MaxFM WAINGAPU – Perjalanan hidup manusia harus kita yakini semua berada dalam otoritas Tuhan yang empunya kehidupan ini.
Karena itu, setiap orang yang bekerja di manapun kita percaya Tuhan yang mengutusnya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan.
Demikian halnya dengan para pendeta yang melayani di Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) yang hingga kini jumlahnya telah lebih dari 300 orang pendeta.
Para pendeta ini dipanggil untuk melayani jemaat Tuhan yang tersebar di Pulau Sumba dengan empat wilayah pemerintahan.
Setiap pendeta memiliki tanggung jawab pelayanan bagi jemaat tempat dirinya terpilih untuk melayani dengan semua lika-liku tantangan pelayanannya masing-masing.
Pendeta Ency Djami Raga terpilih untuk melayani di GKS Soru dan dithabis pada tanggal 07 Maret 2014 silam.
Kondisi jemaat pada saat dirinya dithabis sungguh masih dalam kondisi yang serba terbatas.
Pasalnya tidak hanya keadaan ekonomi jemaat yang perlu mendapat perhatian, melainkan infrastruktur jalan, listrik, air hingga jaringan telepon belum menjangkau wilayah tersebut.
Bahkan karena akses jalan yang masih sangat memprihatinkan waktu itu, kendaraan yang melintasi jalan depan pastori GKS Soru setiap harinya jarang sekali.
“Waktu saya pertama terpilih jadi pendeta disini (GKS Jemaat Soru), setiap hari kalau ada satu motor atau mobil yang lewat itu sudah luar biasa,” jelasnya.
Ibu dua anak yang akrab disapa Pendeta Ency ini mengaku tetap bersyukur untuk melayani jemaat Tuhan di GKS Jemaat Soru sebagai panggilan Tuhan.
Sebab karya penyertaan Tuhan sungguh dirasakannya dari waktu ke waktu hingga saat ini.
Pdt Ency menuturkan, pada saat akses jalan yang masih sulit dan jumlah kendaraan yang masih bisa dihitung setiap harinya, anak sulungnya jatuh sakit.
Saat itu suaminya sedang berada di tempat tugas yang berbeda wilayah sehingga dirinya sendiri dengan kedua anaknya di rumah.
Ditengah kegelisahannya akan kesehatan anaknya, Pdt. Ency kemudian memilih mengangkat hatinya kepada Tuhan hanya dengan satu doa sederhana.
“Saat saya berdoa untuk kesembuhan anak saya, saya juga minta Tuhan agar ada satu sepeda motor yang melintas untuk bisa diminta tolong dan Tuhan menjawab doa saya sehingga anak saya bisa dibawa ke Puskesmas,” urainya.
Mengenai tantangan pelayanannya, Pdt Ency mengakui saat ini GKS Jemaat Soru selain Jemaat induk, ada juga tiga jemaat cabang dan satu jemaat ranting yakni cabang Amaru, Waipawalu, Palendi dan Ranting Wiru.
Dimana untuk menjangkau jemaat cabang dan ranting, seringkali dirinya harus berjalan kaki bersama majelis jemaat hingga sembilan kilo meter terutama saat musim penghujan karena akses jalan yang masih tergolong sulit.
“Jalannya licin karena masih jalan tanah yang dikasih batu gunung, dan harus langgar sungai juga. Jadi pas di bagian jalan yang tidak bisa pakai motor terpaksa harus jalan kaki,” ungkapnya.
Walau demikian dalam tuntunan Tuhan dan kerja sama dengan majelis jemaat hingga sembilan tahun melayani di GKS Jemaat Soru, Pdt Ency mampu melaksanakan tugas pelayanannya dengan baik.
Mengenai bagaimana dirinya dan keluarga bisa tetap bertahan, Pdt Ency mengakui mendapatkan nafkah hidup dari suaminya yang bekerja sebagai ASN di pemerintah Kabupaten Sumba Tengah.
Sedangkan mengenai pemelihraannya sebagai pendeta, ibu dua anak ini mengakui semua itu ada dalam perlindungan Tuhan sehingga tidak patut untuk diperhitungkan dengan ukuran manusia.
“Saya percaya Tuhan yang mengutus saya melayani jemaatNya disini sehingga Tuhan yang memelihara saya bersama suami dan anak-anak,” tandasnya.(TIM).