

MaxFM WAINGAPU – Motif kain Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dewasa ini banyak diminati oleh para penggemar, bukan hanya tingkat regional dan nasional.
Di kelas dunia sekalipun, motif kain Sumba mencuri perhatian para kolektor hingga menghiasi pamaren para desiner kelas internasional.
Bukan hanya ciri khas dan keunikannya saja, motif kain sumba juga mengandung makna spiritual tersendiri dalam budaya dan keyakinan orang Sumba.
Pamor tenun Sumba tidak kalah dengan Batik tulis Jogja atau kain songket Padang. Sehelai kain sumba biasa dibanderol dengan harga Rp 150 ribu hingga puluhan juta rupiah.
Selain kekayaan budaya dan istiadat yang dimiliki, Pulau Sumba juga dikenal dengan hamparan padang sabana yang terbentang luas sejauh mata memandang dengan kawanan ternak Kuda Sandalwood, Kerbau dan Sapi Sumba Ongole sejak zaman penjajahan.
“Kenapa bukan kain tenun Sumba yang diberikan sebagai cendera mata kepada Presiden Jokowi saat kunjungan ke Kabupaten Sumba Timur?” demikian sepenggal kalimat yang dilontarkan oleh Kepala Dinas Peternakan Sumba Timur, drh. Yohanis A. Praing, saat membuka percapakan dengan MaxFmWaingapu.com, Minggu 5 Juni 2022.

Sebuah sajak bahasa Sumba yang bila diterjemahkan, kira-kira memiliki arti “kuda adalah belahan jiwa”.
Bagi orang Sumba, ujarnya, kuda bukan hanya sekedar alat transportasi. Kuda adalah bagian untuk memenuhi kebutuhan hidup, memenuhi protein bagi setiap anggota keluarga.
Dia menegaskan, “Maka ketika seekor kuda ditunggangi, dia tidak akan menghianati tuannya. Tidak pernah ada ceritera sejak leluhur, kalau ada kdua yang menjatuhkan tuannya ke dalam jurang. Kuda sebenarnya yang paling sempurna dalam tanda petik dari semua binatang.”
Sebuah keyakinan bagi orang Sumba, jikalau seekor kuda tunggangan tiba-tiba kencing saat ditunggang, hal itu menandakan petaka atau kesialan akan dialami oleh penunggannya.
Dia mengatakan, “Tandanya ayah atau ibu kita meninggal, itu tanda alam. Sehingga tidak pernah kita tunggangi, kuda itu akan kencing, walaupun ditunggangi sepanjang hari mulai dari pagi hingga sore, biasanya tidak akan kecing , ketika tuanya sduah turun dari kuda baru kuda itu kecing.”
Kuda adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang Sumba. Selain sebagai makluk yang dianggap paling setia, Kuda juga akan menjadi bagian dari seorang lelaki Sumba ketika hendak memiliki pendamping hidup.
Seorang lelaki Sumba harus menyerahkan sejumlah Kuda sebagai belis atau mas kawin ketika mempersunting dan menjadikan seorang perempuan sebagai belahan jiwa atau istrinya.
“Kita hendak mendapatkan istri atau belahan jiwa, harus dibelis pakai Kuda,” ujar Praing.
Kisah kuda putih kapas dengan mata hitam yang dipersembahkan kepada Presiden Jokowi, menurut dia memiliki makna filosofis tersendiri.
Tentunya terdapat banyak sekali kuda tambun dan sehat yang ada di seluruh padang sabana Sumba. Namun hanya terdapat seorang Presiden di Indoensia. Apa yang dipersembahkan kepada seorang Presiden haruslah yang terbaik dan langka.
Kanuhu kawida miting mata yang berarti putih kapas hitam biji mata. Jenis kuda ini sangat langka dan jarang ditemukan. Satu diantara 10 ribu kelahiran belum tentu ditemukan kuda yang seperti ini.

“Kalau kita nonton film Jenghis Khan, kuda yang berwarna putih kapas, biji mata hitam. Bagi orang Sumba yang mengerti itu disebut dengan istilah Kanuhu Kawida Miting Mata. Kuda seperti itu sangat langka,” terang Praing.
Sebuah perjalanan untuk menghadiri sidang raya di Waikabubak di Sumba Barat merupakan awal dari kisah dienemukannya kuda putih kapas dengan mata hitam, atau kanuhu kawida miting mata dalam bahasa Sumba.
Dia jalan raya yang membelah padang sabana Sumba itu, Praing duduk sambil menikmati pemandangan kawanan ternak terlihat sedang merumput. Saat itu, dari kejauhan dia melihat seekor kuda putih unik bersama kawanannya sedang digembalakan oleh pemiliknya.
Seketika, laju kendaraan diperlambat untuk mengamati kuda putih kapas yang menarik perhatiannya siang itu. Semakin diamati, kuda sandelwood berwarna putih kapas itu makin menarik perhatiannya.
Yohanis Praing kemudian berhenti selanjutnya mobil mundur dan turun dari kendaraan, lalu berjalan menghampiri pemilik kuda sandlewood di tengah padang sabana Sumba.
Kepada gembala itu, Praing menyampaikan kekagumannya terhadap kanuhu kawida miting mata dengan mengatakan kuda tersebut sangat gagah. Selanjutnya menyampaikan niat untuk memiliki kuda putih kapas bernmata hitam tersebut.
“Kita harus fair mengatakan kalo kuda ini gagah, dan itu yang saya katakan kepada pemiliknya waktu itu. Pemiliknya jawab kalo sudah ada yang menawar dengan Rp 16 juta tapi dia tidak mau. Saya tanya lagi mau lepas dengan berapa, dia bilang 20, saya langsung bilang jadi. Padahal belum ada uang waktu,” kenangnya.
Singkat ceritera, kuda putih kapas bermata hitam itu akhirnya berpindah tangan sejak November 2019 menjadi milik segenap jemaat Gereja Kristen Sumba yang dipelihara oleh drh. Yohanis A. Praing.
Pada akhirnya, kuda yang sudah dipersiapkan oleh segenap warga Sumba Timur bagi Presiden Jokowi itu bisa diserahkan pada kunjungan Rabu 2 Juni 2022 lalu.
Menurut Yohanis Praing, Presiden Jokowi merasa kagum saat acara penyerahan kuda tersebut. Kekaguman itu diungkapan Presiden Jokowi dengan mengatakan “Wah kudanya gagah, dipelihara baik-baik ya.”

Sebagai binatang yang disebut setia oleh orang Sumba, Kuda Sandalwood sebenarnya hanya akan taat kepada satu orang tuannya. Namun hal ini dianggap tidak biasa ketika acara penyerahan kuda putih kapas bermata hitam yang diserahkan sebagai hadiah bagi Presiden Jokowi.
“Padahal yang seharusnya one man horse, kuda itu hanya taat pada tuanya, karena selama ini saya yang selalu merawat dan bisa akrab dengan kuda ini. Ketika kuda itu dipegang Presiden Joko Widodo di depan tribun penonton lapangan Rihi Eti Prailiu dan kuda itu diam Ini berarti alam dan segala isinya, bukan kita mendewakan ya, dalam tanda petik alam merestui . Kuda yang tadinya dia begitu exited, bisa tenang dalam sekejap saat dipegang Presiden Jokowi,” katanya.
Kini kuda putih kapas bermata hitam sebagai hadiah yang diperuntukan bagi Presiden Jokowi saat kunjungan ke Kabupaten Sumba Timur beberapa waktu lalu terus dirawat oleh drh. Yohanis A. Praing. “Kami siap saja sewaktu-waktu untuk pengiraman, tergantung perintah,” tandasnya.[TIM]