MaxFM, Waingapu – Lima dari tujuh mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi (STT) Sangkakala Jakarta yang datang ke Sumba Timur, Kamis (23/4) dan dilakukan pemeriksaan rapid test di posko pemeriksaan awal Sumba Timur di Lapangan Rihi Eti Prailiu hasilnya positif, sehingga kelima mahasiswa ini kini diisolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Umbu Rara Meha (RSUD-URM) Waingapu. Selain kelima mahasiswa ini, satu orang pelaku perjalanan yang juga datang dari DKI Jakarta hasilnya positif.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur, dr. Chrisnawan Tri Haryantana dalam kegiatan jumpa pers dengan wartawan di ruang kerjanya, Jumat (24/4/2020) malam. Pada saat jumpa pers ini, dr. Chirnawan didampingi Direktris RSUD URM Waingapu, dr. Lely Harakai dan dr. Anri Widiaty, Sp.P., dan sejumlah petugas di Posco Covid-19, Kabupaten Sumba Timur.
Dijelaskannya hasil positif yang ditunjukkan lima mahasiswa satu kampus dan satu asrama ini menunjukkan bahwa tingkat kewaspadaan masyarakat Sumba Timur terhadap keberadaan pelaku perjalanan dan orang tanpa gejala (OTG) di Kabupaten Sumba Timur harus ditingkatkan. Namun tidak boleh sampai kepada tindakan diskriminatif kepada para pelaku perjalanan, sehingga semua masyarakat bisa tetap patuh pada protokol kesehatan yang sudah disampaikan setiap saat oleh pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
“Tiga hari ini, Selasa-Kamis (21-23/4/2020) kita melakukan pemeriksaan awal secara menyeluruh kepada semua pelaku perjalanan, dan hasilnya ada tambahan dua Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan empat OTG yang hasil rapid testnya reaktif. Lima orang diantaranya adalah mahasiswa dari satu kampus dan satu asrama,” jelasnya.
Mengenai ada tidaknya kommunikasi dengan Posco Covid-19 lainnya di kabupaten/kota lainnya di NTT mengenai adanya pelaku perjalanan dari STT Sangkakala Jakarta yang hasil rapid testnya positif ini, apakah ada pelaksanaan Rapid Tes juga di kabupaten/kota lainnya atau tidak, dr. Chrisnawan mengaku belum mendapatkan informasi dari tim Posco Covid-19 kabupaten/kota lainnya baik di NTT maupun provinsi lainnya di Indonesia.
“Kita belum tahu apakah di kabupaten/kota lainnya ada pemeriksaan rapid tes atau tidak. Tetapi kami sudah konfirmasi ke kampusnya dan dari kampus dinyatakan tidak ada yang positif,” jelasnya sambil menambahkan akan segera berkoordinasi dengan Posco Covid-19 di kabupaten/kota se-NTT untuk berbagi informasi adanya dugaan STT Sangkakala Jakarta sebagai klaster baru penyebaran Covid-19 dan kemungkinan ada banyak mahasiswa STT Sangkakala Jakarta yang berasal dari NTT, dan saat ini sudah berada di daerahnya masing-masing.
Mengenai tindakan yang diambil Posco Covid-19 Sumba Timur terhadap keenam pelaku perjalanan yang hasil rapid test nya positif ini, dokter Chrisnawan menerangkan, keenam pelaku perjalanan ini empat diantaranya merupakan OTG, sedangkan dua lainnya memiliki gejala klinis lainnya, sehingga masuk dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Namun enam orang ini semuanya kini diisolasi di ruang isolasi RSUD URM Waingapu, untuk dipantau kondisinya secara rutin oleh dokter dan petugas medis lainnya.
“Semuanya kita sudah isolasi di RSUD URM Waingapu,” jelasnya.
Dokter Chrisnawan menambahkan langkah selanjutnya, selain keenam orang ini diisolasi, harus juga ditindaklanjuti dengan pengambilan sampel lendir hidung dan tenggorokan untuk dilakukan pemeriksaan dengan metode PCR. Namun karena saat ini kebijakan pemerintah pusat sudah dikeluarkan untuk tidak adalagi penerbangan komersil di seluruh Indonesia, sehingga pihaknya sedang membangun komunikasi yang intensif dengan pemerintah provinsi melalui Dinas Perhubungan Provinsi maupun Posco Covid-19 Provinsi NTT agar bisa menemukan cara bagaimana sampel dari empat OTG dan dua ODP yang hasil rapid tesnya reaktif ini bisa diambil dan dikirim ke laboratorium pemeriksaan PCR di Surabaya atau Jakarta.
“Kita masih tunggu keputusan dari pemerintah provinsi, dan sambil menunggu kita akan melakukannya kembali kepada mereka setelah 10 hari dari pemeriksaan pertama. Kita sudah berhasil kirim satu sampel untuk pemeriksaan PCR dan masih sementara menunggu hasilnya,” urainya.
Dokter Chrisnawan juga mengharapkan kepada masyarakat untuk tidak mendiskriminasi pelaku perjalanan, ataupun ODP, PDP, hingga OTG, karena Covid-19 sampai dengan saat ini tidak menyebar melalui udara, melainkan hanya melalui cairan hidung dan mulut atau droplet yang keluar saat penderita bersin atau batuk. Karena itu, masyarakat selain melakukan protokol kesehatan menjaga kebersihan badan, mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker, dan menjauhi kerumunan banyak orang, masyarakat juga harus bisa berpartisipasi dalam memberikan kenyamanan bagi para pelaku perjalanan, OTG, ODP, maupun PDP yang dengan gejala klinis ringan untuk bisa melakukan karantina mandiri di rumah atau fasilitas umum lainnya yang ada di desa-desa. Karena dengan demikian, akan sangat membantu tenaga dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya di rumah sakit untuk hanya menangani ODP atau PDP dengan gejala yang berat.
“Covid-19 ini kita semua bisa cegah, tetapi kita semua juga bisa kena. Jadi marilah kita saling menjaga dan mendukung, tanpa mendiskriminasi saudara-saudara kita yang harus menjalani proses karantina mandiri maupun terpusat di desa-desa,” tandasnya.
Mengenai ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) dan kelengkapan lainnya di RSUD URM Waingapu jika terjadi lonjakan pasien Covid-19 di Kabupaten Sumba Timur, Direktris RSUD URM Waingapu, dr. Lely Harakay menjelaskan untuk ketersediaan APD masih akan cukup untuk satu bulan ke depan. Namun dr. Lely tidak menjelaskan berapa banyak APD dan kelengkapan lainnya yang tersedia secara rinci. “Intinya untuk satu bulan ke depan ini, ketersediaan APD kita cukup,” jelasnya.(ONI)