MaxFM, Waingapu – Terbayar lunas rasa capek di badan dengan cantiknya pemandangan air terjun Laileru di dusun Watu Motu.
Siang itu saya diajak bung Adi Lagur dari HIVOS untuk ke Tandula Jangga. Bunyi SMS nya, “siang bung Hein, tidak sibuk ko? kalau tidak sibuk kita sama-sama ke Tandula Jangga.”
Sebenarnya saya agak malas keluar siang itu, karena di Waingapu ini saat puncak-puncaknya musim panas, semua orang di sini lagi berharap hujan segera datang karena panas seperti sedang membakar bumi Marapu, bayangan saya pasti nanti akan sangat panas di luar.
Tetapi mendengar kami akan ke Tandula Jangga, pikiran saya berubah, saya harus ke tempat ini karena sudah cukup lama saya ingin ke desa ini, tetapi selama ini belum kesampaian dan kali ini kesempatannya.
Nama desa ini cukup familiar dengan saya sejak saya dan tim menggali sumur di desa Kalamba kecamatan Haharu Sumba Timur. Kabarnya warga yang tinggal di Kalamba berkeluarga karib dengan mayarakat yang ada di Tandula Jangga.
Jadilah siang itu kami meluncur ke Tandula Jangga tujuan utamanya ke dusun Watu Motu, tidak lupa saya siapkan alat rekaman digital dan tas kamera dengan harapan ada suasana dan gambar bagus di sana.
Desa Tandula Jangga ada di Kecamatan Nggaha Ori Angu Sumba Timur. Untuk sampai ke desa ini dengan menggunakan mobil tidak butuh waktu lama, paling 45 menit perjalanan sudah sampai.
Dari Waingapu perjalanan ke arah Makamenggit, persis sampai ke Pasar Pajolang Makamenggit belok kanan, ada jalan beraspal menuju desa Tandula Jangga.
Setelah masuk ke desa Tandula Jangga untuk sampati ke dusun Watu Motu kendaraan ambil jalan ke kanan menelusuri lembah melalui jalan tanah hitam dan tanah putiuh yang masih baik saat musim kering, karena menurut warga Dusun Watu Motu kalau sudah musim hujan tidak ada kendaraan yang bisa masuk dusun ini, kalau berani pasti kendaraan akan tertanam di lumpur dan sulit untuk melanjutkan perjalanan.
Tujuan ke Dusun Watu Motu desa Tandula Jangga ini sebenarnya ingin melihat potensi air yang menurut cerita yang sampai ke bung Adi Lagur dari HIVOS potensi air di dusun ini bisa untuk Pembangkit Listrik Mikri Hidro PLTMH.
Benar saja sesampainya di dusun Watu Motu dari ketinggian dusun langsung terdengar keras bunyi air terjun yang ada dilembahnya.
Warga setempat Babu Jara Lodu mengatakan ada banyak air tenjun di sungai Laileru, “sungai Laileru ini airnya ada sepanjang tahun dan meskipun musim kemarau seperti ini airnya tetap banyak,” kata Babu Jara Lodu.
Tidak menunggu lama, sesaat turun dari mobil kami berpacu untuk melihat dari dekat air terjun di sungai Laileru ini. Sepanjang perjalanan sekira 3 km dari tempat pemberhentian kendaraan terus terdengar bunyi sambung menyambung air terjun dari beberapa titik disungai ini.
Meskipun panas menyengat di perjalanan kami terus berjalan menuju titik yang sungai yang paling rendah untuk melihat kemungkinan ketinggian luncuran air untuk PLTMH kalu saja di sini memunkingkan dari segi teknis dibangun PLTMH.
Jalan yang kami lewati dengan berjalan kaki diketinggian bukit sebenarnya sangat memungkin untuk dilewati dengan motor bahkan mobil saat musim kering.
Sampai di salah satu titik sungai Laileru meta kami tercengan melihat indahnya air terjun sungai Laileru atau disebut air terjun Laileru.
Air terjun ini tidak begitu tinggi terjunannya tetapi air yang terjun cukup deras dan disekitar terjunan air ada kolam air yang cukup luas untuk tempat mandi dengan air yang bening kehiajuan dan arus air tidak kencang.
Tidak tahan untuk segera mencicipi nikmatnya mandi di air tejun Laileru ini, setelah mengambil data yang diperlukan saya dan bung Adi Lagur langsung terjun ke kolam air terjun ini untuk menikmati sejuknya air terjun Laileru. Rasanya segar segera menghapus rasa lelah berjalan kaki di tengah padang dengan udara yang panas membakar.
Badan saya yang terasa capek dan linu akibat sehari sebelumnya melakukan perjalanan Waingapu Nggongi Pergi Pulang dengan tim Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah BPKD jadi rileks setelah dipijat dengan air terjun yang mengenai badan terutama punggung, rasa capek hilang lenyap bersama keasikan menikmati air terjun Laileru.
Sayangnya kami tidak menyiapkan bekal untuk makan siang sehingga setelah menikmati air terjun Laileru dengan berenang dan merakan nikmatnya dipijat air terjun sekitar 1 jam kami harus pulang meskipun berat rasanya untuk segera pulang.
Dari pola sungai, cukup banyak titik air terjun yang ada di dusun Watu Motu ini, saya yakin di waktu mendatang tempat ini yakni air terjun Laileru di Dusun Watu Motu akan menjadi daerah witasa baru di Sumba Timur yang akan didatangi banyak orang.
Beruntung sebelum banyak orang datang dan menikmati indahnya air tejun Laileru saya sudah merasakan nikmatnya air terjun Laileru.
Anda berikutnya yang menikmati air terjun Laileru?