Scroll to Top
Efikasi Diri Bagi Remaja Penyandang Disabilitas Serta Dukungan Sosial Keluarga: Tinjauan Teory Albert Bandura
Posted by maxfm on 27th Oktober 2024
| 429 views
Orce Dapa Ambo, S. Th., Mahasiswa S2 Psikologi Universitas Katolik Semarang [Foto: Dok. Pribadi]

MaxFM Waingapu, SUMBA – Tidak ada manusia yang dapat memilih untuk dilahirkan dari keluarga yang seperti dan siapa serta di mana. Namun satu hal yang pasti bahwa setiap manusia akan dilahirkan dengan segala keberadaan tubuhnya di dunia ini. Lahir dengan potensi dimlikinya itu yang dapat membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian mereka akan memiliki keyakinan dan kemampuan dalam diri untuk bertahan hidup.

Baca juga:
Nelayan Asal Sumba Timur Ini Sekarat Usai Diserang Ikan Hiu Saat Melaut

Keluarga menjadi ruang untuk bertumbuh dan berkembang bagi setiap manusia dalam menemukan dan menamai setiap keberadaan, meyakinkan individu bahwa apa yang terjadi ke depan akan dihadapi dan diselesaikan berdasrkan keyakinan dan kemampuan ada diri yang didukung oleh keluarga.



Efikasi diri adalah penilaian individu pada diri sendiri dalam mengukur kemampuannya untuk melakukan dan mencapai segala sesuatu. Efikasi diri sangat berpengaruh pada mental penyandangn disabilitas untuk menerima keadaaan fisiknya dan meraih harapan dalam hidup. (Yoland, Heru, 2020).

Baca juga:
150 Personil Polres Sumba Timur Siap Mengamankan Debat Publik Pertama Paslon Bupati dan Wakil Bupati

Penyandang disabilitas adalah keterbatasan pada tubuh dalam melakukan sesuatu karena kecacatan tubuh, buta, tidak dapat berjalan, tidak dapat mendengar, patah tulang, dan lainnya yang disebab karena penyakit dan kecelakaan. (Alviah dan Vera, 2022). Kecacatan fisik ini mendatangkan stigma baru bagi penyandang disabilitas, baik dari keluarga, lingkungan dan masyarakat. Stigma tersebut merujuk pada bully, penolakan dan juga pada penerimaan dan dukungan dari setiap orang memahami keadaan penyandang disabilitas.



Menurut Goffman dalam tulisan Ebenhaizer (2022), penyandang disabilitas adalah mereka yang terbatas, tidak mampu berkomunikasi dengan individu lain. Karena itu penyandang disabilitas sangat terbatas dalam komunikasi dan pandangan bahwa mereka lemah, tidak berdaya, dan tidak dapat melakukan sesuatu sehingga membutuhkan perhatian kusus untuk dilindungi, dan ruang yang disiapkan oleh keluarga maupun pemerintah untuk memberdayakan kemampuan yang ada dalam diri penyandang disabilitas.

Baca juga:
Bakamla Usir Kapal Garda Pantai China dari Perairan Natuna Utara

Maka dapat dikatakan bahwa penyandang disabilitas adalah kececatan fisik, yang harus mendapat perhatian khusus dari keluarga, lingkungan, masyarakat dan pemerintah. Efikasi diri penyandang disabilitas ada, tetapi jika tidak mendapat dukungan dari orang tua atau keluarga keyakinannya pada mimpi-mimpinya belum tentu akan terwujud.



Menurut Albert Bandura (1997), efikasi diri adalah keyakinan pada kemampuan yang dimiliki oleh individu, dikembangkan untuk mendapatkan prestasi atau keberhasilan, jadi jika efikasi diri individu rendah maka prestasinya akan menurun. Individu dapat menghindari aktivitas-aktivitas yang merugikan dirinya karena adanya ancaman serta tidak memiliki kemampuan untuk mengelola aspek-aspek yang beresiko. Bagi Bandura, sesuatu yang membentuk efikasi diri individu, yakni : pengalaman berhasil, keberhasilkan atas apa yang dilakukan akan meningkatkan efikasi diri individu begitu pula sebaliknya jika terjadi kegagalan pada apa yang dilakukan efikasi diri akan menurun tetapi jika terus mencoba untuk berhasil maka efikasi diri akan terus meningkat. efikasi diri bagi individu akan terbentuk jika mampu melewati tantangan yang berat. (Bandura, 1997).

Baca juga:
Kelompok Petani Durian di Pekalongan Makin Berkembang Berkat Pemberdayaan BRI

Jadi, dapat dikatakan bahwa efikasi diri penyandang disabilitas akan terbentuk dari keberhasilannya melakukan sesuatu dalam keterbatasan fisik, namun jika gagal melakukan sesuatu ia harus kembali mencoba dan keluarga memberi dapat berpartisipasi menemaninya untuk meraih sesuatu.



Selanjutnya Bandura (1997) mengatakan bahwa ada beberapa opsi yang perlu diperhatikan oleh individu yakni perhatian artinya individu memberi perhatian pada apa yang dilakukan, retensi, yakni kemampuan individu merekam dan menyimpan segala sesuatu yang diamati, didengar oleh individu, produksi yaitu proses produksi perilaku menentukan tingkat dimana segala sesuatu di pelajari akan diterjemahkan dalam perilaku dan yang terakhir ialah motivasi sesuatu yang dapat dilakukan dengan motivasi untuk menciptakan penghargaan apabila bertindak seperti model yang mednapat dukungan, penerimaan dan penghargaan.



Berdasarkan opsi tersebut penyandang disabilitas dapat memperlihatkan kemampuannya berdasarkan opsi yang ada. Keluarga memberi dukungan sosial pada penyandang disabilitas untuk dapat melakukan, memikirkan, dan dapat bereskpresi sebisa yang yang dilakukan oleh individu untuk bisa berhasil.

Baca juga:
Bakamla Usir Kapal Garda Pantai China dari Perairan Natuna Utara

Dampak psikosial bagi Remaja penyandang disabilitas dilihat dari sisi positif dan negatif. Dari sudut pandang negatif penyandang disabilitas merasa malu dengan keterbatasannya fisiknya, menganggap diri tidak sempurnah, meresahkan, merasa kehadirannya tidak diinginkan, merasa cemas, dan menganggap dirinya tidak bermanafaat bagi orang lain. (Ebenhaizer,2022). Dari sisi positif penyandang disabilitas menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan atau talenta tersendiri yang dapat membedakannya dari orang lain, dirinya istimewa, unik, dan memiliki kemampuan.



Seperti yang disampaikan oleh Albert Bandura (1997), setiap orang memiliki efikasi diri dan kemampuan untuk meraih keberhasilan dan keberhasilannya akan meningkatkan efikasi diri, sehingga individu memiliki motivasi, perhatian dan proses produksi perilaku.

Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dengan menggukan deskriptif kualitatif yang mana dilakukan untuk mengetahui dan memahami suatu masalah dalam konteks sosial secara ilmiah dengan memprioritaskan wawancara mendalam antara peneliti dan informan berdasrkan pertanyaan-pertanyaan yang sediakan tentu tulisan akan berlanjut untuk memperoleh data yang lebih akurat. Tujuan dalam penelitian yang dilakukan ialah mendeskripsikan efikasi diri bagi penyandang disabilitas dan dukungan sosial keluarga bagi penyandang disabilitas pada keyakinan dan kemampuannya berdasarkan teori Albert Bandura.



Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat menganalisa bahwa efikasi diri ada pada semua orang termasuk Remaja penyandang disabilitas, akan tetapi efikasi diri akan menjadi rendah jika setiap orang mengabaikan kegagalan, berhenti berjuang, dan tidak mendapatkan dorongan positif dari keluarga, lingkungan dan masyarakat. Remaja penyandang disabilitas memiliki kemampuan untuk merekam segala sesuatu dengan keterbatasan fisiknya. Memiliki mimpi yang besar dan harapan-harapan baik yang masih dapat dilakukan.

Maka berdasarkan teory Albert Bandura, setiap individu memiliki keyakinan dan kemampuan dalam diri, hal ini dipengaruhi oleh keberhasilan indvidu dalam meraih sesuatu yang diharapkan. Misalkan meraih prestasi, menjadi pemenang dalam lomba musik, dan menyanyi. Remaja penyandang disabilitas, punya keyakinan pada dirinya akan mencapai setiap impian dalam dirinya sepanjang individu berjuang dan mendapat dukungan dari keluarga.



Keluarga menjadi model utama bagi remaja penyandang disabilitas untuk meyakinkan diri bahwa dirinya bisa dan dapat meraih harapan. Peran sosial keluarga sangat dibutuhkan oleh penyandang disabilitas dalam melakukan kegiatannya, bagi remaja penyandang disabilitas keluarga menjadi pelindung dari pandangan negatif orang lain bully, penolakan, diskriminasi, dan hal lain yang dapat merugikan. Dengan demikian, efikasi diri bagi remaja penyandang disabilitas akan terus meningkat jika individu terus meyakinkan diri pada kemampuan untuk meraih suatu kemenangan atau keberhasilan.

Penulis : Orce Dapa Ambo, S. Th. : Mahasiswa S2 Psikologi Universitas Katolik Semarang.

Show Buttons
Hide Buttons