MaxFM, Waingapu – Rusaknya ekosistem dinilai sebagai penyebab makin mewabahnya belalang kembara di Sumba Timur dalam dua tahun terakhir. Pemerintah diminta lebih tegas agar dapat membangun kembali ekosistem yang rusak saat ini.
Hal ini disampaikan dalam komentar terhadap pernyataan yang diberikan MaxFm di media sosial facebook sejak dua hari lalu tentang apa yang diketahui warga masyarakat Sumba Timur yang menjadi penyebab makin mewabahnya bealang di Kabupaten Sumba Timur dalam dua tahun terakhir.
Karena itu para pengguna facebook mengungkapkan dalam komentarnya bahwa masalah utama dalam mewabahnya belalang kembara di Sumba Timur adalah karena rusaknya ekosistem sehingga pemangsa alaminya tidak lagi cukup yang mengakibatkan koloni belalang kembara makin tidak terkendali.
“Pernah saya tanyakan pada alumni IPB Bogor, sudah lama sekali, kebenaran kartu namanya hilang, salah satu peserta seminar di Surabaya; Beliau mengatakan bahwa kemungkinan rusaknya ekosistem karena tidak ada burung lagi yang makan belalang, hanya itu yang saya ingat !
Jadi ingat mantri Kendju mengasapi pematang di Lai Kambela (1975/6) agar belalang tidak masuk ke Sawahnya, namun apa daya habis juga di lahap belalang,” tulis akun Julius Kendjoe di komentar teratas.
Komentar lainnya dari akun atas nama Buce Nomseo menambahkan “Keseimbangan ekologis makin terancam akibat ulah beberapa oknum pengguna senapan angin yg secara sembrono menembak burung2 endemik sebagai predator alamiah.”
Selanjutnya akun Febi Isu menambahkan salah satu faktor meningkatnya koloni belalang kembara karena ulah manusia yang masih sering membakar padang yang secara tidak langsung membantu menetaskan telur belalang yang ada di padang dan menambah jumlah populasi belalang.
“Saran saya hindari bakar padang agar kita dapat memutus rantai hidup belalang kembara di Sumba,” sarannya.
Karena itu selain mengimbau warga Sumba Timur untuk berhenti membakar padang juga diimbau untuk berhenti menembak burung yang merupakan salah satu predator utama belalang.
“Sedikit informasi Bung, Saya beberapa hari lalu pulang suluh dari Lewutung, subuh-subuh pas di perjalanan mondu berpapasan kendaraan yang membopong senapan dua buah di motor, apa senapan angin sebebas itu sekarang di gunakan. Banyak juga informasi yang saya dengar, masyarakat kita masih hobi berburu. Kasihan keseimbangan ekosistemnya, ya saya sangat setuju. Kemungkinan besar, sudah rusak sekali ekosistim di sumba timur kita ini. Semoga dengan sedikit masukan ini, bisa di singgung di warga bicara. Terimakasih banyak bung,” tulis akun Kang IRenk Pondok CemaRaa.
Karena itu kepada pemerintah daerah diharapkan dapat memperketat atau mempertimbangkan penertiban terhadap penggunaan senapan angin di masyarakat agar dapat kembali memulihkan ekosistem alam secara bertahap.(TIM)