MaxFM, Waingapu – Petani di sejumlah wilayah Kabupaten Sumba Timur sampai dengan saat ini belum menanam jagung maupun kacang-kacangan, karena minimnya curah hujan yang turun di wilayah mereka. Karenanya sebagian petani memilih melaut, sedangkan petani lainnya berharap masih akan turun hujan yang cukup pada Februari hingga Maret nanti.
Hal ini diungkapkan sejumlah petani dari beberapa wilayah yang ditemui MaxFm secara terpisah. Diantaranya Robert Piga Dila, petani di Desa Palakahembi, Kecamatan Pandawai akhir pekan lalu menuturkan curah hujan yang turun di wilayah mereka masih sangat minim, sehingga lahan pertanian yang sudah mereka persiapkan, guna menanam bibit jagung mereka belum bisa ditanami.
“Kebun kami tanahnya masih dalam kondisi terbelah, karena hujannya sangat sedikit. Makanya kami belum tanam, karena pasti jagung tidak akan tumbuh,” jelasnya.
Karenanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka saat ini, dirinya dan keluarga mengolah air tebu yang mereka dapatkan dari kebun tebu kelompok Laipori Indah untuk dijadikan gula merah maupun gula air untuk diperdagangkan. Selain itu, dirinya juga terkadang ikut melaut bersama petani lainnya untuk menambah sumber makanan keluarga.
Damianus Ke Lomi, petani sawah di Desa Wanga, Kecamatan Umalulu secara terpisah menguraikan debit air irigasi yang ada saat ini cukup minim, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengolah lahan pertanian miliknya seluas satu hekta are. Karenanya, Sampai saat ini lahan miliknya belum juga diolah untuk ditanami.
“Seharusnya bulan seperti sekarang ini padi sudah tumbuh. Tetapi ini olah lahan saja tidak bisa karena hujan sangat kurang. Ini air di irigasi saja hanya sekitar lima centi meter saja. Padahal ini musim penghujan dan harusnya air sudah mencapai 40 sampai 50 centi meter,” jelasnya.
Bahkan menurut Damianus akibat minimnya curah hujan yang terjadi sejak musim tanam tahun lalu ini mengakibatkan hasil panen yang mereka hasilkan menjadi sangat minim. Dimana lahan seluas setengah hekta are yang diolah hanya menghasilkan lima karung gabah. Padahal saat tercukupi airnya, lahan miliknya tersebut bisa menghasilkan antara 10 hingga 20 karung gabah.
“Air sedikit begini, tidak bisa paksa olah lahan untuk tanam padi. Karena tidak hanya hasilnya yang kurang. Tetapi berasnya juga tidak bagus, karena hancur saat digiling,” tandasnya.
Hal senada disampaikan petani kacang tanah di Desa Hambapraing, Kecamatan Kanatang, Matius Tandu Nggama yang ditemui MaxFm secara terpisah, Minggu (2/2/2020). Menurut Matius lahan dan bibit mereka sudah siap untuk ditanam. Namun karena curah hujan yang minim, dirinya mengurungkan niatnya untuk menanam lahan kacangnya.
“Kalau hujannya seperti ini lebih baik bibitnya kita jual untuk pakai beli makanan. Karena kalau kita paksa tanam tidak bisa. Harusnya sekarang kita sudah saatnya cabut rumput, tapi ini rumput yang sempat tumbuh sudah mati kembali sendiri,” urianya.
Dirinya berharap masih akan ada hujan dengan intensitas yang cukup di bulan Februari dan Maret ini, aehingga bisa sedikit menanam kacang tanah di kebunnya. Karena masyarakat Desa Hambapraing rata-rsta hanya bergantung pada tanaman kacang tanah yang menjadi andalan mereka setiap tahun. “Mudah-mudahan Februari-Maret ini bisa hujan banyak supaya kami bisa tanam kacang tanah. Karena sekarang ini kami sudah turun kelaut saja untuk cari ikan supaya bisa kasih makan keluarga,” harapnya.(ONI)