MaxFM, Waingapu – Hujan deras kembali mengakibatkan akses transportasi di Desa Kamanggih dan Desa Laimbonga, Kecamatan Kahaungu Eti terhambat sebagai akibat dari jembatan Kamalapau yang menghubungkan kedua desa tersebut terbawa banjir. Pembukaan akses jalan darurat harus segera dilakukan untuk membuka akses ke kedua desa tersebut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Michael Jaka Laki menyampaikan hal ini kepada MaxFm melalui sambungan telepon dengan Radio MaxFm, Sabtu (13/3/2021) malam. Dijelaskannya selain di Kahaungu Eti, juga terjadi banjir yang menggenangi pemukiman warga di Desa Kadumbul, Kecamatan Pandawai.
Michael Jaka Laki menjelaskan ada beberapa segmen jalan di wilayah Kamanggih-Laimbonga yang membutuhkan penanganan darurat saat ini untuk bisa membuka akses bagi masyarakat dua desa tersebut. Karenanya pemerintah sudah melakukan peninjauan ke lokasi untuk dapat membuka jalan alternatif.
“Kepala Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan tim sudah ke lapangan untuk bisa menentukan lokasi jalan alternatif,” jelasnya.
Sementara itu untuk korban banjir di Desa Kadumbul, Kecamatan Pandawai sendiri menurut Michael Jaka Laki, Wakil Bupati Sumba Timur, David Melo Wadu bersama Kepala Dinas PUPR, Julius Ngenju, TNI/Polri, BPBD, dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) melakukan peninjauan sekaligus pendataan warga korban bencana banjir di Desa Kadumbul untuk bisa diberikan bantuan emergency dan juga mengambil langkah-langkah pencegahan banjir ke depan.
“Untuk sementara hasil pendataan kami ada 215 KK (Kepala Keluarga) yang jadi korban dan 20 diantaranya yang paling terdampak,” jelasnya.
Karena itu menurut Michael pihaknya dari BPBD Kabupaten Sumba Timur sudah memberikan bantuan emergency berupa mie instan, minyak goreng, gula, kopi, dan ikan kaleng kepada 20 KK yang paling terdampak dari banjir tersebut.
“Bantuan emergency ini diserahkan langsung oleh bapak Wakil Bupati,” jelasnya.
Michael menambahkan sesuai hasil pemantauan lapangan bersama dengan Dinas PUPR dan Wakil Bupati Sumba Timur, langkah normalisasi sungai tersebut harus segera diambil setelah musim penghujan usai guna menghindari adanya korban banjir serupa di musim penghujan berikutnya.
“Normalisasi sungai adalah jawabannya,” tandas Michael.(TIM)