Scroll to Top
Rame-Rame Belajar Tanam Sayur
Posted by maxfm on 6th Maret 2014
| 2490 views
Mizel sedang menyiram pupuk untuk ketimun diikuti Siti dan Rini
Mizel sedang menyiram pupuk untuk ketimun diikuti Siti dan Rini

MaxFM, Waingapu – Sore itu terlihat beberapa anak muda, laki dan perempuan di kebun, ada yang pegang gembor  untuk menyiram sayur, ada yang sedang mengamati bedeng sayur dan ada juga yang baru mulai membuat lubang kecil di bedeng untuk menyimpan benih ketimun, beberapa Bapak sedang membuat pagar keliling.

Pemandangan ini tidak biasanya di sini, masyarakat Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera Sumba Timur menamakan daerah ini Woka, di sini sebelumnya hanya lahan terbuka penuh dengan rumput dan jadi tempat bermain anak-anak.

Saat ini tidak lagi, tidak terlihat gawang buatan untuk bermain bola, tempat ini sekarang sudah menjadi kebun sayur. Terlihat sekitar 20 bedeng memanjang dari Timur ke arah Barat, sayur sudah mulai nampak hijau meskipun masih kecil. Saya Heinrich Dengi dari Radio Max FM Waingapu  dan  Rahmat sebagai pembimbing petani melihat perubahan yang baik terjadi di sini.

Ceritanya begini, September hingga Desember 2013 kami memulai kelompok tani Organik Jangan Omong  Saja JOS di sekitar Radio Max FM Kalu. Saat pertemuan pertama dan hingga satu bulan berjalan anggota kelompok JOS sekitar 20 orang masih rajin datang, tetapi makin menuju panen sudah tidak banyak lagi yang datang belajar, maklum pelatihan ini gratis dan tidak ada tuntutan atau paksaan harus datang. Bagi kami kalau ingin maju pasti mau terus belajar dalam pertemuan kelompok.

Waktu itu di Kelompok JOS anggota kelompok menanam kol bunga, kol, semangka, pitsai dan pak coy, semuanya tumbuh dengan baik dan panen memuaskan.

Saat kelompk berjalan saya dan Rahmat sepertinya tidak melihat ada keinginan masyarakat sekitar untuk belajar, kami kira warga sekitar kelompk JOS di Kalu tidak hawel dengan pelatihan ini, sehingga waktu memasuki tiga bulan berikutnya kami pindah membimbing ke  Londa Lima.

Tetapi tanpa kami sangka, masuk di pertengahan Februari 2014, perkiraan kami meleset, yang kami kira tidak ada yang perhatian dengan suksesnya di kelompk JOS, ternyata kegiatan kelompok JOS di tahun lalu jadi pembicaraan  di Kalu yang membuat beberpa ibu dan bapak serta anak muda di sekitar Woka berkelompok dan bernafsu ingin belajar tanam sayur. Kemudidan mereka bertemu dengan  Pak Rahmat dan menyampaikan kalau ingin belajar tanam sayur. Dan tidak perlu lama, saya dan pak Rahmat diskusi sebentar dan kami putuskan jadi kelompok baru di sana  yang ditandai dengan lahan belajar tanam mulai di traktor.

Kembali ke anak-anak muda yang sedang belajar tanam sayur, ada nona yang terlihat serius ingin belajar tanam sayur di sekitar bedeng masing-masing.

•    Siti, kelas 6 SD Kalu, kata Siti tidak ada yang paksa dia untuk ambil bedeng dan tanam sayur, dikebun ini Siti mendapat bagian setengah bedeng yang ditanami sayur putih, kata Siti nanti dia mau jual sayurnya dengan harga biasa.

•    Misel, gadis manis berpostur tinggi ini duduk di kelas 7 SMP Negeri 1 Waingapu,  Misel menanam ketimun di bedengnya, ada sekitar 200 pohon, waktu kemarin saya ke kebun ketimun yang di tanam minggu sore lalu sudah mengeluarkan 2 daun, kata rambu Misel dia senang belajar di sini dengan kawan lain, dan dijinkan papa dan mamanya, sehingga tiap hari kalau tidak hujan kata dia, tidak alpa untuk datang siram ketimunnya.

•    Rini, anak Kalu kelas 2 SMPK Anda Luri, bersama mamanya mendapat satu bendeng di kebun ini dan tanam sayur putih.

Masih banyak anak muda lain yang juga belajar tanam sayur di sini seperti Dody yang tanam sayur kol ada 52 pohon, Mone yang tanam ketimun satu bedeng juga ada beberapa Ibu dan Bapak lainnya yang belajar tanam sayur di kebun ini.

Untuk tanam selajutnya sekarang anggota kelompok sedang menyemai pak coy juga pitsai.

Saya secara pribadi terharu melihat perubahan yang hebat ini di Woka dan sekitarnya, saya sendiri tidak menyangka mereka belajar tanam sayur dan gembira  melihat warga antusias membentuk bedeng, menyemai bibit dan menyiapkan kayu untuk pagar keliling.

Kalau saja semangat belajar seperti  ini tetap terjaga dilanjutkan dengan aksi menanam sayur, saya tidak ragu dengan kehidupan ekomomi mereka, kalau sudah belajar dan mengerti tanam sayur dibarengi dengan hasil baik dan masyarakat membeli produk di kebun, maka dengan sendirinya ekonomi masyarakat akan terangkat. Dengan begitu  lahan lain yang selama ini nganggur dan dibiarkan terbengkalai akan diolah oleh masyarakat Kalu dan sekitarnya.

Mungkin harapan kami teralalu tinggi pada masyarakat Woka, tetapi saya optimis dengan semua ini.

Saat saya hampir menyelesaikan tulisan ini, datang kabar dari Pak Rahmat kalau warga Kaburu mau membentuk kelompok dan ingin belajar tanam sayur dan tentu saja  kami mau datang untuk bertemu dengan mereka, siapa tahu akan ada kelompok baru di sana untuk belajar tanam sayur.

Bukankah ini berkah untuk kita?

Print Friendly, PDF & Email
Show Buttons
Hide Buttons