Scroll to Top
Learning Loss Saat Pandemi dan Tips Mengatasinya
Posted by maxfm on 7th Februari 2021
| 5044 views

Evi Silvian Rospita – Pegiat Pendidikan [Foto: Istimewa]

MaxFM, Waingapu – Apa itu Learning Loss (Kehilangan Pembelajaran)?

Learning Loss (Kehilangan Pembelajaran) merujuk kepada sebuah kondisi hilangnya sebagian kecil atau sebagian besar pengetahuan dan keterampilan dalam perkembangan akademis yang biasanya diakibatkan oleh terhentinya proses pembelajaran dalam dunia pendidikan.




Learning Loss (Kehilangan Pembelajaran) bisa diakibatkan oleh banyak hal, salah satu penyebabnya adalah terlalu lamanya siswa tidak masuk sekolah baik karena libur ataupun karena proses Belajar dari Rumah (BdR) untuk memastikan siswa aman dari paparan virus Corona seperti yang terjadi sejak bulan Maret 2020 sampai kini

Dalam tulisannya Le Thu Huong dan Teerada Na Jatturas, spesialis Pendidikan untuk UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) dalam artikel yang mereka yang berjudul “The Covid-19 Induced Learning Loss – What Is It and How It Can be Mitigated?” mengatakan bahwa kondisi dunia Pendidikan di masa pandemi memberikan “ancaman” tersendiri bahwa peserta didik kemungkinan besar mengalami Learning Loss (Kehilangan Pembelajaran). Penutupan sekolah kemungkinan besar akan menyulitkan pengembangan keterampilan, memperbesar disparitas dalam pembelajaran, dan pada akhirnya bermuara kepada pengurangan pembelajaran pada siswa.




Seperti dikisahkan oleh ibu Dyah Puranti seorang guru kelas 1 dari SDN Purbalingga Lor, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah yang mengkhawatirkan bahwa salah satu siswanya lupa cara menghitung pengurangan bilangan ratusan 500 – 189, karena terlalu lama meninggalkan pembelajaran tatap muka di sekolah dan belajar di rumah dengan supervisi minimum dari guru. Contoh lain adalah kondisi dimana siswa kelas 1 yang sudah mulai bisa membaca kata, kemudian kembali lagi terbata-bata membaca atau bahkan lupa beberapa alfabet yang sebelumnya sudah diketahui.

Salah satu cara agar siswa tetap dapat belajar namun sekaligus tetap dalam kondisi aman dari paparan Covid-19 adalah dengan menggunakan pembelajaran moda daring (Dalam jaringan). Guru masih dapat mengajari siswanya dengan bantuan platform daring seperti zoom meetings, atau googlemeet, atau aplikasi lain seperti classroom atau Edmodo.

Namun demikian, kondisi Pembelajaran Jarak jauh seperti di atas sepertinya sulit diterapkan dalam situasi dimana siswa berada di daerah tuna-sinyal (Sebuah istilah yang dipinjam penulis dari atasannya). Siswa yang berada di daerah dimaksud mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk belajar, membuat mereka beresiko lebih tinggi mengalami kehilangan pembelajaran dibandingkan rekan-rekannya yang tinggal di daerah bersinyal baik. Pun demikian halnya dengan siswa yang kondisi tempat tinggalnya sulit dijangkau guru ketika mereka melakukan kegiatan pendampingan belajar dari satu rumah siswa ke rumah yang lain.



Apa dampak Learning Loss (Kehilangan Pembelajaran)?

Jika kondisi ini terus berlanjut maka dikhawatirkan akan banyak siswa yang pengetahuan dan keterampilannya tidak sebaik sebelum pandemic terjadi. Sebagai ilustrasi apabila siswa kelas 2 Sekolah Dasar yang seharusnya sudah lancar membaca teks pendek kemudian menjadi kurang lancar membaca, maka ketika tahun ajaran depan ia duduk di bangku kelas 3 akan mengalami kesulitan memahami bacaan. Ini akan menyulitkan siswa di kelas atas (Kelas 4, 5, dan 6) nantinya, karena mata pelajaran lain (seperti Ilmu IPA, IPS, PKn dll) sudah mengharuskan mereka memahami bacaan-bacaan yang terkait dengan mata pelajaran tersebut. Ini tentunya akan berpengaruh ketika siswa duduk di Sekolah Lanjutan Pertama (SMP) dan seterusnya sampai ke Sekolah Menengah Atas. Dapat dibayangkan apabila ini kemudian berlanjut, Sumber Daya Manusia seperti apa yang kemudian akan kita hasilkan?

Apa yang dapat kita lakukan?

Terlalu optimis rasanya bila kita berharap bahwa tidak terjadi Learning Loss (Kehilangan Pembelajaran) pada siswa setelah melewati proses BdR selama 1 semester di tahun akademik 2020/2021. Namun masih banyak yang kita bisa lakukan dalam memitigasi dampak Learning Loss ini. Penulis menuliskan kata “Kita” karena semua pihak dan bukan hanya guru yang harus bekerja sama untuk meminimalisir terjadinya Learning Loss.



Upaya yang dilakukan oleh ibu Reni Sari Bunga seorang kepala sekolah di Kabupaten Tana Tidung, provinsi Kalimantan Utara nampaknya dapat dijadikan salah satu acuan bagi Satuan Pendidikan (Sekolah) untuk tetap memberikan kesempatan pada peserta didiknya untuk bisa tetap belajar. Ibu Reni Sari Bunga bersama tim guru menggunakan perahu mengunjungi para siswa yang tinggal di seberang sungai Sesayap untuk mengantarkan bahan ajar dan membawa buku-buku cerita anak yang dapat anak baca di rumah. Sungai Sesayap adalah salah satu sungai yang membelah provinsi Kalimantan Utara. Sangat besar ukurannya dan kadang bergelombang, belum lagi hewan buas bernama buaya yang kadang santai berseliweran. Ketinting (Perahu kecil bermotor satu) yang mereka tumpangi harus kembali lagi ke Tideng Pale karena sempat oleng. Merekapun akhirnya berganti perahu yang lebih besar agar bisa tetap aman tiba di seberang.

[Foto: Dokumentasi ibu Reni Sari Bunga]

Upaya lain juga dapat dilakukan oleh lingkungan sekitar dimana anak tinggal. Akan baik jika di tingkat RT (Rukun Tetangga) terdapat Taman Baca Masyarakat. Penggerak TBM dapat membantu siswa dengan cara meminjamkan koleksi bukunya secara bergiliran. Anak dapat mengunjungi TBM secara terjadwal. Tirsa hardiyanti salah satu relawan di Rumah Baca Pulogebang yang berlokasi di Kelurahan Pulo Gebang, Cakung Jakarta Timur menceritakan, orang tua siswa atau siswa datang ke rumah baca. Hanya 1-2 orang saja dapat masuk ke rumah baca untuk meminjam buku, kemudian siswa lain akan datang 30 menit kemudian. Tirsa juga mengungkapkan bahwa siswa digaruskan mengenakan masker, dan membasuh tangan sebelum masuk ke area Rumah Baca Pulogebang.

[Foto: Istimewa]



Dukungan dari media yang menampilkan materi-materi yang terkait dengan pembelajaran juga akan sangat membantu siswa ketika mereka belajar dari Rumah. Seperti yang dilakukan Radio RRI di Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara, dan juga Radio MaxFM di kota Waingapu Sumba Timur. Radio MaxFm kerapkali menyiarkan bincang materi yang berkaitan dengan pelajaran Bahasa Indonesia di salah satu siarannya, Belajar Bahasa Indonesia yang diasuh Founder sekaligus penyiar radio tersebut Heinrich Dengi bersama dengan salah satu pensiunan guru Bapak Frans Wora Hebi di hari Sabtu setiap minggunya. Sementara Radio Republik Indonesia Malinau secara rutin mengundang guru-guru di kabupaten tersebut untuk ikut siaran materi terkait pembelajaran.

Yang terkahir adalah apa yang dapat guru lakukan sebagai salah satu aktor penting dalam mengurangi resiko Learning Loss.

Di awal semester ke II ini dengan kondisi bahwa kemungkinan besar siswa mengalami kehilangan pembelajaran pada semester I, maka disarankan agar guru dapat terlebih dahulu melakukan pre-assessment (Pra-penilaian) untuk memetakan kesiapan siswanya sebelum membuat bahan ajar semester II. Apabila ternyata ada siswa yang mengalami menurun kemampuannya maka guru dapat menyesuaikan bahan ajar yang akan diajarkan pada semester II ini. Jika siswa dipaksakan untuk langsung belajar materi semester II yang mereka belum paham, maka dikhawatirkan bahwa siswa akan stress dan akhirnya tidak dapat menyerap apa yang dipelajari (Renata Numela Caine dalam 12 Brain/Mind Learning Principle in Action: 2008)




Bila merujuk pada teori belajar Vigotsky yakni Zone of Proximal Development (Zone Perkembangan Proksimal) dikatakan bahwa siswa dapat mempelajari hal baru dengan baik apabila siswa sudah punya sedikit pengetahuan awal ditambah dengan bimbingan guru melalui pembelajaran yang tepat. Pembelajaran dapat terjadi jika tantangan berada pada level yang tepat dengan kesiapan siswa. Hal senada juga dikatakan oleh Robert J. Marzano dalam bukunya Building Background Knowledge (2004) yang mengatakan bahwa apa yang sudah siswa ketahui tentang topik baru yang akan dipelajari dapat menjadi indikator seberapa berhasil siswa menguasai topik ini.
Karenanya, menjadi hal penting untuk mengetahui sampai dimana kesiapan siswa terhadap sebuah materi ajar.



Demikian, bahwa butuh semua elemen masyarakat yang berada di sekitar anak untuk bekerja sama bahu-membahu agar siswa dapat terus mendapatkan hak mereka untuk belajar, meskipun pandemi membatasi langkah anak-anak kita. Sekolah dan juga guru membutuhkan bantuan kita semua untuk memastikan bahwa anak belajar. Kita semua bisa membantu anak untuk meminimalisir Learning Loss yang diakibatkan oleh pandemi ini jika kita mau membuka mata dan membuka hati kita lebih lebar.

[Penulis : Evi Silvian Rospita – Pegiat Pendidikan]

Bibliography:
1. Definisi Learning Loss: https://www.edglossary.org/learning-loss/
2. Building Background Knowledge For Academic Achievement: Research on What Works in School; Robert J. Marzano; 2004
3. 12 Brain/Mind Learning Principle in Action: Developing Executive Functions of the Human Brain; Renata Numela Caine; 2008
4. https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/puspendik-public/FINAL%20Buku%20saku%20Asesmen%20Kognitif%20Berkala.pdf
5. https://www.ukfiet.org/2020/the-covid-19-induced-learning-loss-what-is-it-and-how-it-can-be-mitigated/

Print Friendly, PDF & Email
Show Buttons
Hide Buttons