MaxFM, Waingapu – Dalam memupuk minat menulis dan menarik minat menulis masyarakat di pulau sumba, Radio Max Fm kembali menggelar pelatihan menulis bagi semua kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa dan umum.
” Pelatihan menulis ini lebih pada tulisan ilmiah populer yang nantinya diberikan oleh para penulis yang lama berkecimpung di media jurnalistik, budaya, penulis buku, agar bisa mengakar dengan lebih baik,” kata Heinrich Dengi jurnalis radio yang juga Direktur Radio MaxFM
Menurut Heinrich, pelatihan ini akan dilakukan pada tanggal 22 Sepetember 2017 dan akan membuka pelamar maksimal kuota 30 orang dengan rincian dari mahasiswa 10 orang, pelajar 15 orang dan masyarakat umum 5 orang.
” Proses pelatihan akan dilakukan berupa pemberian materi di kelas bertempat di radio Max Fm Jalan Hayam Wuruk 28, Kalu, Waingapu lalu melakukan praktik berupa kunjungan ke lapangan atau area seperti sungai, lahan petani, potensi air, dengan melakukan observasi serta wawancara yang selanjutnya akan dituangkan dalam tulisan,” jelas Heinrich.
Jurnalis MNC Media, Dion Umbu Ana Lodu, mengatakan senang dengan dilakukannya pelatihan kali ini, yang menyasar kalangan muda yang sedang belajar, agar terus terpupuk minat menulis menjadi prioritas karena menulis menjadi sebuah aktivitas yang jarang dilakukan dan tidak diwariskan kepada generasi sekarang sehingga secara kuantitas dan kualitas penulis di sumba terus menurun.
Sedangkan Robert Ropo, jurnalis Koran Regional Pos Kupang, mengatakan model pelatihan seperti menejadi penting, karena sekarang ini semakin sulit mencari penulis ini khususnya di kalangan muda. ” Minat akan menulis memang ada namun tidak tahu cara memulainya sepeti apa serta tidak ada medium. Karena itu kami membuka ruang biar ada bibit baru serta tak putusnya generasi penulis,” ungkap Robert.
Selain itu, penulis di berbagai media, jurnalis senior, budayawan dan penulis buku serta mentor dalam pelatihan ini Frans Wora Hebi mengatkan di Sumba dan NTT pada umumnya budaya tulis itu tidak ada dan hanya budaya tutur dan otak kita terbatas untuk menampung itu semua sehingga perlu diwariskan atau dilatih menulis. ” Dengan menulis sebenarnya kita turut andil dalam membangun bangsa agar sejarah, budaya tak hilang ditelan jaman sehingga menimbulkan kesenjangan,” kata Frans.
Kegiatan pelatihan menulis ilmiah akan dilakukan setidaknya 3 kali pertemuan di Radio Max Fm Waingapu dan kunjungan lapangan, serta seminggu sekali peretemun dengan waktu yang disepakati. Hingga hari ini peserta yang mendaftar sudah melebihi kuota pendaftar, sekaligus pendafataran sudah ditutup.
Kegiatan pelatihan menulis ini didukung oleh LIFE Jepang, aQysta, Radio Max Waingapu Foundation dan POC Max28. [Ignas Kund]