

MaxFM, Waingapu – Penyandang disabilitas di Indonesia juga termasuk dalam kelompok rentan yang harus mendapat prioritas pelayanan vaksinasi Covid-19. Ketentuan ini juga masuk ketentuan badan kesehatan dunia (WHO) dalam upaya menciptakan kekebalan komunitas melalui vaksinasi Covid-19.
Dr. Gilbert Renaldi Kusila memaparkan hal ini dalam materinya pada acara talkshow bersama Radio Max 96.9 FM Waingapu dengan tema Disabilitas Merdeka dari Covid-19 dengan Vaksin yang berlangsung Rabu (03/11/2021). Dijelaskannya penyandang disabilitas menjadi prioritas karena dalam aktivitas harian mereka terbatas sehingga seringkali harus membutuhkan bantuan orang lain.
“Saudara-saudara kita yang difabel yang membutuhkan kursi roda atau lainnya kan pasti membutuhkan bantuan orang lain sehingga menjadi rentan dan harus dilindungi dengan pelayanan vaksin,” jelasnya.
Menurutnya kaum difabel juga aman untuk mendapatkan pelayanan vaksin Covid-19 karena semua vaksin yang digunakan di dunia dan Indonesia sudah melalui tahapan penelitian yang matang dan juga sudah mendapatkan ijin penggunaan dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
“Semua vaksin yang digunakan di Indonesia aman bagi masyarakat termasuk kaum difabel,” ungkapnya.
Walau ada kekhawatiran dari kaum difabel maupun keluarga karena kaum difabel cenderung memiliki penyakit penyerta, hal tersebut harus dipastikan oleh tim dokter pada saat skrining di tempat pelayanan vaksin sehingga tidak boleh disimpulkan sendiri.
“Ada tim skrining yang akan menentukan seseorang termasuk kaum difabel apakah bisa dilayani vaksin atau harus ditunda,” ungkapnya.
Nuning dari Organisasi Harapan Nusantara OHANA Yogyakarta, menambahkan pengalaman mereka dalam membantu menyelenggarakan vaksinasi bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di beberapa tempat juga mengalami sedikit kesulitan terutama karena masih ada kekhawatiran orang tua atau pengasuh anak difabel terhadap adanya penyakit penyerta yang diderita kaum difabel. Karenanya membutuhkan cara-cara khusus untuk bisa meyakinkan kaum difabel mengambil bagian dalam kegiatan vaksinasi Covid-19.
“Kita harus menggunakan orang-orang yang mereka (kaum difabel) percayai untuk menyampaikan manfaat vaksin bagi mereka. Karena kalau orang baru cenderung lebih sulit,” jelasnya.
Bahkan menurut Nuning pihaknya juga harus bekerja sama dengan tim dokter dan psikolog dengan menggunakan media rekaman video untuk mwnyampaikan manfaat vaksin bagi kaum difabel. Karenanya rekaman video ini digunakan sebagai media sosialisasi di tempat berkumpulnya kaum difabel.
“Kalau ada pertanyaan kami tampung pertanyaannya untuk kami lanjutkan ke dokter dan psikolog nya untuk di respon,” jelasnya.
Kabar bahagianya adalah kaum difabel di NTT saat ini akan mendapatkan layanan vaksin Jhonson and Jhonson yang hanya butuh sekali suntik yang saat ini sedang dilakukan kerja sama antara Yayasan Ohana Yogyakarta dengan Kemenkes RI.
“Syarat Kemenkes nya minimal 100 orang untuk dilayani, dan dari tiga kecamatan saja di Sumba Timur sudah terdata lebih dari 700,” ungkapnya.
Diharapkannya proses pendataan dan pelaksanaan vaksin nantinya dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga anak-anak dan kaum difabel di Kabupaten Sumba Timur dapat terlayani vaksin dan aman dari paparan Covid-19.
Untuk diketahui dalam talkshow radio ini di ruang zoom disediakan Juru Bahasa Isyarat dan dari studio siaran Radio Max 96,9FM dipandu oleh Heinrich Dengi sertta acara ini didukung oleh Organisasi Harapan Nusantara OHANA Yogyakarta.(TIM)