
MaxFM, Waingapu – Masyarakat petani jagung di Desa Tanatuku, Kecamatan Nggaha Ori Angu mengalami gagal panen untuk musim tanam tahun 2020-2021. Petani saat ini hanya berharap tanaman padi bisa selamat dari ancaman hama dan juga belalang.
Warga RT Kurunggu 2, RW 05 Desa Tanatuku, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Stefanus Takandjandji (39) menyampaikan hal ini saat ditemui di kediamannya saat membersihkan jagung miliknya yang habis dikumpulkan. Menurutnya hama ulat grayak dan diikuti belalang telah memupus harapan petani.
“Curah hujan tahun ini sebenarnya bagus dan kami harusnya bisa panen dalam jumlah banyak,” urainya.
Namun tanaman jagung yang tumbuh subur sejak awal menurut Stefanus kemudian diserang oleh ulat grayak yang memakan polong daun jagung sehingga pertumbuhan jagung menjadi terhambat. Kondisi ini makin parah karena ulat grayak menyerang saat terjadi jedah hujan beberapa hari di wilayah mereka.
“Kalau ulat makan dan terjadi hujan, ulat nya akan mati dan jadi pupuk,” urainya.
Selanjutnya setelah ulat kemudian berkembang menjadi kepompong dan kupu-kupu sehingga jagung miliknya dan petani jagung di wilayah Kecamatan Nggaha Ori Angu mulai berharap akan dapat hasil panen yang baik, serangan hama belalang kembali menyerang sehingga jagung milik petani semua tersisa batang tanpa daun.
“Hanya sebagian kecil yang terlewatkan, jadi kami bisa dapat sedikit jagung,” urainya.
Menurut Stefanus pada saat hama belalang menyerang, hujan terus terjadi hampir setiap harinya. Namun justru hujan ini memberikan keleluasaan bagi koloni belalang kembara untuk makin mengganas menyerang tanaman jagung milik petani. Karena nya hasil panen yang biasanya bisa mencapai 70 hingga 80 ikat untuk ukurannlahan seluas satu hektar are miliknya, saat ini tidak bisa dapat satu tali juga, sehingga dapat dikatakan gagal total.
“Kami biasa ikat satu tali itu 100 sampai dengan 120 tongkol jagung per tali. Tetapi ini tidak ada yang bisa diikat,” urainya.
Stefanus menambahkan kejadian gagal panen jagung ini tidak hanya dialami dirinya, melainkan hampir seluruh warga petani jagung di Desa Tanatuku dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Nggaha Ori Angu.
Pasalnya serangan ulat grayak dan juga belalang kembara menyerang lahan petani hampir bersamaan sehingga praktis masyarakat tidak dapat melakukan tindakan pencegahan maupun pengendalian terhadap serangan ulat grayak terutama saat belalang kembara menyerang.
“Ada juga yang hasilnya kosong sama sekali,” ungkapnya.
Karena kondisi ini, Stefanus mengaku dirinya dan Para petani hanya berharap tanaman padi ladang mereka yang saat ini sudah mulai keluar mayang nya bisa menghasilkan gabah dan beras bagi mereka sehingga bisa memiliki pasokan makanan di lumbung mereka.
“Belalang kami dengar sudah di Sumba Tengah, tetapi kita tidak tahu karena belalang berpindah tempat mengikuti arah angin. Jadi kami harap tidak ada serangan belalang lagi,” ungkap Stefanus.(ONI)