Scroll to Top
Dua Tahun Lagi Bakau Menari Akan Hilang Dari Walakiri
Posted by maxfm on 4th Agustus 2018
| 5193 views
Bakau Menari di Walakiri [Foto: Heinrich Dengi ]

MaxFM, Waingapu – Dua tahun lagi Bakau Menari di Pantai Walakiri akan musnah.

Pernyataan ini disampaikan oleh salah satu pemilik warung makan di pantai Walakiri Kristian Ke Gili.

Kata Kristian Ke Gili, tinggal tunggu waktu bakau menari di pantai Walakiri akan habis dan kita tidak adakn nikmati lagi indahnya meliuk di pesisir pantai.



“Bakau jenis seperti orang menari ini dulunya banyak di sini, di Walakiri, pohon bakaunya berjejer masih sampai agak ke dalam dari yang sekarang, cuma saya lihat makin ke sini makin habis bakaunya,” jelas Kristian Ke Gili di sekitar warng yang dikelolanya di Walakiri baru-baru ini.

Tambah Kristian Ke Gili, tia tahun ada bakau menari yang tumbang.

“Memang tiap tahun jatuh di (bakau menari) dari angin Barat, jadi saya bawa sudah bakau yang tumbang ke atas sini (di sekitar Warung),yang baru-baru Februri 2018, beberapa pohon bakau menari jatuh,”tambah Kristian Ke Gili.

Senja di Sekitar Bakau Menari Pantai Walakiri [Foto: heinrich Dengi]
Pengunjung Berjubel di Sekitar Bakau Menari [Foto: heinrich Dengi]

Lanjut Kristian Ke Gili Tamu luar katakan daya tarik utama mereka datang ke Walakiri adalah bakau menari.

“Dan memang tamu luar katakan, kalau tidak ada ini bakau kita tidak datang lagi ke sini,” kata Kristian Ke Gili.

Menyangkut kemungkinan bakau menari akan habis di pantai Walakiri, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumba Timur Ida Bagus Putu Punia mengatakan bisa saja terjadi kalau tidak ada penanganan serius.

HDD: Hingga hari ini jumlah bakau menari di Walakiri makin menipis dan diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang bakau menari di sana akan habis karena hantaman gelombang juga mungkin karena faktor lain. Apa pendapat Bapak tentang hal ini? Apa langkah antisipasi yang bisa dilakukan oleh dinas dan stakeholder lain untuk mencegah rusaknya bakau menari di walakiri?

Ida Bagus Putu Punia

“Yang pertama, bakau jenis ini agak khusus, sebarannya terbatas, kami sedang pelajari tentang perbanyakannya untuk menambah jumlahnya. Yang kedua, penyelamatan dari gelombang perlu dilakukan dengan memasang pemecah gelombang seperti di Bali, ”jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumba Timur Ida Bagus Putu Punia. Masih kata Ida Bagus Putu Punia, untuk penanganan bakau menari di Walakiri dinasnya belum ada anggaran khusus, akan diusahakan ada anggaran di perubahan anggaran nanti




HDD: Menurut warga setempat, dan yang juga saya lihat sendiri, hampir setiap hari banyak sekali orang yang datang dekat bakau, foto bersma, selfie, wefie, foto pranikah bahkan bukan tidak mungkin ada yang naik, pegang dll, dan kalau begini terus bakau juga akan cepat rusak, apa perlu ada peringatan khusus untuk warga agar tidak menginjak atau menarik atau bahan naik diatas bakau menari?

Ida Bagus Putu Punia

“Saya sudah minta kepada orang di Walakiri untuk melarang orang berfoto naik ke pohon, orang datang ke sana hanya cari bakau, kalau bakau sudah tidak ada, orang tidak datang lagi, kata Ida Bagus Putu Punia.

Berburu Senja di Pantai Walakiri [Foto: Heinrich Dengi]
Bakau Menari, Sendiri Saat Senja Merona Krimson [Foto: Heinrich Dengi]

Wakil Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung, Sulawesi Utara Daniel Heintje Ndahawali, yang baru saja berkunjung ke Walakiri bersama Istri dan 2 anaknya mengatakan dirinya sangat menikmati indahnya pantai pasir putih serta bakau menari di Walakiri.

“Menurut saya pantai Walakiri sangat indah (eksotis), alami sekali belum tercemar dengan pasir putih yang membentang luas ( lebih indah dari pantai Kuta di Bali) ditambah lagi dengan adanya tumbuhan bakau di pesisir pantai yang berbaris rapi, dan yang lebih menarik lagi tumbuhan bakaunya agak berbeda (spesifik) dibanding dengan yang umumnya terdapat di wilayah pesisir, dimana tumbuhan bakau pantai walakiri tampak seperti menari dengan batangnya beliuk-liuk (dancing mangrove), yang saya perhatikan waktu mengunjungi tempat ini beberapa waktu lalu, pantai walakiri telah menjadi lokasi wisata dan sebagi lokasi Pre-Wedding walaupun belum sepenuhnya dikelola dengan baik yang seharusnya bila mulai ditata dengan baik bisa mendatangkan sumber PAD, jelas Daniel Heintje Ndahawali.

Masih kata Wakil Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung, Sulawesi Utara Daniel Heintje Ndahawali yang baru saja mengunjungi pantai Walakiri, khusus untuk Dancing Mangrove yang terlihat semakin berkurang, harusnya ini juga menjadi perhatian bersama baik pemerintah maupun masyarakat disekitar lokasi tersebut karena tumbuhan inilah yang menjadi salah satu “Icon” keindahan alam di wilayah pesisir tersebut.

“Sebagaimana diketahui jika terpelihara dengan baik, secara alamiah hutan mangrove mempunyai 3 (tiga) fungsi dalam lingkungan, yaitu : (a) Fungsi Fisik, menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi), peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, penangkap sedimen, pengendali banjir, mengolah bahan limbah, penghasil detritus, memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2; (b) Fungsi Biologis, Merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nuftah (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme) dan pengontrol penyakit malaria; (c) Fungsi Sosial Ekonomi, Sumber mata pencarian, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat dan makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam, objek pendidikan dan penelitian, areal pertambakan, tempat pembuatan garam dan areal perkebunan,” tambah Daniel Heintje Ndahawali.



Suasan teduh di Pantai walakiri[Foto: Heinrich Dengi]

Yang Terisisa, Bakau Menari Walakiri [Foto: Heinrich Dengi]

Lanjut dia, untuk itu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keberadaan Dancing Mangrove di lokasi ini yaitu : Pemerintah daerah dalam hal ini melalui Dinas terkait melalui anggaran yang disediakan melakukan kegiatan konservasi dengan melakukan penanaman kembali (re-planting) bibit Dancing mangrove di wilayah pesisir walakiri (saya melihat masih banyak anakan dancing mangrove di pantai Walakiri). Pembibitan mangrove perlu dilakukan, dan kegiatan ini harus dilakukan tidak hanya sekali tetapi terprogram dan berkelanjutan dan baiknya melibatkan masyarakat sekitar maupun LSM sehingga menjadi kegiatan massive dan masyarakat diberikan pemahaman (sosialisasi) akan pentingnya menjaga dan melestarikan hutan mangrove oleh karena fungsi-fungsi alami yang tersebut diatas dan tidak mencemari lingkungan pesisir walakiri.

Pengunjung lain dari Jakarta Monika, yang datang bersama ayahnya dan saya temui di pantai Walakiri mengatakan sangat disayangkan kalau sampai bakau menari di pantai Walakiri rusak dan hilang. Dirinya beraharap ada usaha yang cepat dan serius dari semua pihak untuk melakukan penyelamatan dan perbanyak kembali bakau menari di Walakiri.
[Heinrich Dengi]

Show Buttons
Hide Buttons