MaxFM, Waingapu – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur akan segera mengeluarkan surat edaran kepada Dinas Teknis terkait yang ada di pintu-pintu masuk Sumba Timur, seperti bandar udara dan juga pelabuhan untuk menghentikan sementara masuknya ternak babi dan produk ikutan lainnya ke Sumba Timur. Penghentian sementara ini untuk mengantisipasi masuknya virus babi Afrika (ASF).
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, Yohanis Radamuri menyampaikan hal ini melalui sambungan telepon kepada MaxFm, Sabtu (7/3/2020). Dijelaskannya langkah penghentian ini dilakukan khusus untuk ternak babi dan produk olahannya yang berasal dari luar Pulau Sumba, khususnya dari Timor, Bali, dan juga Flores.
“Menindaklanjuti himbauan gubernur untuk menghentikan mobilitas ternak babi maupun produk olahannya dari Pulau Timor keluar daerah. Jadi kita juga sedang persiapkan surat edaran Bupati Sumba Timur, agar elemen terkait di Bandara maupun badan karantina di pelabuhan bisa siaga untuk tidak boleh ada ternak babi atau produk olahannya masuk ke Waingapu ini,” jelas Radamuri.
Menurutnya hal ini penting untuk dilakukan karena mengingat ternak babi tidak hanya berhubungan dengan pergerakan ekonomi di Sumba Timur, namun juga sebagai bagian dari budaya masyarakat Sumba Timur. Karena itu, ternak babi yang ada di Sumba Timur harus bisa dilindungi dari serangan firus babi Afrika yang saat ini melanda kabupaten/kota se-daratan Timor yang masuk melalui Timor Leste.
“Kita memang perlu menjaga agar ternak babi kita jangan sampai terserang virus ASF ini. Karena babi tidak hanya berhubungan dengan ekonomi, tetapi juga budaya. Jadi bagi saudara-saudara kita yang bepergian atau kita sendiri, tidak boleh bawa masuk ternak babi hidup maupun produk olahannya seperti se’i, roti, dan lainnya,” jelasnya.
Mengenai adanya laporan ternak babi yang mati di Tandairotu dan Padadita, Kelurahan Prailiu, dalam beberapa hari terakhir, Radamuri mengaku belum mendapatkan laporan resmi dari para peternak, sehingga masih harus melakukan pemeriksaan langsung oleh tim dokter hewan yang ada, guna memastikan penyebab matinya ternak babi tersebut.
“Kita juga merupakan daerah hog cholera sehingga harus kita pastikan dulu, sehingga masyarakat kita harapkan bisa melaporkan ke kita (Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur) jika ada ternak babi yang mati tiba-tiba atau dalam jumlah banyak dengan gejala yang tidak biasa. Tetapi untuk ASF sampai dengan saat ini kita masih bebas, sehingga penghentian ini hanya berlaku untuk yang masuk dari luar Sumba. Sedangkan untuk antar kabupaten di daratan Sumba, kita masih akan tetap berkoordinasi dengan teman-teman kabupaten tetangga,” urainya.
Terkait batas waktu penghentian masuknya ternak babi dan produk olahannya dsri luar Pulau Sumba, Yohanis mengaku akan terus dipantau perkembangan penanganan yang dilakukan di daerah-daerah yang kini terkena serangan ASF, sehingga diharapkannya bisa segera diatasi agar tidak terjadi kelangkaan ternak babi karena penghentian ini.
“Kita lihat di Bali itu sudah mulai menurun, tetapi kita akan terus pantau agar pastikan sudah teratasi baru kita buka lagi arus pengantarpulauan ternak babi dan produk olahannya lagi ke Waingapu,” tandasnya.(TIM)