapaknya sampai menyeberang sungai saat hendak datang ke sekolah, khususnya saat terjadi hujan di malam hari yang lebat, dan juga akan ditunggu di seberang sungai saat ada hujan setelah jam sekolah.

“Bapak saya memang selalu antar kami ke seberang sungai, karena sekarang adik bungsu saya juga sudah masuk PAUD, sehingga bapak khawatir malau banjir pasti kami sulit menyeberang. Kalau jam pulang sekolah dan ada hujan, bapak juga pasti tunggu kami di sungai,” jelasnya.




Wakil Kepala Sekolah SDM Mbatakapidu, Nona Pindi Njola kepada wartawan di ruang kantor SDM Mbatakapidu, Rabu (11/3/2020) membenarkan adanya kesulitan anak-anak sekolah yang berasal dari Kampung Landa dan Watu Mamoha saat musim penghujan. Karena tidak hanya jarak kampung dengan rumah yang mencapai sekitar tujuh kilo meter, sehingga anak-anak harus berjalan kaki kurang-lebih 14 kilo meter setiap hari datang dan pulang sekolah. Namun ada juga kekhawatiran pihaknya terhadap keselamatan anak-anak didik mereka saat musim penghujan, dan terjadi Hujan malam hari atau menjelang pulang sekolah.

Karenanya, pihaknya juga menghimbau kepada para orang tua murid untuk mengantar atau menjemput anak-anak di seberang sungai saat ada kemungkinan terjadinya banjir. “Memang itu kekhawatiran kami juga sebagai guru, sehingga kami selalu sampaikan kepada orang tua agar mengantar atau menjemput anak-anak di seberang sungai saat ada kemungkinan banjir, untuk memastikan keselamatan anak-anak,” urainya.(ONI)

Show Buttons
Hide Buttons