MaxFM, Waingapu – Peserta kegiatan bengkel penulisan dan penerjemahan berbagai cerita dan karya dalam dwibahasa (bahasa Indonesia dan bahasa daerah) yang diselenggarakan INOVASI NTT dan Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) semangat dalam mengarang cerita anak yang diambil dari pengalaman mereka sehari-hari. Cerita-cerita yang dihasilkan akan diterbitkan oleh Kantor Bahasa Provinsi NTT.
Antusiasme ini terlihat dari keseriusan para peserta menggali ide untuk merangkai cerita dari pengalaman keseharian mereka dalam lanjutan kegiatan ini yang berlangsung di aula SMA Negeri 2 Waingapu, Kamis (18/11/2021). Setiap peserta berusaha menghasilkan cerita dan juga tidak enggan untuk bertanya dan berbagi pengalaman bersama peserta lainnya.
Guru dari SD Masehi Kambaniru 1, Martha Anawula dan guru dari SD Inpres Papindung, Kelurahan Mauliru, Maria Milla saling memberi saran untuk menyelesaikan cerita mereka masing-masing sehingga keduanya mengambil ide cerita tentabg ayam yang mampu menari karena ketekunannya berlatih.
Martha dan Maria mengaku mengambil ide cerita tentang ayam karena ayam merupakan salah satu ternak unggas yang hampir dimiliki oleh semua keluarga sehingga berbagi cerita tentang ayam akan mudah diterima oleh anak-anak.
“Anak-anak bangun pagi pasti sudah melihat orang tua mereka memberi makan ayam atau bahkan mereka sudah ikut mengurus ayam. Jadi ceritanya bisa langsung dekat dengan mereka,” jelas Maria.
Mengenai ide cerita ini sendiri Martha menjelaskan secara tidak sengaja lahir karena dirinya juga memiliki peternakan ayam di rumah sehingga pernah mengunduh gambar-gambar mengenai cara beternak ayam. Karenanya saat melihat gambar-gambar ayam yang ada keduanya kemudian memutuskan membuat cerita tentang ayam.
Peserta lainnya, Yuliana Dominggus dari Taman Kanak-kanak (TKk) Negeri Paranda dan Gandrung Swastika, dari TKk Negeri Matawai Amahu secara terpisah menjelaskan keduanya sudah pernah mengikuti kegiatan pelatihan serupa. Namun dari pelatihan kali ini mereka mendapatkan pengetahuan baru dan juga bisa tetap saling berbagi pengalaman dengan guru-guru dan juga penulis cerita lainnya sehingga bisa memperkaya pengetahuan mereka dalam menulis cerita.
“Setiap pelatihan pasti ada yang baru sehingga pengetahuan kita bertambah,” jelas Gandrung yang diamini Yuliana.
Menurutnya Gandrung pelatihan ini memberikan mereka gambaran yang lebih jelas karena mendapatkan sistematika penulisan cerita yang lebih lengkap sehingga apa yang hendak mereka tulis dapat dituangkan secara lebih sistematis.
“Dengan menulis, cerita kita kepada anak-anak akan menjadi lebih jelas karena kalau kita cerita lisan bisa berubah susunan kalimatnya setiap hari,” ungkap Gandrung.
Sementara itu guru dari SMA Negeri 1 Kambera Margaretha Tara menambahkan menulis cerita anak memberikan tantangan tersendiri bagi dirinya karena harus mampu menyederhanakan ide yang hendak disampaikannya dalam sebuah cerita sesuai dengan perbendaharaan kata yang sudah dimiliki anak-anak.
“Kalau kita menulisnya dengan kata-kata yang belum dikenal anak-anak pasti anak-anak akan sulit memahami cerita yang kita tulis,” jelasnya.
Bahkan menurutnya cerita untuk anak-anak juga harus bisa diperkaya dengan media gambar agar menarik perhatian anak-anak untuk membaca cerita yang ditulis. Sebab menurutnya cerita anak yang tidak berisi gambar pasti kurang menarik bagi anak-anak kelas bawah (kelas 1 sampai 3 SD) untuk membacanya.
“Ceritanya juga tidak boleh terlalu panjang agar tidak membosankan bagi anak-anak,” tandasnya.
Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Syaiful Bahri Lubis dalam materinya menegaskan kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian upaya Kantor Bahasa Provinsi NTT untuk mendokumentasikan cerita-cerita rakyat di Provinsi NTT sehingga cerita-cerita rakyat ini tidak hilang tergerus waktu karena tidak terdokumentasi dalam bentuk tulisan.
Karenanya cerita-cerita yang dihasilkan kemudian akan diterbitkan dan didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota se-NTT maupun di luar Provinsi NTT agar cerita-cerita rakyat dari Provinsi NTT dapat juga diketahui oleh masyarakat di provinsi lain.
“Cerita-cerita rakyat kita di seluruh Indonesia memang anonim, sehingga kalau teman-teman bukan sebagai penulisnya, namun menceritakan kembali,” tegasnya.(ONI)