Scroll to Top
TB Sebagai Pembunuh Utama Dari Penyakit Menular Pada Tahun 2023
Posted by maxfm on 23rd Januari 2025
| 360 views
FX Wikan Indarto – Dokter Spesialis Anak di RS Panti Rapih, Alumnus S3 UGM

MaxFM Waingapu, SUMBA – Tuberkulosis (TB) kembali menjadi penyakit menular sebagai pembunuh utama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Rabu, 13 November 2024 menerbitkan laporan baru tentang TB yang mengungkap bahwa sekitar 8,2 juta orang didiagnosis menderita TB sebagai kasus baru pada tahun 2023, dan ini adalah jumlah tertinggi yang tercatat sejak WHO memulai pemantauan TB global pada tahun 1995. Dengan peningkatan yang signifikan dari 7,5 juta yang dilaporkan pada tahun 2022, menempatkan TB kembali sebagai pembunuh utama dari penyakit menular pada tahun 2023, melampaui COVID-19. Apa yang mencemaskan?

Baca juga:
KPPU Denda Google 202,5 Miliar Rupiah atas Monopoli Sistem Pembayaran Play Store

Laporan TB Global WHO 2024 menyoroti jumlah kematian terkait TB menurun dari 1,32 juta pada tahun 2022 menjadi 1,25 juta pada tahun 2023, jumlah total orang yang jatuh sakit karena TB meningkat sedikit menjadi sekitar 10,8 juta pada tahun 2023. Beban TB tertinggi berada di 30 negara dengan India (26%), Indonesia (10%), Tiongkok (6,8%), Filipina (6,8%) dan Pakistan (6,3%) bersama-sama menyumbang 56% dari beban TB global. Sekitar 55% orang TB adalah laki-laki dan 12% adalah anak dan remaja muda.




Pada tahun 2023, kesenjangan antara perkiraan jumlah kasus TB baru dan yang dilaporkan menyempit menjadi sekitar 2,7 juta, turun dari tingkat saat pandemi COVID-19 sekitar 4 juta pada tahun 2020 dan 2021. Hal ini disebabkan karena upaya global yang substansial, untuk segera pulih dari gangguan COVID-19 pada layanan TB. Cakupan terapi pencegahan TB telah dapat dipertahankan untuk sebagian besar orang yang hidup dengan HIV, dan terus dapat meningkat untuk sebagain besar kontak rumah tangga orang yang didiagnosis dengan TB.

Baca juga:
TikTok Amankan Penangguhan Larangan dari Donald Trump

Namun, TB yang resisten terhadap banyak obat tetap menjadi krisis kesehatan masyarakat. Tingkat keberhasilan pengobatan untuk TB yang resisten terhadap banyak obat atau resistan terhadap rifampisin (MDR/RR-TB) kini telah mencapai 68%. Dari 400.000 orang yang diperkirakan telah menjadi MDR/RR-TB, hanya 44% yang didiagnosis dan diobati pada tahun 2023.

Pendanaan global untuk pencegahan dan perawatan TB menurun lebih jauh pada tahun 2023 dan masih jauh di bawah target. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menanggung 98% beban TB, menghadapi kekurangan pendanaan yang signifikan. Hanya US$ 5,7 miliar dari target pendanaan tahunan sebesar US$ 22 miliar yang tersedia pada tahun 2023, setara dengan hanya 26% dari target global. Jumlah total pendanaan donor internasional untuk semua negara tersebut tetap berada di sekitar US$ 1,2 miliar per tahun selama beberapa tahun. Pemerintah Amerika Serikat tetap menjadi donor bilateral terbesar untuk TB. Sementara Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (the Global Fund) merupakan pendana internasional teratas untuk mengetasi TB. Donasi tersebut penting, namun tetap tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan layanan TB yang utama, sehingga diperlukan investasi keuangan yang berkelanjutan untuk keberhasilan upaya pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TB.



Persentase rumah tangga yang terdampak TB yang menghadapi biaya yang sangat besar (melebihi 20% dari pendapatan rumah tangga tahunan) untuk mengakses diagnosis dan pengobatan TB di semua negara berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa setengah dari rumah tangga yang terdampak TB menghadapi biaya yang sangat besar tersebut. Sejumlah besar kasus TB baru didorong oleh 5 faktor risiko utama: kekurangan gizi, infeksi HIV, gangguan penggunaan alkohol, merokok (terutama di kalangan pria), dan diabetes. Menangani masalah ini, bersama dengan faktor penentu penting seperti kemiskinan dan PDB per kapita, memerlukan tindakan multisektoral yang terkoordinasi. Dunia dihadapkan dengan berbagai tantangan berat: kekurangan dana dan beban keuangan yang sangat besar bagi mereka yang terdampak TB, perubahan iklim, konflik bersenjata, migrasi dan pengungsian, pandemi, dan TB yang resistan terhadap obat, yang merupakan pendorong utama resistensi antimikroba.

Baca juga:
Kecelakaan Laut di Sumba Timur, Dua Korban Meninggal Dunia, Satu Belum Ditemukan

Tonggak sejarah dan target global untuk mengurangi beban penyakit TB masih belum tercapai, dan kemajuan yang signifikan diperlukan untuk mencapai target lain yang ditetapkan untuk tahun 2027 menjelang Pertemuan Tingkat Tinggi PBB kedua. Semua pemerintah, mitra global, dan donor diharapkan segera menerjemahkan komitmen yang dibuat selama Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tentang TB tahun 2023 menjadi tindakan nyata. Peningkatan pendanaan untuk penelitian, khususnya untuk vaksin TB baru, sangat penting untuk mempercepat kemajuan dan mencapai target global yang ditetapkan untuk tahun 2027. Secara global, penelitian TB masih sangat kekurangan dana dengan hanya seperlima dari target tahunan sebesar US$ 5 miliar yang tercapai pada tahun 2022. Hal ini menghambat pengembangan alat diagnostik, obat, dan vaksin TB yang baru.




Laporan TB Global WHO 2024 menggambaran bahaya yang masih mengancam dari TB, yaitu pendanaan global untuk pencegahan dan perawatan TB terus menurun dan masih jauh di bawah target. Layanan TB yang utama dan berkelanjutan meliputi upaya pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TB menjadi terancam, tidak sesuai dengan target global.

Penulis : FX Wikan Indrarto – Dokter Spesialis Anak di RS Panti Rapih, Alumnus S3 UGM

Show Buttons
Hide Buttons