MaxFM WAINGAPU – Kasus anjing yang menggigit Kaleb Keraba (4) Sabtu (16/12/2023) lalu telah dilaporkan pihak Puskesmas Mangili ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur.
Laporan ini disampaikan sebagai bagian dari upaya antisipasi munculnya kasus rabies di Pulau Sumba.
Pasalnya kasus rabies di Pulau Timor sudah berlangsung beberapa bulan dan hingga saat ini belum teratasi.
Kepada wartawan, Kepala Puskesmas Mangili, Yustiani B. Ly, S.KM mengungkapkan kejadian gigitan anjing terhadap Kaleb Keraba sudah dilaporkan kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur.
Yustiani menambahkan, terkait anjing yang menggigit warga tersebut tidak ditemukan gejala apapun yang mengarah pada Rabies.
“Anjing tersebut tidak ada ciri yang mengarah pada Rabies karena anjing tersebut tidak takut cahaya, tidak mengeluarkan liur berlebihan, tidak bertindak agresif, serta tidak susah makan dan minum, sebab anjing tersebut biasanya dipakai oleh pemiliknya untuk berburu babi hutan,” jelas Yustiani.
Pasca menggigit bocah empat tahun itu, pemilik anjing tersebut langsung menyembelih anjing kemudian membagikan dagingnya dan memasaknya lalu makan bersama dengan para tetangga termasuk keluarga bocah itu.
“Anjing tersebut sudah dipotong, dan dagingnya dimasak, lalu makan bersama dengan para tetangga setempat, dan hingga saat ini Tim Kesehatan Puskesmas Mangili terus melakukan pemantauan namun tidak ada gejala apapun yang mengarah pada rabies dan penyakit lainnya,” ujar Yustiani.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, drh. Octovianus Samuel U. B. Rundi yang dikonfirmasi terpisah mengatakan hingga saat ini belum ada laporan adanya kasus rabies di Sumba Timur.
Walau demikian, Octovianus membenarkan ada kasus gigitan anjing di wilayah Kecamatan Pahunga Lodu yang ditangani oleh Puskesmas Mangili, namun dari gejalanya hanya gigitan anjing biasa dan bukan rabies.
“Itu kasus gigitan anjing yang umum, dan bukan mengarah pada rabies, hanya kekhawatiran berlebihan dari masyarakat dan kasusnya sudah ditindaklanjuti secara medis,” ujarnya.
Terkait kasus rabies di Sumba Timur, hingga saat ini belum ditemukan, dan penentuan gejala rabies harus melalui uji laboratorium yang berkompeten.
“Di Sumba Timur, banyak masyarakat yang memelihara anjing secara tradisional, di wilayah pedesaan, anjing dipakai untuk berburu babi hutan, dan hingga saat ini belum ada laporan dari masyarakat terkait anjing dengan gejala rabies atau sejenisnya,” tambah Samuel.
Pihaknya juga meminta kepada masyarakat agar memperhatikan ternaknya khususnya hewan anjing jika ditemukan gejala aneh atau mengarah pada rabies agar segera melaporkan kepada petugas faskes terdekat atau penyuluh peternakan setempat.(ONI)