MaxFM, Waingapu – Dalam perjalanan ke luar kota terutama kalau ke Jakarta, Surabaya atau Bandung salah satu yang dikuatir saya [mungkin juga pembaca] adalah masalah transportasi, tentu saja untuk berpindah dari satu lokasi ke lainnya.
Beruntung yang mengetahui lekuk kota yang dikunjungi, kalau ke Surabaya saya cukup familiar beberapa rute dengan kendaraan umum, saya bisa berkeliling Surabaya, tapi kalau Jakarta atau Bandung sabar dulu, mending tinggal saja di penginapan atau solusinya selama ini adalah mobil berargo atau menyewa kendaraan.
Tapi kali ini ke Surabaya saya alami perubahan melakuakn perjalanan. Kalau tahun-tahun sebelumnya saya ke sini, andalan saya adalah bemo sesekali gunakan taxi. Misalnya kalau saya sedang di Klampis dan ingin ke Tunjungan Plaza, rutenya dengan bemo WB dari depan ruko Klampis Jaya turun di depan RSUD Dr. Soetomo dan tukar bemo naik bemo E ( Sawahan ), bemo E Sawahan akan melewati Surabaya Plaza ( dulu tempat ini dikenal dengan Delta Plaza) dan akan meluncur melewati persis di depan Tunjungan Plaza.
Dalam kunjungan ke Surabaya kali ini, transportasi andalan saya tidak lagi bemo, tapi beralih ke Go-Jek, meski sesekali masih juga gunakan bemo.
Penilaian saya secara pribadi GoJek memberikan solusi untuk masalah trasnportasi, yang selama ini kalau ada solusinya cukup mahal bagi warga kebanyakan termasuk saya.
Fasiltas GoJek yang sudah saya gunakan selama ini adalah Go-Ride (mengantar penumpang ke tempat tujuannya ) dan Go-Send ( mengantar barang ke tujuannya), hampir 10 kali saya gunakan fasilitas ini tidak ada masalah.
Pertama kali saya gunakan Gojek di Surabaya saat saat akan berkunjung ke rumah adik saya di Pperumahan Palma Grandia di Citraland Utara ( saya belum pernah ke sini dan mempercayakan 100% perjalanan ini ke GoJek), saat itu hari sudah sore jelang orang pulang kantor, susana jalanan biasanya akan macet panjang. Saya install sebentar aplikasi GoJek di HP dan memulai petualang dengan Gojek. Setelah permintaan Go-Ride saya kirim, tidak sampai 5 menit GoJek sudah tiba dekat tempat saya tunggu di depan Pasar Genteng Baru Surabaya. Tanpa menunggu lama motor menembus keramai Surabaya ke arah barat, melewati Banyu Urip yang padat merayap dan terkaddang macet, GoJek membawa saya ke Citraland Utara, agak sulit memang menembus kemacetan sore menjelang malam itu dan saat tiba di alamat yang dituju ( yang rasanya cukup jauh dan memakan waktu lama) ongkosnya hanya Rp15ribu. Kalau saja waktu itu saya ke alamat yang sama naik taxi biayanya pasti sekitar Rp200ribu.
Beberapa hari kemudian saya akan mengirim 1 koli barang ukuran kecil ke salah satu Ekspedisi dengan alamat di Kalimas baru yang sering mengatur pengiriman barang ke Waingapu. Saat saya minta tolong toko di Pasar Genteng Surabaya yang barangnya saya beli untuk mengantar barang ke Ekspedisi, dengan tegas pemilik toko menolak dengan alasan yang masuk akal, tentu saja barang hanya satu harga sekitar Rp500ribu, kata pemilik toko kalau kami antar hanya satu barang kami rugi, kecuali kalau pak beli 10 barang bisa saya antar sekarang. Tentau saja saya tidak kurang akal karena percaya akan GoJek maka saya bilang ke pemilik toko barangya tetap saya beli dan saya akan kirim dengan GoJek. Dengan nada tidak percaya meilik toko katakana manamungkin, mana mau GoJek antar barang yang hanya 1 koli? Untuk menghilangan rasa penasaran salah satu pemilik toko di Pasar Genteng saya langsung memesan GoJek didepannya dan menunjukkan proses pemesanan, tinggal klik GoSend dan mengisi aplikasi antara lain tempat pengambilan barang, tempat barang dikirim dan jumlah barang, benar saja tidak sampai 5 menit Mas Gojek sudah tiba di depan toko tempat saya membeli barang. Barang diikat ke motor, pembayaran dilakukan [hanya Rp15ribu] dan barang langsung dikirim. Untuk mengetahui barang saya terkirim tidak susah, selain ada aplikasinya di program GoJek yang memberikan tanda kalau barang sudah sampai tempat dituju, dengan fasilitas WhatApps [WA] Mas GoJek tinggal foto tanda terima barang yang sudah di cap kantor Ekspedisi dan mengirim ke via WA ke saya sebagai pengirim, sesekali saya menayakan apa barang saya kirim sudah masuk atau belum.
Sementara GoJek mengantar barang kiriman saya ke Ekspedisi di Kalimas Baru, saya beri penjelasan ke pemilik toko seperti ini, “Aci, kalau saja hari ini ada 10 orang lain seperti saya, yang hanya mengirim 1 koli barang ke Ekspedisi yang sama, dengan nilai barang Rp500ribu maka toko Aci sudah menolak menerima omset sekitar Rp5juta, kalau dalam dalam 1 bulan ada 20 hari dengan penolakan omset Rp5juta perhari, maka Aci sudah menolak omset Rp100juta, kalau saja Aci menggunakan jasa GoJek lain ceritanya.” Mudah-mudahan saja penjelsan saya sedikit memberikan cara pandang yang lain untuk mengirim barang. Heran juga ya, jasa Gojeknya ada di Surabaya, tapi orang Waingapu yang memberikan penjelan ke warga Surabaya.
Selama di Surabaya kali ini, saya menggunakan jasa GoJek dengan aplikasi Go-Ride dan Go-Send lebih dari 8 kali, semuanya berjalan baik, tidak ada masalah.
Dari sisi pekerja, mengantar orang atau barang dengan brand GoJek membuka peluang kerja bagi cukup banyak warga. Sesekali saya tanyakan ke Mas Gojek , kata salah seorang Mas Gojek saat ini yang terdaftar sebagai Mas GoJek di Surabaya sudah lebih dari 15 ribu orang. Dari segi penghasilan salah satu Mas GoJek mengatakan bulan lalu pendapatannya dari GoJek sekitar Rp3juta. Menarik bukan peluang pendatapan yang ditawarkan GoJek bagi warga?
Saya cuma membayangan kalau di kawasan SIER Rungkut Surabaya, 15 ribu orang itu setara dengan berapa pabrik ya di sana?
[Heinrich Dengi]
Tulisan ini saya tulis sebagai penghargaan pelayanan GoJek yang membawa banyak keuntungan bagi saya juga bagi masyarakat lain umumnya.
[Sebagian tulisan ini saya tulis di salah satu Tenant di bagian kedatangan dan sebagian lagi di sekitar ruang tunggu keberangkatan Gate 3 Bandara Internasional Juanda Surabaya, saat menanti penerbangan ke Kupang Malam ini untuk seterusnya esok pagi dari Kupang ke Waingapu.]