Scroll to Top
Meski Angka Kematian Turun, Studi Menunjukkan Jumlah Kasus Kanker Payudara di AS Naik Tajam
Posted by maxfm on 2nd Oktober 2024
| 407 views
Seorang perempuan sedang menjalani mamogram untuk mendeteksi kanker payudara di The Elizabeth Center for Cancer Detection di Los Angeles., 6 Mei 2010. (Foto: Damian Dovarganes/AP Photo)

MaxFM Waingapu, AMERIKA – Sekitar satu dari delapan perempuan di AS akan didiagnosis dengan kanker payudara invasif dalam hidup mereka. Serta satu dari 43 wanita, atau sekitar dua persen, akan meninggal karena penyakit tersebut.

Menurut sebuah penelitian yang dirilis pada Selasa (01/10/2024), jumlah kasus kanker payudara meningkat tajam di Amerika Serikat, didorong oleh peningkatan kasus di kalangan perempuan muda dan warga Asia-Amerika, menurut sebuah penelitian pada hari Selasa.




Seperti dikutib dari voaindonesia.com laporan dua tahunan yang dirilis oleh American Cancer Society menemukan jumlah kasus meningkat sebesar satu persen per tahun dari 2012 hingga 2021. Peningkatan kasus kanker payudara terjadi bahkan saat angka kematian keseluruhan melanjutkan tren penurunan historisnya, yaitu turun sebesar 44 persen sejak 1989 hingga 2022.

Kanker payudara merupakan kanker kedua yang paling umum didiagnosis di kalangan perempuan AS, sekaligus menjadi penyebab kematian akibat kanker terbanyak kedua, setelah kanker paru-paru.

Sekitar satu dari delapan perempuan di AS akan didiagnosis dengan kanker payudara invasif dalam hidup mereka. Serta satu dari 43 wanita, atau sekitar dua persen, akan meninggal karena penyakit tersebut.

Selama satu dekade terakhir, menurut laporan tersebut, tingkat kanker payudara tumbuh lebih cepat pada perempuan yang berusia di bawah usia 50 tahun dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. Tingkat pertumbuhnan kasus mencapai 1,4 persen per tahun pada kelompok usia tersebut dibandingkan 0,7 persen per tahun untuk usia 50 tahun ke atas, karena penyebab yang belum diketahui secara jelas.



Berdasarkan ras, perempuan Asia-Amerika mengalami peningkatan insiden paling cepat. Selajutnya diikuti oleh wanita Hispanik, yang menurut makalah tersebut “mungkin sebagian terkait dengan masuknya imigran baru, yang memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi.”

Secara keseluruhan, angka kematian akibat kanker payudara turun sebesar 44 persen dari 33 kematian per 100.000 perempuan pada 1989 menjadi 19 kematian per 100.000 perempuan pada 2022. Secara total menghasilkan sekitar 517.900 kematian yang dapat dicegah.

Namun, meskipun sudah puluhan tahun kemajuan medis dalam pengobatan dan kemampuan deteksi dini, manfaatnya belum dapat dirasakan secara merata.



Angka kematian tetap tidak berubah sejak 1990 di kalangan penduduk asli Amerika, sementara wanita kulit hitam mengalami 38 persen lebih banyak kematian daripada wanita kulit putih meskipun kasusnya lima persen lebih rendah.

Makalah tersebut menyatakan bahwa temuan ini menyoroti “kerugian dalam determinan sosial kesehatan” dan “rasisme sistemik yang sudah berlangsung lama dan telah mengakibatkan kurangnya akses terhadap perawatan berkualitas di seluruh rangkaian kanker.”

Misalnya, meskipun perempuan kulit hitam melaporkan bahwa mereka telah lebih banyak menjalani pemeriksaan mamogram dibanding perempuan kulit putih, “mereka lebih mungkin menjalani pemeriksaan di fasilitas dengan sumber daya lebih sedikit ataupun fasilitas yang tidak diakreditasi oleh American College of Radiology” menurut penelitian tersebut.

Para penulis merekomendasikan peningkatan keberagaman ras dalam uji klinis dan kemitraan komunitas yang meningkatkan akses ke pemeriksaan berkualitas tinggi di kalangan perempuan khususnya mereka yang kurang terlayani.




Pada April, sebuah badan medis AS yang berpengaruh menyarankan agar wanita menjalani pemeriksaan kanker payudara setidaknya dalam jangka waktu dua tahun sekali mulai usia 40 tahun.

Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS (The US Preventive Services Task Force/USPSTF) sebelumnya mengatakan bahwa perempuan berusia 40-an harus membuat keputusan individual tentang kapan harus memulai mamogram, berdasarkan riwayat kesehatan mereka dan tetap memberikan rekomendasi wajib bagi mereka yang telah berusia lebih dari 50 tahun. [rz/ft]

Show Buttons
Hide Buttons