MaxFM- Waingapu – Ama Koho, begitu dia menyebut namanya. Saat saya menanyakan berapa usianya, langsung dijawab, “Saya bukan orang sekolah jadi saya tidak tahu berapa umur saya sekarang.”
Seingat saya dalam beberapa tahun terakhir saya kehilangan ama Koho sekitar 7 bulan setiap tahunnya. Biasanya pertengahan Oktober sudah tidak lagi bertemu dirinya dan awal Juni tahun berikutnya baru ketemu lagi.
Saat ditanya kemana saja menghilang selama beberapa bulan, ama Koho bilang dirinya pulang ke Sabu. Selama di Sabu kata dia, diri mengerjakan kebun, kadang ke laut untuk tanam rumput laut.
“Tahun ini saya pulang ke Sabu untuk tanam rumput laut,” kata ama Koho. Tahun- tahun sebelumnya dia pulang untuk memnanam bawang merah dan sayur lainnya.
Biasanya lanjut ama Koho, setelah selesai panen di Sabu dirinya kembali ke Waingapu untuk sadap due.
“Bulan-bulan begini ( Juni – Oktober ) saya tidak ada pekerjaan di Sabu, makanya saya datang ke Waingapu untuk sadap due,” jelas ama Koho.
Saya sendiri pelanggan tetap due yang baru dibawa turun dari pohon lontar ( pohon tuak orang lokal bisanya menyebutnya ) setiap 2 hari sekali, pada sore hari ama Koho antar due ke tempat saya. Soal rasa jangan dilawan, due hasil sadap ama Koho, manis, nikmat dan alami.
Di Waingapu, ama Koho dan beberapa kawan yang datang bersamaan dari Sabu tinggal di sebidang tanah kecil yang dipinjamkan pemilik tanah di Kalu dan di lokasi itu mereka membuat pondok kecil seadanya di Kelurahan prailiu Kecamatan Kambera, Sumba Timur.
Setiap pagi dan sore di musim panen due, ama Koho memanjat pohon Lontar untuk mengambil sari lontar yang kami sebut due yang rasanya manis segar. Due yang diperoleh setiap hari ada yang langsung dibeli oleh pelanggan dalam perjalanan pulang dari menyadap dua, ada pula yang akan dimasukkan botol plastik untuk dijual ke pasar Inpres.
Memang ama Koho tidak berterus terang berapa pendapatanya selama masa sadap due di Waingapu, tetapi periraan saya cukup besar, sebagai tabungan untuk dibawa pulang ke Sabu, meskipun mungkn tabungannya bukan disimpan di Bank.
Tentang due sendiri, saya meminumnya sebagi pengganti air minum atau kadang saya campur dengan air minum. Yang saya perhatikan selama masa mengkonsumsi due meskipun manis rasanya, due tidak menyebabkan kenaikan kadar gula dalam darah saya. Saya bisa simpulkan demikian karena walaupun dalam setiap 2 hari saya berlangganan due sekitar 3 sd 4 liter, ketika saya cek kadar gula dalam darah pada pagi hari selepas bangun tidur dengan menggunakan alat test cepat gula darah, angka yang muncul selalu dibawah angka normal.
Selain itu dalam masa meminum due selama masa ama Koho menyadap due, saya dapati air kencing atau urine saya selalu keruh dan berkapur ( dalam pikiran saya ini baik, entahlah dari sudut medisnya bagaimana penjelasannya?, atau jangan-jangan saya keliru), dan dalam masa meminum due, sangat jarang saya mengalami sakit pinggang. [Heinrich Dengi]