MaxFM, Waingapu – Jauh sebelum manusia mengenal bahasa apalagi tulisan, maka alat komunukasi yang digunakan adalah bahasa isyarat terutama bahasa tangan yang disebut kinem atau kinestik.
Bilamana seseorang mengajak teman untuk menangkap penyu di pasir (penyu biasa bertelur di pasir), maka dia akan membongkokkan belakang tangan sambil bibir bawah diarahkan ke laut. Kalau ada yang mau berburu ke hutan, satu orang tua akan memperlihatkan keempat jari dirapatkan dalam posisi mendatar sementara ibu jari tegak berdiri sehingga kelihatan seperti kepala binatang, itu artinya hati-hati dengan binatang buas.
Dalam abad modern seperti sekarang ini bahasa tangan masih tetap berlaku. Sudah merupakan kebiasaan umum di dunia, untuk memuji kehebatan seseorang kita mengacungkan jempol. Tapi jangan coba-coba mengacungkan jempol di negara Yunani karena ini dianggap kasar, tidak sopan.
Untuk mengungkapkan seseorang yang sifatnya arogan, angkuh, selalu ingin melebihi orang lain, maka jari telunjuk kita menunjuk-nunjuk jari tengah yang lebih tinggi dari yang lain. Tapi bilamana keempat jari kita dalam posisi menggenggam sedangkan jari tengah ditegakkan ke atas, itu adalah makian orang Eropa, maksudnya alat kelamin laki-laki.
Suku Kodi di Sumba Barat Daya lain lagi. Untuk memaki lawan laki-laki misalnya dalam pertengkaran maka dia akan mengukur jari telunjuk dengan ibu jari, apakah sepanjang satu ruas, dua ruas atau tiga ruas. Ukuran satu ruas itu lebih menyakitkan karena suatu pengandaian bahwa alat kelaminnya hanya sekian itu. Jika perempuan yang dimaki, jari tengah mengait jari telunjuk dan melengkung sehingga kelihatan seperti busur.
Di banyak suku bangsa di Indonesia termasuk Sumba, untuk mengungkap hubungan intim, ibu jari dimasukkan di antara jari telunjuk dan jari tengah. Atau memasukkan jari telunjuk yang satu ke celah lengkungan jari telunjuk dan jari tengah.
Bahasa tangan banyak sekali mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia. Bilangan 5 sebenarnya berasal dari kata tangan. Karena satu tangan jumlah jarinya 4 + l, maka untuk menyebutkan bilangan itu dikatakan lima (5) yang artinya tangan. Kata lima yang artinya tangan kita masih temukan hampir di seluruh bahasa daerah di Indonesia. Orang Jawa menyebut limo, Ende, rima, Sabu, lami, seluruh Sumba, lima, bahasa Melayu, lima.
Kata terima kalau kita menelusuri etimologi atau sejarah terbentuknya berasal dari kata lima (tangan) mendapat awalan ter- sehingga mestinya terlima, tertangan. Entah mengapa konsonan l dihilangkan, jadinya terima.
Kalau seseorang mengangkat satu tangan artinya dia mau bicara, atau bisa juga tanda setuju. Dalam medan perang atau mengejar buronan, kalau orang itu mengangkat kedua tangan berarti dia menyerah. Menurut hukum perang dia tidak boleh ditembak atau dibunuh.
Menghitung biasanya dimulai dari jari kelingking hingga ibu jari, kemudian mulai lagi dari kelingking yang satu.Orang Jerman menghitung mulai dari ibu jari terus ke jari kelingking.
Memanggil orang kita membalikkan telapak tangan ke bawah sambil menggait-gaitkan jari-jari ke arah pemanggil. Orang Eropa atau Jerman telapak tangan telentang dan jari-jari mengait-gait ke arah pemanggil yang menurut kita tidak sopan.
Memukul meja dengan tangan itu pertanda marah. Tapi kalau di Jerman mahasiswa ramai-ramai memukul meja ketika dosen selesai memberi kuliah itu tanda terimakasih.
Pada zaman purba kala ketika manusia masih primitif, bilamana dua orang bertemu mereka akan saling memegang lengan takut adanya serangan mendadak. Orang modern mengadopsinya dalam bentuk berjabat tangan. Jabat tangan tidak lagi karena takut serangan mendadak tapi sebagai wujud persaudaraan, wujud kasih-sayang.
Betapa kaya bahasa tangan kita bisa menyimak bagaimana orang bisa menyusun abjad dengan bahasa jari tangan. Dua telunjuk dipertemukan dengan kemiringan. Kedua ibu jari juga dipertemukan secara horisontal sehingga membentuk segitga. Itu adalah gambaran huruf a. Kedua telunjuk tadi dilengkungkan ke bawah dan dipertemukan dengan kedua ibu jari sehingga membentuk angka 8 mendatar, itu huruf b.
Bagaimana membuat huruf c? Ibu jari dan jari telunjuk membuat setengah bulatan, jari-jari yang lain terkatup. Ujung-ujung telunjuk bertemu, yang satu melengkung, ibu jari menyentuh pangkal telunjuk, itu huruf d. Tangan kiri mengepal, ibu jari dan jari telunjuk membuat huruf l dalam arti telunjuk vertikal ibu jari horisontal. Telunjuk kanan dalam posisi horisontal menyentuh sudut l, terjadilah huruf e. Jari telunjuk dan jari tengah kanan direnggangkan dalam posisi horisontal. Ujung telunjuk yang satu tegak memotong jari tengah dan menyentuh pertengahan telunjuk. Jari-jari yang lain terkatup. Terjadilah huruf f. Kedua tangan dikepalkan, yang satu ditumpangkan pada yang lain, terjadi huruf g. Huruf h, telunjuk dan jari tengah tegak dan terbuka. Jari lain terkatup. Telunjuk yang satu melintang pada pertengahan kedua jari tadi.
Tangan yang sebelah dikepal, kelingking ditegakkan, huruf i, huruf j kepalnya dibalik sehingga kelingking menunjuk ke bawah. Telunjuk dan ibu jari membuat huruf l. Telunjuk yang satu menyilang tegak lurus pada pertengahan ibu jari dan terbentuk huruf k. Tangan dikepal, telunjuk tegak lurus ibu jari mendatar sehingga membentuk huruf l. Kelingking dan ibu jari telungkup, ketiga jari tegak lurus, itu huruf m. Huruf n, dua jari yang ditegakkan. Huruf o, ibu jari dan telunjuk membuat bulatan…………….Buat huruf l dalam arti telunjuk tegak, ibu jari horisontal dari tangan kiri. Telunjuk tangan kanan dalam posisi mendatar pangkalnya dimuat di atas telunjuk yang tegak, maka terbentuklah huruf z.
[Frans W. Hebi]
Catatan : Tulisan ini sudah dibawakan dalam acara “Bengkel Bahasa” di Radio MaxFM Waingapu Rabu, 27 Juni 2018 Mulai Pk. 20.00 WITA