MaxFM, Wangapu – Lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, di mana setengahya adalah perempuan. Namun dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 2,49; yang mana dua kali lipat lebih tinggai dari di perkotaan (1,24) memberi gambaran betapa kondisi perempuan pedesaan berjalin kelindan dengan kondisi kemiskinan yang ada. Kemajuan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pedesaan yang sudah dilakukan masih belum mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan perempuan di pedesaan. Padahal perempuan pedesaan memiliki sumbangan nyata dalam kerja-kerja produktif dan reproduktif untuk mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat pedesaan.
Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Pedesaan yang diperingati setiap tanggal 15 Oktober, diikuti dengan Hari Pangan Sedunia (tanggal 16 Oktober) dan Hari Internasional Penghapusan Kemiskinan yang jatuh pada tanggal 17 Oktober; maka Koalisi Perempuan Indonesia bekerjasama dengan Konsorsium Wee Padalu menyelenggarakan Pekan Perempuan Pedesaan yang dilangsungkan di Wanno Donders, Sumba Barat Daya, NTT pada tanggal 25-28 Oktober 2017. Perayaan dilakukan dalam bentuk rangkaian kegiatan seminar, workshop pengetahuan dan ketrampilan, pameran dan penjulan produk lokal serta pentas seni dan pemutaran film.
Kegiatan dibuka oleh Asisten Bidang Pemerintahan & Kesejahteraan Rakyat Bupati Sumba Barat Daya, Bapak Fransiscus M. Adilalo, S.Sos. Kegiatan dihadiri pengurus dan anggota Koalisi Perempuan Indonesia se-Sumba serta komunitas dampingan Yayasan Sosial Donders.
Sesi seminar menghadirkan 4 (empat) orang narasumber dari Dinas Pertanian Provinsi NTT, Universitas Nusa Cendana, Yayasan Sosial Donders dan Koalisi Perempuan Indonesia. Ibu Agustina W. Soewarni dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTT, menyampaikan bahwa pemerintah telah memiliki serangkai kebijakan bidang pertanian yang ditujukan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan petani, salah satunya melalui program bantuan atau kegiatan bagi petani. Beliau juga menyampaikan perempuan memiliki peran yang sama sebagaimana laki-laki dalam meningkatkan sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya pertanian. Pasar bagi petani sangat terbuka jika jeli memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada, salah satunya dengan memberi nilai tambah pada hasil pertanian.
Dari PETUAH Universitas Nusa Cendana, Ibu Salmijati Kaunang menyampaikan tentang
peran kemajuan teknologi sebagai salah satu faktor yang mendukung terjadinya perubahan. Jika tidak mau tertinggal, maka perlu mengikuti perubahan yang terjadi. Untuk menjamin terpenuhinya kecukupan pangan maka syaratnya adalah jumlah yang dihasilkan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selam ini yang terjadi adalah ada gap / celah antara jumlah kebutuhan dan jumlah yang dihasilkan. Untuk menutupi celah ini diperlukan input baru, melalui pemanfaatn teknologi. Pemanfaatan teknologi di bidang pertanian misalnya pada upaya menemukan produk yang dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Temuan baru biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di masing-masing tempat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Setiap produk teknologi pertanian yang dihasilkan oleh petani di tingkat lokal harus diangkat lebih tinggi, dengan memenuhi kriteria berdasarkan ilmu pengetahuan, sehingga diperleh produk yang dapat bermanfaat oleh lebih banyak orang. Pengetahuan lokal yang berdasarkan pengalaman nyata kemudian diuji coba sesuai standar ilmu pengetahuan guna menghasilkan inovasi teknologi.
Inovasi teknologi pertanian merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kecukupan pangan dan mendukung kedaulatan pangan. Namun tidak dapat dihindari, Teknologi pertanian dapat menggeser eksistensi petani. Petani bisa mencari peluang baru dengan memanfaatkan teknologi, misalnya untuk proses produksi bahan baku menjadi pangan baru. Di satu sisi, teknologi dapat menghasilkan yang baik, di sisi lain teknologi juga dapat menimbulkan bencana.
Dari Koalisi Perempuan Indonesia, Ibu Dian Kartikasari menyampaikan pentingnya pengalaman perempuan dalam menghasilkan pengetahuan baru dalam bidang pertanian dan pemenuhan pangan. Selama ini terjadi pengabaian terhadap peran prempuan dalam pemenuhan pangan di mana perempuan dianggap hanya berperan dalam proses pengolahan bahan pangan, padahal sesungguhnya Perempuan petani telah terlibat sejak dalam proses tanam, perawatan hingga panen, sampai pada pengolahannya hingga dapat dikonsumsi. Pengabaian ini juga nampak pada program-program yang dilakukan pemerintah yang belum menyentuh pada pengakuan terhadap peran perempuan petani. Beliau juga menekankan bahwa keterlibatan perempuan dalam sektor produksi pertanian jangan sampai menjadi beban ganda bagi perempuan karena masih juga harus menjalankan peran dalam rumah tangga. Salah satu strategi mewujudkan kedaulatan pangan dimulai dari rumah dengan menyimpan hasil pangan untuk kebutuhan keluarga terlebih dahulu sebelum menjualnya untuk pemenuhan kebutuhan.
Ibu Imelda Sulis Setyawati Seda dari Yayasan Sosial Donders dalam pemaparannya menekankan pada pentingnya pengorganisasian dan peningkatan kapasitas masyarakat di pedesaan melalui berbagai program dan pemberdayaan di komunitas. Peluang yang ada melalui Implementasi UU No 6 Tahun 2014 didorong untuk pengalokasian anggaran dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pembelajaran dari pengalaman Donders selama ini adalah jika diberi kesempatan maka masyarakat dapat berubah, yang pada gilirannya mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat. Perubahan juga perlu didukung oleh peran pemerintah baik dari tingkat desa sampai kabupaten. Catatan kritis yang perlu diingat adalah bahwa Desa harus berdaulat dan Desa memiliki kedaulatan politik.
Pada hari kedua dan ketiga dalam rangkaian peringatan ini juga akan dilakukan workshop dengan berbagai tema mulai dari pembuatan pupuk, MOL dan pestisida; pengolahan hasil panen; pengolahan pangan berbahan jagung, sayur, petatas dan kacang hijau; ketrampilan anyaman; pengolahan kelapa menjadi minyak goreng dan VCO juga workshop tenun. Selain itu ada workshop yang sifatnya menambah pengetahuan seperti workshop penyusunan Peraturan Desa dan workshop membangun BUMDes. Workshop dengan berbagai tema tersebut akan difasilitasi oleh organisasi yang berkompeten di bidangnya masing seperti Yayasan Donders, Yayasan BAHTERA, CIS Timor, Yayasan Sekar Kawung, Sumba Hospitality School dan Balai Perempuan Koalisi Perempuan Indonesia. Workshop yang berlangsung pada 26-27 Oktober juga diadakan di Wanno Donders.