

MaxFM, Waingapu – Lahan sawah masyarakat di Kelurahan Lambanapu saat ini berubah menjadi area bermain anak-anak. Lahan persawahan ini berubah fungsi karena Bendungan Kambaniru yang ambruk dihempas banjir bandang, Minggu (4/4/2021) lalu.
Bibit padi petani sawah yang disiapkan untuk menanam lahan pertanian mereka juga kini terancam mati karena ketiadaan air.
Warga RT 04, Kelurahan Lambanapu, Dominikus Redetobo (52) dan Andreas Mbadi Kamarak (60) saat ditemui di sekitar areal persawahan mereka Kamis (6/5/2021) petang, keduanya mengaku pasrah dan hanya menanti hingga proses perbaikan Bendungan Kambaniru rampung sehingga air bisa kembali mengalir di saluran irigasi dan mereka bisa mulai menanam kembali.
Dominikus menuturkan bibit padi yang disemaikannya sebanyak delapan kilo gram dilakukan seminggu sebelum banjir bandang datang dan merobohkan salah satu sisi Bendungan Kambaniru sehingga bibit padinya yang seharusnya sudah dipindahkan ke lahan sawahnya minggu kedua April 2021 lalu tidak bisa dilakukan.
“Bibitnya harus ditanam setelah tiga minggu dipersemaian, tetapi tidak ada air begini mau tanam bagaimana,” ungkapnya.
Bibit padi Ciherang yang disemainya ini sesungguhnya adalah padi yang memiliki usia tanam yang cukup singkat yakni 80 hari setelah dipindah tanam dari persemaian ke lahan sawah. Namun karena tidak adanya air dari saluran irigasi yang ada sehingga tidak bisa ditanami.
“Bibitnya delapan kilo dan cukup untuk lahan 25 are,” jelasnya.
Andreas Mbadi Kamarak (60) menambahkan dirinya juga sudah menyemaikan bibit padinya kurang-lebih 15 kilo gram hampir bersamaan dengan Dominikus dan petani lainnya di Kelurahan Lambanapu. Namun kemudian banjir bandang datang dan merobohkan Bendungan Kambaniru yang menjadi sumber air untuk aliran persawahan mereka, sehingga bibit mereka terpaksa dibiarkan hingga mati kekeringan.
“Sebagian lain di sebelah sudah lepas ternak makan bibit padi mereka,” jelas Andreas.
Mengenai kondisi ini, Andreas mengaku hanya bisa pasrah karena bukan hanya mereka yang mengalami hal ini, melainkan ada ratusan bahkan ribuan petani sawah yang menggantungkan nasib persawahan mereka dari saluran irigasi Bendungan Lambanapu. Karenanya saat ini mereka hanya berusaha untuk menghidupi keluarga mereka dari keterampilan yang lain.
“Kami juga kerja tukang, tapi ada Corona (Pandemi Covid-19) begini semua jadi sulit,” jelas Andreas.
Keduanya berharap proses perbaikan Bendungan Kambaniru untuk kembali mengairi saluran primer bisa segera selesai sehingga air bisa kembali mengalir di saluran irigasi dan mereka bisa menanam sayuran maupun padi lagi.
Pantauan media ini tiga unit excavator milik Nindya Karya sedang bekerja bersama 40-an tenaga kerja sedang mengerjakan bronjong untuk menghalau aliran air sungai masuk ke saluran primer irigasi. Ada pula excavator kecil yang bekerja di saluran irigasi untuk mengeluarkan sedimen di saluran tersebut.(ONI)