

MaxFM, Waingapu – Sumba Tengah – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat mengapresiasi langkah sigap dan penanganan yang sudah dilakukan oleh salah seorang bidan desa bernama Fera dengan uang tunai sebedar Rp 25 juta. Apresiasi ini diberikan gubernur karena Bidan Fera berhasil membebaskan dua desa pelayanannya dari masalah stunting.
Gubernur yang akrab disapa VBL ini menegaskan hal ini dalam kunjungan kerja dan rapat bersama Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah dan seluruh unsur terkait yang berlangsung di Pantai Konda, Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tanah Selatan, Sabtu (29/2/2020). Ditegaskannya, sebagai pemimpin, dirinya memiliki kewajiban untuk mengapresiasi jajaran dibawahnya yang sudah bekerja keras untuk ikut mewujudkan visi-misi pembangunannya di NTT saat ini.
“Sebagai pemimpin kita tidak hanya memberikan tugas kepada bawahan kita, tetapi juga harus mengapresiasi bawahan kita yang sudah bekerja keras. Jadi sebagai gubernur, saya berikan dari uang pribadi saya kepada bidan desa itu uang Rp 25 juta,” jelasnya disambut tepuk tangan ratusan hadirin.
Namun karena bidan desa yang bersangkutan tidak hadir dalam pertemuan tersebut, ayah dari tiga orang putera ini kemudian menjelaskan akan menitipkan uang tersebut melalui Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu untuk nantinya dilanjutkan kepada bidan yang bersangkutan. “Nanti saya titip uangnya melalui pak bupati untuk diserahkan,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, VBL juga kembali mengingatkan agar seluruh masyarakat Sumba Tengah, terutama yang berada di desa-desa yang memiliki iklim memungkinkan tumbuhnya kelor, agar menanam setiap rumah minimal lima pohon kelor. Karena dengan adanya kelor di setiap rumah, masalah gizi anak termasuk stunting akan dapat diatasi.
Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu dalam sambutannya menjelaskan saat ini di Kabupaten Sumba Tengah memiliki 1409 bayi dan anak stunting yang terus dilakukan penanganan dengan pendekatan medis dan juga upaya-upaya pencegahan. “Kami pemerintah kabupaten terus menangani masalah stunting ini dan kami bertekad tidak boleh ada lagi bayi yang lahir dengan status stunting di Sumba Tengah,” tegasnya.
Untuk memastikan tidak ada lagi bayi yang lahir dengan status stunting di Sumba Tengah, Paulus menjelaskan pihaknya sudah melakukan langkah-langkah pendataan dan pemantauan terhadap kondisi setiap ibu hamil yang ada di Sumba Tengah melalui program gelang warna yang diberikan kepada semua ibu hamil dengan tiga kategori warna untuk setiap trimester.
“Semua ibu hamil kita pastikan terdata dan kita berikan gelang hijau (trimester pertama), orenge (trimester kedua) dan merah (trimester tiga). Jadi kalau ibu hamil ini naik ojek, tukang ojeknya harus lebih hati-hati dan kalau naik angkutan umum, ibu ini harus mendapatkan perlakuan khusus,” urainya.
Bahkan untuk memastikan angka stunting di Sumba Tengah, Paulus menjelaskan pemerintahnya memasang bendera hitam di depan rumah anak yang memiliki status stunting, sehingga semua pihak terkait dapat terus melakukan tugasnya dalam pemantauan dan juga penanganan untuk memperbaiki status anak-anak tersebut.
“Saya juga mau laporkan kepada bapak gubernur bahwa kami memiliki seorang bidan yang menangani dua desa yakni Desa Lenang dan Desa Tanah Banas. Namun kinerjanya sangat luar biasa, karena dua desa tersebut saat ini sudah bebas dari masalah stunting,” urainya.(ONI)