

MaxFM, Waingapu – Ketua Umum (Ketum) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom bersama dengan Badan Pelaksana Majelis Sinode Gereja Kristen Sumba (BPMS GKS) mengantar bantuan paket Sembako, perlengkapan mandi, peralatan masak dan genset ke wilayah pelayanan Klasis Lailunggi, di Kecamatan Karera dan Pindu Pahar, Selasa (20/4/2021).
Pengiriman bantuan ini selain didukung oleh Kodim 1601/Sumba Timur dengan satu unit mobil dan sejumlah anggota, juga didukung oleh Pemkab Sumba Timur dengan satu unit mobil sehingga total mobil yang membawa bantuan beras sebanyak 2,5 ton ini diantar oleh enam unit mobil double gardan.
Kepada MaxFM Waingapu melalui sambungan telepon dengan Radio Max 96.9 Fm Waingapu, Rabu (21/4/2021) pagi, Ketua I BPMS GKS, Pdt. Yuliana Ata Ambu, S.Th., M.Min. menjelaskan pihaknya sudah dua kali mengantarkan bantuan ke wilayah selatan Sumba Timur. Dimana kali ini bantuan diarahkan bagi warga jemaat di Klasis Lailunggi yang berada di Kecamatan Karera dan Kecamatan Pindu Pahar.
Selain beras, rombongan Ketum PGI, BPMS GKS dan relawan pemuda ini juga membawa mie istan, minyak goreng, gula pasir, kopi, biskuit, shampo, sabun cuci, sabun mando, pakaian layak pakai, ember, mangkok, kuali, keranjang seng, paku 5,7,10 cm dan juga paku payung, serta empat buah genset.
Mengenai kondisi infratruktur jalan Waingapu-Lailunggi, Ketua BPMJ GKS Payeti Pdt. Yuliana Ata Ambu ini menegaskan kondisi jalannya sudah dapat dilalui namun masih dalam kondisi yang cukup berat, sehingga jarak Waingapu-Lailunggi yang hanya sekitar 124 kilo meter ini harus ditempuh dalam waktu empat sampai lima jam perjalanan.
“Jalan dan jembatan di Nangga itu putus sehingga kami harus lewat bagian sungai yang kering ( menuju ke Nggongi),” ungkapnya.
Karenanya pemerintah diharapkan bisa mempercepat perbaikan ruas jalan tersebut agar tidak semakin parah dan mengakibatkan warga masyarakat bisa makin banyak yang terisolir jika terjadi hujan dan banjir bandang lagi.
Mengenai kondisi Jembatan Lailunggi sendiri, Pdt. Yuli menuturkan jembatan tersebut terdapat dua lubang besar di masing-masing sisi timur dan barat jembatan dan bagian tengah nya terdapat dua patahan yang memisahkan badan jembatan dengan bagian lainnya sehingga kendaraan tidak bisa melintas baik roda dua maupun roda empat.
“Terpaksa bantuannya kita turunkan di sebelah jembatan dan jemaat akan pikul sendiri lagi ke rumah masing-masing,” ungkapnya.
Dituturkannya untuk mencapai Rumah Pastori GKS Lailunggi yang berjarak sekitar tujuh kilo meter dari Jembatan Lailunggi, Ketum PGI Pdt. Dr. Gomar Gultom, BPMS GKS dan puluhan relawan pemuda yang ikut harus menyeberang menggunakan tangga darurat yang ada di sisi jembatan atau memilih menyeberang melalui aliran sungai yang masih cukup deras, lalu menggunakan bus kayu (truk yang dimodifikasi untuk menjadi angkutan orang dan barang).
“Pak Ketum PGI dan Ketum GKS turun lewat tangga darurat, sedangkan saya dan ibu Sekum GKS lewat alur sungai,” jelasnya.
Rombongan yang ikut mengantar bantuan ke Klasis Lailunggi ini selain Ketum PGI, Ketum GKS, Pdt. Alfred Samani, Sekum GKS, Pdt. Marlin Lomi, mantan Ketum GKS, Pdt. Naftali Djoru, Pdt. Lastri Agustaf, Vikaris Awang Praing, sejumlah anggota TNI, dan pemuda relawan GKS. (TIM)